Jadi Sesuatu yang Wajar, Ini Kata Pakar UGM Terkait Penemuan Goa Bawah Tanah di Proyek JJLS Gunungkidul
Kehebohan warga untuk datang dan melakukan swafoto di dalam goa membuat tempat itu potensial untuk dijadikan tempat wisata.

Warga Planjan, Saptosari, Gunungkidul, dikejutkan dengan fenomena alam berupa penemuan goa bawah tanah pada proyek Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). P enemuan tersebut terjadi pada Selasa malam, 15 Oktober 2024, sekitar pukul 21.30 WIB oleh pekerja proyek. Tak sedikit warga yang penasaran sehingga mereka datang sendiri untuk melihat penemuan itu.
Bagi Guru Besar dari Fakultas Geografi UGM, Eko Haryono, penemuan goa bawah tanah itu merupakan sesuatu yang wajar karena selama ini Gunungkidul merupakan daerah dengan susunan karst. Ia menjelaskan, perlu ada kajian terkait persebaran goa bawah tanah di Gunungkidul sehingga proyek JJLS nantinya harus menyesuaikan persebaran goa tersebut.
“Standar operasional prosedur mengharuskan untuk dilakukan penelitian terlebih dahulu mengenai jangkauan goa,” kata Eko dikutip dari Liputan6.com.
Berikut selengkapnya:
Bisa Jadi Tempat Wisata

Pada bulan November mendatang, Eko berencana datang ke goa itu dan melakukan pemetaan bersama tim ahli. Namun ia akan berkoordinasi terlebih dahulu sebelum terjun ke lapangan.
Eko mengatakan, kehebohan warga untuk datang dan melakukan swafoto di dalam goa membuat tempat itu potensial untuk dijadikan tempat wisata. Namun perlu diketahui terlebih dahulu apakah goa itu memenuhi syarat daya dukungnya dan daya dukung untuk dikunjungi dalam sehari.
“Nantinya ini akan kami teliti dari sisi geologi dan geofisika dengan mengukur temperatur dan CO2. Sirkulasi udara perlu dipastikan dulu keamanannya,” kata Eko dikutip dari Liputan6.com.
Butuh Waktu Ribuan Tahun

Eko mengatakan bahwa saat ini mulut goa telah ditutup dengan bebatuan agar analisis terhadap bangunan itu bisa dilakukan semaksimal mungkin. Pengujian yang ia lakukan nantinya akan menghasilkan penilaian terkait kondisi awal untuk menjamin keamanan manusia sekaligus lingkungan.
Selain digunakan untuk rekomendasi pembangunan jalan, hasil kajian ini nantinya juga akan dimanfaatkan untuk pembuatan jalur goa untuk wisatawan demi meminimalisir risiko kerusakan stalaktit dan stalakmit yang saat ini masih aktif.
“Pembentukan goa ini memakan waktu ribuan tahun. Maka sebisa mungkin perlu dijaga,” ujar Eko.
Ditutup untuk Umum

Menurut penuturan warga sekitar, lokasi ditemukannya goa bawah tanah itu sebelumnya merupakan area persawahan yang sehari-hari digunakan warga untuk bercocok tanam.
Begitu ditemukannya goa, masyarakat sekitar langsung datang berbondong-bondong untuk datang melihat keajaiban alam itu. Menyadari potensi kerumunan yang bisa membahayakan, pihak proyek mengambil langkah tegas dengan menutup pintu goa menggunakan material batu.
“Setelah penemuan goa itu saya dan beberapa warga masuk ke dalam goa. Di dalamnya sungguh indah sekali, terdapat batu-batu berwarnah putih kekuningan seperti dihiasi kristal,” ujar Wajiran (60), salah satu warga yang sempat masuk ke dalam goa tersebut.