Lezatnya Kue Kompyang, Cita Rasa Jawa Oriental Mirip Burger

Merdeka.com - Inilah roti Kompyang, berbentuk bulat berwarna cokelat. Taburan biji wijennya memperindah tampilannya yang sederhana. Warga Solo sendiri menjadikan roti Kompyang sebagai makanan di waktu sarapan. Praktis dan mengenyangkan bahkan bertahan sampai siang. Roti Kompyang ini mudah ditemui di pasar tradisional di Solo. Atau bersanding dengan kuliner jajan pasar seperti tenongan, getuk, dan jenang.
Cita rasanya muncul mulai dari taburan wijennya mengingatkan kita pada Onde-onde, sekilas memang mirip. Namun roti Kompyang ini punya bentuk bulat khas yang lebih menyerupai Burger. Tak jarang di Indonesia roti Kompyang dijuluki dengan burger Jawa. Tekstur luarnya sedikit keras dan kering, namun didalamnya begitu empuk. Kompyang original tanpa isian, kini masyarakat mengkreasikannya dengan isian yang semakin menggugah selera. Paling nikmat jika menyantapnya sembari ditemai teh atau kopi.
Kopyang telah ada di dunia sejak abad ke-16 tepatnya pada tahun 1562 di Fujian, China. Diciptakan oleh Jendral Qi Jiguang yang saat itu membuat terobosan agar bau menu masakan prajuritnya tidak terdeteksi oleh musuh Jepang. Hingga Kompyang yang dulu bernama Guang Bing menjadi solusi Jendral Qi Jiguang membantu mengalahkan musuh. Kompyang mampu bertahan hingga 10 hari lamanya.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Gejolak api menyala dengan dahsyatnya, cahayanya menyinari seluruh ruangan produksi. Beginilah keseharian tempat produksi Kompyang atau Kompia, roti yang melegenda. Kompyang merupakan sejenis roti dari tepung terigu dengan tekstur kering. Akibat proses pemuatannya dalam lubang tungku pembakaran tradisional. Bak oven kuno, tungku Kompyang dibentuk bulat semacam tembikar raksasa. Satu-satunya pembuat Kompyang yang masih bertahan ialah Haryono di Kampung Gendekan, Jebres, Solo.
Siapa sangka roti sederhana ini bukanlah kuliner asli Indonesia. Mulanya Kompyang dibawa oleh Saudagar China saat berniaga ke Indonesia. Daya tahan roti Kompyang yang awet membuat roti ini andalan saat kelaparan di perjalanan. Teknik memasaknya juga sederhana. Kini Roti Kompyang tersebar di Solo, Semarang, surabaya, Malang, hingga Kupang dan Mataram.
Meski di beberapa daerah Kompyang mulai jarang ditemui, Kupang menjadikannya makanan Khas. Jika ke Kota Mataram atau Labuan Bajo, kurang pas rasanya mencicipi Roti Kompyang mereka.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Haryono sendiri merupakan generasi kedua yang meneruskan usaha roti Kompyang milik ibunya. Geliat pembuatan Kompyang ini telah ada sejak tahun 1974 dan tetap mempertahankan komposisi dan cita rasanya sedari dulu.
Setidaknya ada dua tim yang terbagi dari 6 karyawan. Tim pertama bertugas meracik bahan hingga menjadikannya adonan siap panggang. Sisanya kedapatan memanggang Kompyang hingga siap saji. Mereka bukanlah orang sembarangan, namun terlatih untuk membuat roti Kompyang. Cita rasanya harus pas, begitupula tekstur Kompyang, teknik tersulit dalam mematangkan roti Kompyang.
Oven yang digunakan jenisnya sama dengan oven Tandoor, oven khas Timur Tengah, Sub-benua India, Asia Tengah dan Tiongkok. Satu kali pemanggangan, oven mampu menampung hingga 200 buah Kompyang.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Sama seperti kebanyakan roti pada umumnya, Kompyang dibuat menggunakan tepung terigu dengan campuran ragi roti. Ragi akan membentuk adonan Kompyang mengembang. Pabrik Kompyang milik Hartono selalu mengolah Kompyang mulai dini hari tepat pukul 24.00. Pasalnya roti Kompyang harus diedarkan tepat di pagi hari, saat pasar tradisional mulai bergeliat.
Setiap harinya, Haryono menghabiskan sedikitnya 75 kg tepung terigu yang menghasilkan 2000 butir Kompyang. Namun saat pendemi Covid-19 pesanannya mengalami penurunan. Bahkan kala itu tempat produksinya beberapa kali mengalami pembatasan kegiatan.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Butiran adonan Kopyang ditempelkan pada dinding bejana raksasa ini. Teknik memasaknya begitu unik dengan memasukkan kayu yang telah disulut api ke dalam tungku. Semakin lama api meninggi berkat kibasan kipas anyaman bambu. Semburat apinya akan memanaskan isi tungku. Besarnya nyala api dan panas yang merata menjadi kunci memanggang Kompyang yang sangat sulit diprediksi.
Berbeda dengan mereka yang sangat berpengalaman memanggang Kompyang. Adonan roti ini disulap jadi makanan ikonik lezat yang melegenda. Tak butuh waktu lama untuk mengedarkan roti kompyang. Pukull 5 hingga 7 pagi Kompyang buatan Haryono ludes terjual. Biasanya diborong saat hangat-hangatnya oleh para pedagang jajan pasar lima hingga para tengkulak lainnya.
Di pasar tradisional, roti Kompyang biasa dijual dengan harga Rp 2.5 ribu hingga Rp 5 ribu, tergantung besar kecilnya ukuran Kompyang. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya