Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menguak Jejak Komunitas Arab di Magelang, Ikut Terlibat Perang Diponegoro

Menguak Jejak Komunitas Arab di Magelang, Ikut Terlibat Perang Diponegoro Komunitas Arab di Magelang. ©YouTube/Bagus Priyana Magelang

Merdeka.com - Dalam sejarah, komunitas Arab di Nusantara banyak ditemukan di pesisir. Mereka datang ke Nusantara untuk berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam.

Namun seiring waktu, mereka kemudian beranak-pinak dan mendiami kawasan pedalaman seperti wilayah Kasultanan Yogyakarta. Dari sanalah lahir Alwi Bin Ahmad Basy Syaiban atau diberi nama gelar M. Danukromo I yang merupakan Bupati Magelang pertama.

Selain membangun Kota Magelang dari awal seperti masjid, alun-alun, serta fasilitas lainnya. Seiring berjalannya waktu, tahta bupati Magelang diwariskan secara turun-temurun hingga anak cucu. Tak hanya itu, dari Danukromo I inilah lahir sebuah trah bernama Danuningrat yang menjadi komunitas Arab yang tinggal menyebar di kawasan Kota Magelang.

Lantas bagaimana sejarah komunitas Arab itu? lalu bagaimana jejaknya kini? Berikut selengkapnya dikutip dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang:

Ikut Terlibat Perang Diponegoro

komunitas arab di magelang

©YouTube/Bagus Priyana Magelang

Saat terjadi Perang Diponegoro pada tahun 1825, Danukromo I terlibat perang besar melawan Pasukan Diponegoro. Dalam peristiwa itu, ia meninggal dunia pada 28 September 1825.

Untuk mengatasi kekosongan kekuasaan, pemerintah Belanda mengangkat putra Danuningrat I, Hamdani bin Alwi Basy Syaiban menjadi Bupati Magelang dengan gelar RAA Danuningrat II. Setelah 36 tahun memegang tahta, ia akhirnya melepas jabatannya.

Setelah itu, tahta dilanjutkan oleh Danuninrat III. Namun pada tahun 1878, ia pun melepaskan jabatannya sebagai bupati. Lalu Belanda mengangkat putra Danuningrat III yaitu Sayid Achmad bin Said Basy Syaiban sebagai bupati dengan gelar Danukusumo.

Pada tahun 1908, Danukusumo melepas jabatannya dan digantikan oleh saudaranya, Muhammad bis Said Basy Syaiban dengan gelar RAA Tumenggung Danusugondo yang memerintah hingga tahun 1939. Inilah keturunan terakhir dari trah Danuningrat yang menjadi Bupati Magelang.

Pembentukan Komunitas Arab di Magelang

komunitas arab di magelang

©YouTube/Bagus Priyana Magelang

Dikutip dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang, Komunitas Arab di Magelang terbentuk dari menantu Danuningrat I bernama R. Husain bid Abd’allah bin Muhammad Al-Attas.

Dengan menjaga identitas Arab-nya, dia bersama keluarga membuat kampung di Samban. Pada tahun 1893, seorang sejarawan bernama Mandal menyebutkan pada waktu itu orang Arab di Magelang berjumlah 300 orang. Jumlah itu sama dengan populasi orang Arab di Pasuruan, Probolinggo, Besuki, dan Pamekasan.

Dari sebuah arsip di tahun 1935, dulunya di Kampung Samban ada sebuah tempat bernama Danudirjan. Diduga nama itu ada hubungannya dengan sosok Danukromo atau trah Danuningrat. Seiring waktu, orang-orang Arab ini tinggal berpindah-pindah di wilayah Kota Magelang, mulai dari Kampung Kauman, Kampung Poncol, Kampung Badaan, dan Tuguran.

Dirikan Sebuah Madrasah

komunitas arab di magelang

©YouTube/Bagus Priyana Magelang

Ahmad Athoillah, sejarawan UGM, mengatakan bahwa seiring perkembangannya komunitas Arab di Magelang memiliki institusi pendidikan, salah satunya Madrasah Al-Iman. Institusi itu didirikan oleh Ustaz Saqqaf al Jufri dari Pekalongan pada tahun 1932.

“Waktu itu komunitas Eropa dan Cina di Magelang berkembang pesat, dan tentu mereka beragama Nasrani. Salah satu yang mendorong Ustad Saqqaf adalah ingin membuat Islam lebih maju di Magelang,” terang Ahmad dikutip dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang.

Tak hanya itu, komunitas Arab juga memiliki pemakaman khusus di daerah Payaman, Magelang yang dulunya merupakan tanah pemberian Pemerintah Belanda terhadap Danuningrat I dan juga Danusugondo atas jasa-jasanya selama menjadi Bupati Magelang.

Jejak Kampung Arab Kini

komunitas arab di magelang

©YouTube/Bagus Priyana Magelang

Nur Chakim Al Rosyad, warga Kampung Kauman, menceritakan kalau leluhurnya dulu berasal dari Arab. Semasa hidupnya, leluhurnya yang bernama Mohammad Zahids menjadi seorang penghulu di Kampung Kauman.

Hal ini pula yang diungkap oleh seorang warga Samban. Ia mengungkapkan jika nama tempat yang ia tinggali lebih dikenal dengan nama Kampung Sayid, bukan Kampung Arab.

Kini, bekas Kampung Arab itu hampir hilang tak bersisa. Yang tersisa tinggallah cerita-cerita masyarakat setempat bahwa dulu di daerahnya pernah bermukim orang-orang Arab. (mdk/shr)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menelisik Sejarah Darul Funun, Lembaga Pendidikan Islam Tertua di Indonesia yang Diadopsi dari Turki Usmani
Menelisik Sejarah Darul Funun, Lembaga Pendidikan Islam Tertua di Indonesia yang Diadopsi dari Turki Usmani

Namanya sempat menjadi bagian dari pendidikan Islam masa pergerakan nasional yang diadopsi dari pendidikan tinggi masa kekhalifahan Turki Usmani.

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Masjid Jami Al Yaqin Bandar Lampung, Dulu Melawan Belanda dengan Pengajian
Mengunjungi Masjid Jami Al Yaqin Bandar Lampung, Dulu Melawan Belanda dengan Pengajian

Masjid ini dulu sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.

Baca Selengkapnya
Madrasah Adabiah Minangkabau, Sekolah Islam Pertama di Indonesia Sejak Tahun 1909
Madrasah Adabiah Minangkabau, Sekolah Islam Pertama di Indonesia Sejak Tahun 1909

Jauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.

Baca Selengkapnya
7 Cara Penyebaran Islam di Indonesia Beserta Sejarah Jalur Masuknya
7 Cara Penyebaran Islam di Indonesia Beserta Sejarah Jalur Masuknya

Simak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sumatra Thawalib, Salah Satu Organisasi Massa Islam Tertua dari Sumatra Barat
Mengenal Sumatra Thawalib, Salah Satu Organisasi Massa Islam Tertua dari Sumatra Barat

Organisasi Sumatra Thawalib berkontribusi besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.

Baca Selengkapnya
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini
Desa di Bojonegoro Ini Jadi Daerah Istimewa sejak Kerajaan Majapahit, Syekh Jumadil Kubro Sesepuh Wali Songo Pernah Tinggal di Sini

Desa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia

Baca Selengkapnya
Terbesar di Asia Tenggara, Intip Potret Keseharian Santri di Pondok Pesantren Temboro yang Dijuluki Kampung Madinah Indonesia
Terbesar di Asia Tenggara, Intip Potret Keseharian Santri di Pondok Pesantren Temboro yang Dijuluki Kampung Madinah Indonesia

Pondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Kampung Ampel Surabaya, Dulunya Rawa-rawa Hadiah Raja Brawijaya Kini Dihuni Banyak Keturunan Arab
Menelusuri Kampung Ampel Surabaya, Dulunya Rawa-rawa Hadiah Raja Brawijaya Kini Dihuni Banyak Keturunan Arab

Kini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Pondok Pesantren Siwalanpanji Sidoarjo, Santrinya Datang dari Berbagai Negara seperti Arab dan Filipina
Mengunjungi Pondok Pesantren Siwalanpanji Sidoarjo, Santrinya Datang dari Berbagai Negara seperti Arab dan Filipina

Pesantren ini melahirkan ulama-ulama besar Indonesia

Baca Selengkapnya
Berusia 4 Abad, Ini Sejarah Pondok Pesantren Luhur Dondong Tertua di Jawa Tengah
Berusia 4 Abad, Ini Sejarah Pondok Pesantren Luhur Dondong Tertua di Jawa Tengah

Pondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.

Baca Selengkapnya
Melihat Perkampungan Jawa di Thailand, Lokasinya Tak Jauh dari Ibu Kota
Melihat Perkampungan Jawa di Thailand, Lokasinya Tak Jauh dari Ibu Kota

Sebuah video memperlihatkan sebuah perkampungan Jawa di Thailand, kampung itu memiliki masjid yang bernama Jawa Mosque.

Baca Selengkapnya
Kiai Ageng Muhammad Besari, Guru Para Pendiri Pondok Pesantren Ternama di Jawa Timur
Kiai Ageng Muhammad Besari, Guru Para Pendiri Pondok Pesantren Ternama di Jawa Timur

Trah Kiai Ageng Muhammad Besari yang sudah menyebar ke berbagai daerah. Di antaranya Gontor, Gandu, Coper, Joresan, Lirboyo, Ploso, Jampes, Tremas.

Baca Selengkapnya