Melihat Sentra Kerajinan Tenun di Kota Ambon, Padukan Motif Peninggalan Leluhur dengan Kreasi Baru
Makin ke sini, bahan baku pembuatan kerajinan itu makin sulit diperoleh sehingga harga produk mereka bertambah mahal
Makin ke sini, bahan baku pembuatan kerajinan itu makin sulit diperoleh sehingga harga produk mereka bertambah mahal
Foto: YouTube Michael Latuheru
Melihat Sentra Kerajinan Tenun di Kota Ambon, Padukan Motif Peninggalan Leluhur dengan Kreasi Baru
Desa Tawiri letaknya tak jauh dari Bandara Internasional Pattimura, Ambon. Desa itu sudah sejak lama dikenal sebagai kampung tenun. Di kampung itu, suasana kekeluargaan masih terjaga dan para tetangganya saling mengenal.
-
Bagaimana cara membuat kain tenun di Kampung Tenun? Selain itu, Anda juga bisa merasakan pengalaman membuat kain tenun sendiri dengan menggunakan alat didampingi oleh para pengrajin profesional.
-
Di mana Kain Tenun Ikat Inuh ditemukan? Konon, Kain Tenun Ikat Inuh ini pertama kali ditemukan di daerah Lampung Barat sekitar abad ke-19 silam. Namun, beberapa sumber menyatakan bahwa kain ini sudah ada lebih dulu, sekitar abad ke-17 dan dibuat oleh Suku Komering.
-
Dimana tempat wisata Tenun Samarinda? Terletak di Kecamatan Samarinda Seberang, tepatnya di Kampung Baqa dan Kampung Masjid, Anda bisa berkunjung dan melihat bagaimana proses pembuatan kain tenun yang menjadi warisan budaya Indonesia.
-
Dimana sentra batik khas Kuningan? Sentra batik khas Kuningan sendiri terletak di Desa Cikubang Sari, Kecamatan Kramat Mulya, lewat sebuah galeri bernama Nisya Batik.
-
Dimana Pabrik Tenun Kesono berdiri? Keluarga Bin Martak sengaja memilih Desa Kesono sebagai lokasi pendirian pabrik tenun karena berdekatan dengan salah satu sumber air terbaik pada zaman Hindia Belanda.
-
Apa motif batik khas Kuningan? Sejumlah motif batik telah diproduksi galeri tersebut. Seluruhnya mengangkat ikon khas Kabupaten Kuningan mulai dari kuda Windu, bokor emas, lembah Gunung Ciremai, gedung Perjanjian Linggarjati, Kagungan dan lain sebagainya.
Di desa itu, tinggal seorang pria bernama Niko Watumlawar. Di kediamannya, pria yang akrab disapa Om Niko itu mengorganisir sebuah kelompok tenun bernama Ralsasam. Anggotanya ada 15 orang dan masih sekeluarga dengan Om Niko.
Dalam menghasilkan kain tenun, mereka tak hanya menenun motif yang telah diwariskan secara turun-temurun dari leluhur, melainkan juga berkreasi dengan motif dan corak baru. Motif yang paling populer adalah kreasi perpaduan bentuk bunga cengkeh dan anggrek.
Dilansir dari Indonesia.go.id, kain tenun yang diproduksi Ralsasam menggunakan benang pabrik warna.
Tetapi sisi yang menampilkan motif kuno pada bagian tengah kain masih dibuat dengan teknik ikat menggunakan pewarna kimia.
Pewarna alami tak lagi digunakan karena material itu sudah tak tersedia lagi di sekitar mereka.
Bagi warga Kota Ambon, kain tenun punya makna sebagai suatu penegasan identitas kultural ketimbang fungsi-fungsi sakralnya. Kain tenun juga dipakai oleh banyak pejabat dan tokoh penting. Begitu pula dengan nilai estetikanya yang mempermanis penampilan.
Keberadaan perajin industri kerajinan dan wastra tradisional kain tenun semacam Ralsasam tidak luput dari perhatian pemerintah. Mereka terus didukung agar terus tumbuh dan berkembang. Salah satu bantuan yang diberikan pemerintah adalah mesin tenun khusus.
Kesulitan Bahan Baku
Seiring berjalannya waktu, para perajin tenun tradisional di Ambon dihadapkan pada tantangan di mana bahan baku makin sulit diperoleh. Hal itulah yang diutarakan pemilik Kabeta Craft, Novita, salah seorang perajin tenun di Kota Ambon.
Dilansir dari Rri.co.id, Kabeta Craft merupakan UMKM yang bergerak di bidang kerajinan dan membawa gaya khas Maluku.
UMKM ini berfokus pada produk tas hingga dompet yang setiap desainnya selalu menghadirkan corak warna dari Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Namun akhir-akhir ini, Novita mengeluh karena bahan baku pembuatan kerajinan sulit didapat bahkan harganya sangat mahal. Sehingga harga jual produk berdampak ikut mahal.