Mengenal Ciburuy, Kampung Albino di Garut yang Sebagian Warganya Mirip Bule
Merdeka.com - Setiap daerah tentu mempunyai ciri khas tersendiri. Seperti Ciburuy, sebuah kampung di Kabupaten Garut Jawa Barat.
Di sana sebagian warga yang bermukim memiliki kulit yang putih pucat dan rambut yang putih. Menurut warga sekitar, orang yang memiliki ciri seperti itu merupakan “generasi Walanda” atau generasi Belanda yang diturunkan sejak zaman nenek moyang dahulu.
Sebagian masyarakat di sana memang memiliki ciri seperti yang disebutkan di atas, atau yang lebih populernya disebut albino. Menurut masyarakat setempat zaman dahulu kampung tersebut memang ditinggali oleh kalangan warga Belanda.
-
Siapa yang diduga menghuni rumah Belanda? Menurut warga sekitar, rumah tersebut posisinya menghadap ke arah Situ Patenggang. Dulunya rumah ini ditinggali oleh keluarga Lugten.
-
Bagaimana keturunan Belanda Pasha Ungu? Kakek Pasha Ungu, yang bernama Andi Passamalangi Adriani, adalah putra dari Marinus Adriani.
-
Dari mana keluarga ini berasal? Dikutip dari Hindustan Times, keluarga yang berasal dari Larkana ini memegang rekor Guinness World sejak 2019.
-
Mengapa warna kulit manusia berbeda? Warna kulit manusia berevolusi sebagai respons terhadap intensitas radiasi UV yang berbeda di berbagai lokasi geografis.
-
Siapa yang bangga dengan kulit gelap? 'Untuk standar kecantikan Indonesia, kulit saya terlalu gelap dan menurut saya itu omong kosong. Warna kulit saya menunjukkan darah Jawa saya,' katanya melalui caption unggahan di Instagram.
-
Mengapa Malayan Mongoloid punya warna kulit sawo matang? Di antara Mongoloid, warna kulit berkisar antara warna kunyit hingga kuning kecokelatan, sedangkan beberapa individu memiliki warna kulit coklat kemerahan.
Berikut fakta seputar Ciburuy, kampung albino di Garut:
Sebagian Masyarakat Keturunan Belanda
Kampung Ciburuy saat ini telah dikenal oleh masyarakat luas di Jawa Barat sebagai Kampung Bule. Kehadiran penduduk yang berparas putih ini merupakan warisan dari nenek moyang mereka yang merupakan keturunan Belanda.
Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan tokoh kampung setempat bahwa anak yang lahir albino sudah bukan hal yang aneh lagi karena dulunya kampung ini memang pernah dihuni oleh orang Belanda. Dari situ anak albino seolah merupakan titisan yang akan terus berlanjut hingga anak cucu mereka nanti.
Ada Sejak Zaman Kerajaan Padjajaran
Menurut cerita Ujang Nana Suryana (33), selaku pemangku adat di Kabuyutan Ciburuy, keberadaan warga yang berkulit albino sudah ada sejak zaman Kerajaan Pajajaran, berabad-abad silam.
Hal tersebut diwariskan oleh nenek moyang mereka zaman dahulu yang konon juga memiliki gen layaknya albino.
"Saya tidak tahu bagaimana asal muasalnya. Yang jelas, warga di kampung ini dulunya satu keturunan. Makanya, sampai sekarang keturunan albino di sini masih ada," ungkap Nana yang dua anaknya juga berkulit albino beberapa waktu lalu.
Tidak Semua Berkulit Albino
Menurut pengakuan Nana, hanya 2 anaknya yang memiliki kulit albino di keluarganya. Ia dan istrinya memiliki kulit sawo matang. Dua anak Nana itu adalah Dewi Resmana (13) dan Jajang Gunawan (2,5).
Nana pun mengakui bahwa terdapat nenek moyangnya yang berkulit albino. Namun Nana tidak mengetahui persis nenek moyang generasi ke berapa yang mempunyai kelainan gen tersebut.
"Tidak jelas eyang atau buyut saya ke berapa yang seperti itu. Cuma yang saya tahu ini disebut masalah gen," terangnya sembari momong Jajang yang mirip anak bule itu.
Terdapat 9 Orang Albino
Di Kampung Ciburuy saat ini terdapat sembilan orang yang memiliki pigmen kulit dan rambut albino. Mulai dari anak-anak yang masih balita hingga manula.
Jajang yang masih berumur 2,5 tahun menjadi penduduk albino paling muda. Sementara itu, Emak Entar yang berusia 60 tahun menjadi penduduk albino tertua. Tujuh lainnya adalah Lukman Hakim (3), Dewi Resmana (13), Heri Agustin (15), Rosana (17), Firman (40), Isur Suryana (41), dan Asep (50).
Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Angka Preferensi Albino Tinggi
Dilansir dari liputan6.com, jumlah penduduk Kampung Ciburuy yang terdata saat ini terdapat sekitar 1.600 orang. Artinya, angka preferensi albino di Ciburuy mencapai 1:178 atau 1 albino di antara 178 orang normal. Jumlah itu termasuk sangat tinggi.
Sebagai perbandingan, berdasar data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka preferensi albino di dunia saat ini adalah 1:17.000. Artinya, hanya ada 1 albino di antara 17 ribu orang.
Sebenarnya, penduduk albino juga terdapat di kampung lain di Garut. Tapi, umumnya hanya satu atau dua orang. Contohnya di Desa Pamalayan dan Siderang Datar. Itu pun bisa jadi warga albino yang masih keturunan warga Ciburuy.
"Di sini (Ciburuy) paling banyak. Sampai ada yang menyebut kampung kami ini kampung bule," ujarnya dengan logat Sunda yang kental.
Memiliki Pertanda Khusus
Menurut pengakuan Siti, Istri Nana, sebelum melahirkan Jajang, Ia mendapat pertanda dari alam berupa bulan yang bersinar sangat terang. Sejak saat itu Siti berkeyakinan bahwa Ia akan melahirkan keturunan Albino.
Tak Boleh Dikunjungi Saat Hari Jumat dan Sabtu
Kampung Ciburuy sendiri merupakan kampung dengan nuansa adat yang cukup kental, sehingga memiliki pantangan khusus yang harus dipatuhi. Salah satunya tidak boleh dikunjungi saat hari Jumat dan Sabtu. Menurut informasi pantangan tersebut telah berlaku sejak turun temurun dan tidak pernah dilanggar oleh masyarakat.
Sumber: merdeka.com
(mdk/alz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang tua ini ini memiliki tiga orang anak yang wajahnya mirip bule.
Baca SelengkapnyaGadis cantik berdarah Sunda asal Garut menjadi sorotan lantaran penampilannya yang tampak seperti bule. Ini potret selengkapnya.
Baca SelengkapnyaCiri-ciri ras Malayan Mongoloid dimiliki oleh masyarakat yang umumnya berada di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, dan Sulawesi.
Baca SelengkapnyaLima Generasi Keluarga Pasha Ungu Terungkap, Leluhurnya Memiliki Keturunan Belanda Seperti Adelia Wilhelmina - Sang Kakek Jadi Sorotan
Baca SelengkapnyaPuluhan anak di Tanzania mengalami masalah kesehatan, mereka terlahir sebagai anak albino dan dianggap membawa kutukan.
Baca SelengkapnyaPembangunan Bintaran sebagai tempat tinggal orang Eropa terjadi pada dekade 1860 hingga 1890
Baca SelengkapnyaTak bisa dipungkiri, deretan anak artis dengan wajah bule ini memang sungguh menggemaskan sejak kecil.
Baca SelengkapnyaMulanya, orang-orang Eropa tidak pernah mengklaim diri mereka sebagai Whites.
Baca SelengkapnyaWarga salah satu desa di Kabupaten Jombang Jawa Timur ini tidak menggunakan bahasa Jawa. Begini sejarahnya.
Baca SelengkapnyaPasha mengenang sosok mendiang yang bernama Meneer Marinus Adriani. Potret ini tak hanya menampilkan wajahnya, tetapi juga menyimpan cerita
Baca SelengkapnyaOrang-orang Sunda yang tinggal di kampung tersebut sudah ada sejak sebelum era kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMakam ini ditemukan pertama kali pada 1934. Namun saat itu sosok dukun dan bayi ini belum teridentifikasi.
Baca Selengkapnya