Bukan Jalan Slamet Riyadi, Ternyata Ini Jalan Tertua di Kota Solo
Merdeka.com - Solo merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah. Di kota itu ada satu jalan raya yang begitu ikonik bernama Jalan Slamet Riyadi.
Saat hari Minggu, sepanjang Jalan Slamet Riyadi, mulai dari Stasiun Purwosari hingga Keraton Surakarta menjadi pusat keramaian warga dengan acara Car Free Day. Berbagai kegiatan warga diselenggarakan di sana mulai dari hiburan musik, wahana olahraga, hingga berbagai jajanan kulinernya.
Walaupun begitu melegenda bagi warga Solo maupun luar Solo, namun ternyata Jalan Slamet Riyadi bukan merupakan jalan tertua di kota itu. Lalu jalan mana yang menjadi jalan tertua di Solo? Berikut selengkapnya:
-
Kenapa Kota Solo dipilih? Dengan pertimbangan yang sangat luar biasa, seperti kapasitas hotel, transportasi, dan sebagainya Kota Solo layak untuk event nasional,' beber Tri.
-
Dimana tempat wisata sejarah di Solo? Yup, banyak sekali tempat yang bersejarah peninggalan kerajaan zaman dulu di Solo yang kemudian dijadikan lokasi wisata sejarah yang ciamik dan wajib untuk dikunjungi.
-
Apa yang menjadi tujuan wisata di Solo? Solo terkenal dengan nuansa budaya Jawa yang kental. Hal itulah yang menjadikan kota ini sebagai tujuan destinasi wisata favorit wisatawan lokal hingga mancanegara.
-
Kenapa selat Solo populer? Kuliner hasil percampuran dengan budaya Eropa ini sudah kian populer.
-
Apa nama Jalan Suryakencana dulunya? Jalan Suryakencana dulu bernama Handelstraat atau Jalan Perniagaan.
-
Dimana letak Keraton Surakarta Hadiningrat? Ini merupakan tempat bersejarah yang menyimpan beragam budaya kerajaan yang masih berjalan hingga detik ini.
Saksi Bisu Berdirinya Kota Solo
©2023 Merdeka.com/Arie Sunaryo
Jalan tertua di Kota Solo bernama Jalan Radjiman. Jalan Radjiman menjadi saksi bisu berdirinya Kota Solo. Dalam sejarahnya, Jalan Radjiman digunakan saat pemindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta. Saat itu pemindahan dipimpin langsung oleh Raja Pakubuwono II. Dari Surakarta, rombongan Mataram berjalan menuju sebuah tempat bernama Desa Sala.
Dalam buku “Babad Sala”, tertulis pada saat perpindahan itu para abdi dalem menabuh gamelan carabalen dan memainkan gending kodok ngorek. Saat itu, Raja Pakubuwono II mengendarai kereta Kyai Garudha.
Sesampainya di Desa Sala, Raja Pakubuwono II meminta ulama keraton untuk membacakan doa. Mulai saat itulah berdiri Nagari Surakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Kota Solo.
Munculnya Jalan Slamet Riyadi
©2016 Merdeka.com/arie sunaryo
Sementara itu, Jalan Slamet Riyadi baru dibangun pada era pemerintahan Hindia Belanda. Saat itu Belanda memutuskan membangun jalan di sisi barat Jalan Radjiman sebagai penghubung Kota Solo dengan Kota Semarang. Jalan itu dikenal dengan nama Purwosari Weg. Seiring waktu namanya berubah menjadi Jalan Slamet Riyadi.
Sementara itu pemilihan nama Jalan Radjiman dilakukan untuk mengingat sosok dr. Radjiman. Pria yang dikenal dengan nama KRT Radjiman Wedyodiningrat itu merupakan seorang seorang dokter sekaligus pahlawan nasional yang mengabdikan dirinya untuk keraton.
Saling Berbagi Fungsi
©infocarfreeday.net
Seiring berjalannya waktu, Jalan Slamet Riyadi menjadi jalan utama di Kota Solo dengan ruas jalan yang paling lebar. Di sisi selatannya, Jalan Radjiman berkembang menjadi sentra toko dan perbelanjaan. Salah satu pusat perbelanjaan paling populer di Jalan Radjiman adalah Pasar Klewer.
Kini Jalan Radjiman difungsikan untuk jalur satu arah menuju barat, sementara Jalan Slamet Riyadi difungsikan untuk jalur satu arah menuju timur. Keduanya sama-sama menjadi jalur pemecah yang melintas di pusat Kota Solo. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada beragam tempat wisata Solo dan sekitarnya yang memuaskan hati untuk dikunjungi.
Baca SelengkapnyaMenurut buku Badan Pusat Statistik (2010) Indonesia memiliki sejarah panjang yang mencakup periode sebelum kemerdekaan. Terutama beberapa kota tertua.
Baca SelengkapnyaHingga kini, Indonesia memiliki 514 kabupaten/kota yang terdiri dari 416 kabupaten dan 98 kota yang tersebar di seluruh 34 provinsi.
Baca SelengkapnyaSolo merupakan kota dengan julukan kota budaya ini menyimpan segudang panorama dan pesona alam yang menakjubkan.
Baca SelengkapnyaMuseum Radya Pustaka merupakan museum tertua di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, koleksinya mulai dari masa kerajaan hingga masa penjajahan.
Baca SelengkapnyaBasuki menerangkan daerah-daerah lain di Indonesia juga banyak mendapatkan proyek pembangunan dari pemerintah pusat.
Baca SelengkapnyaSebuah kota akan terus berusaha untuk mengikuti perkembangan zaman. Kehebatan perubahan dari masa kakek-nenek hingga saat ini bikin tercengang.
Baca Selengkapnya