Kisah Inspirasi Rustono, Pria Grobogan yang Sukses Bangun Pabrik Tempe di Jepang

Merdeka.com - Kisah sukses dan menginspirasi datang dari pria asal Grobogan. Rustono lahir di Kabupaten Grobogan pada 3 Oktober 1968. Menghabiskan masa kecilnya di tempat kelahirannya, Rustono kemudian hijrah ke Yogyakarta pada tahun 1987 untuk menuntut ilmu di Akademi Perhotelan Sahid dan merintis karier sebagai pelayan di Hotel Sahid Yogyakarta.
Saat bekerja di hotel itulah ia bertemu seorang perempuan Jepang bernama Tsuruko Kuzumoto. Setelah sempat menjalani hubungan jarak jauh selama dua tahun, mereka akhirnya menikah di tahun 1997.
Setelah menikah, Rustono pindah ke Kyoto, Jepang bersama istrinya. Di Jepang, dia memulai bisnis tempe dengan merek Rusto Tempeh dengan merek yang menggambarkan suasana Jawa. Kini, perusahaannya itu telah besar dan produknya dikenal ke berbagai belahan dunia
Lalu bagaimana ceritanya Rustono sukses mengembangkan bisnis tempenya di Jepang? Berikut selengkapnya:
Awal Memulai Berjualan Tempe
©2020 Merdeka.com/indonesia.go.id
Sebelum memulai bisnis tempe, Rustono mengawali kehidupannya di Jepang dengan bekerja di sebuah perusahaan manisan. Selain bekerja, di sana ia belajar bagaimana perusahaan itu mengontrol kualitas produknya. Setelah itu, ia bekerja di perusahaan sayuran selama dua tahun. Di sinilah tercetus idenya untuk memulai usaha tempe di Jepang.
Memulai dengan resep yang diperoleh ibunya dari tetangga di Indonesia, Rustono dan istrinya pada awalnya membuat 40 paket tempe setiap hari. Setelah 4 bulan berjalan, mereka menemukan kesulitan di mana kacang tempe yang mereka buat berkurang. Hal inilah yang membuatnya memutuskan pulang ke Indonesia untuk belajar bagaimana cara membuat tempe.
Belajar Bisnis Tempe
©2017 Merdeka.com/Tantri Setyorini
Di Indonesia, ia tinggal selama beberapa bulan. Dalam periode itu, Rustono mengunjungi 60 lokasi pengrajin tempe di Jateng dan Yogyakarta. Bekal itulah yang ia gunakan untuk memulai berbisnis tempe di Jepang.
Sekembalinya ke Jepang, dia memutuskan untuk mengubah strategi penjualan. Dalam berjualan tempe, dia berfokus menarik target orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Seiring waktu, pembelinya tidak hanya datang dari lingkungan pertemanannya atau orang Indonesia lain yang tinggal di Jepang, namun juga orang luar negeri maupun warga Jepang sendiri.
Mendirikan Perusahaan
©2021 Liputan6.com
Pada tahun 2000, Rustono bersama istrinya pindah dari tempat tinggal di Uji ke Otsu. Dilansir dari buku William Shurtleff berjudul History of Tempeh and Tempeh Production, alasan kepindahan mereka adalah Otsu lebih cocok menjadi tempat membuka usaha tempe karena airnya yang lebih bersih.
Di Otsu, Rustono beserta istrinya tinggal di rumah milik mertua atau ayah dari istrinya. Di sana pula akhirnya mereka membuat brand perusahaan bernama Rusto’s Tempeh.
Setelah mendirikan brand perusahaan itu, usaha tempe Rustono makin besar dan mereka mengirim tempe ke 300 lokasi yang tersebar di seluruh Jepang. Dengan pendapatan yang diperoleh, mereka membangun pabrik serta toko penjualan tempe yang lebih besar.
Mencoba Peruntungan di Korea
©2021 Liputan6.com
Setelah sukses di Jepang, Rustono mencoba peruntungannya dengan mengembangkan bisnis tempe di Korea Selatan. Pada tahun 2017 lalu, dia menggandeng Jang Hongseok, pria Korea yang mencintai Indonesia.
Dalam kunjungannya pada bulan Juni di tahun itu, Rustono mengatakan bahwa Korea memiliki kemiripan budaya dengan Jepang. Hal itulah yang membuatnya yakin orang Korea bisa menerima tempe buatannya.
“Tempe saya sudah satu piring dengan makanan khas Jepang. Semoga nanti juga bisa bersanding dengan kimchi dan bulgogi,” kata Rustono dikutip dari Liputan6.com.
Makanan Ajaib
©2020 Tantri Setyorini
Pada tahun 2018, tempe buatan Rustono telah menembus pasar dunia seperti Meksiko, Korea, Brasil, dan Hongaria. Selain itu, tempe buatan Rustono juga dipakai dalam menu penerbangan Pesawat Garuda Indonesia rute Osaka-Denpasar. Kepada maskapai itu, tempenya dijual dengan harga 350 yen atau Rp40.000 per 250 gram.
“Rustono menjual tempe mentah. Ini menjadikan pelanggannya bebas untuk berkreasi dengan tempe. Para koki restoran dan hotel mengolah tempe menjadi lebih dari 60 menu tempe berbeda, seperti teriyaki tempe, sandwich tempe, tempe rumput laut, ataupun dicampur dengan salad. Para koki ini menyebut tempe sebagai “magic food”, makanan ajaib,” kata Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata, Vitau Datau Messakh, dikutip dari Liputan6.com. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya