Menguak Jejak Komunitas Arab di Magelang, Ikut Terlibat Perang Diponegoro
Merdeka.com - Dalam sejarah, komunitas Arab di Nusantara banyak ditemukan di pesisir. Mereka datang ke Nusantara untuk berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam.
Namun seiring waktu, mereka kemudian beranak-pinak dan mendiami kawasan pedalaman seperti wilayah Kasultanan Yogyakarta. Dari sanalah lahir Alwi Bin Ahmad Basy Syaiban atau diberi nama gelar M. Danukromo I yang merupakan Bupati Magelang pertama.
Selain membangun Kota Magelang dari awal seperti masjid, alun-alun, serta fasilitas lainnya. Seiring berjalannya waktu, tahta bupati Magelang diwariskan secara turun-temurun hingga anak cucu. Tak hanya itu, dari Danukromo I inilah lahir sebuah trah bernama Danuningrat yang menjadi komunitas Arab yang tinggal menyebar di kawasan Kota Magelang.
-
Dimana imigran Jawa membangun komunitas? Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas. Kemudian, para petani Jawa itu mendirikan pemukiman sendiri.
-
Kenapa Ampel dijuluki Kampung Arab? Gelombang besar kedatangan kaum Hadhami ini membuat Ampel dijuluki Kampung Arab.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Siapa yang membangun Pesantren Bumi Tanah Jawi? Cak Diqin mendirikan Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur’an Bumi Tanah Jawi di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
-
Contoh akulturasi apa di Jawa Tengah? Adanya rumah-rumah dengan arsitektur nuansa China Kuno yang terdapat di daerah Tembang dan Lasem, Jawa Tengah.
-
Dimana komunitas ini berlokasi? Komunitas yang terletak di Jalan Balaputera Dewa, No. 16 Wanurejo Borobudur ini memilih BRI sebagai alat transaksi pembayaran untuk para pengunjung bahkan anggotanya.
Lantas bagaimana sejarah komunitas Arab itu? lalu bagaimana jejaknya kini? Berikut selengkapnya dikutip dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang:
Ikut Terlibat Perang Diponegoro
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Saat terjadi Perang Diponegoro pada tahun 1825, Danukromo I terlibat perang besar melawan Pasukan Diponegoro. Dalam peristiwa itu, ia meninggal dunia pada 28 September 1825.
Untuk mengatasi kekosongan kekuasaan, pemerintah Belanda mengangkat putra Danuningrat I, Hamdani bin Alwi Basy Syaiban menjadi Bupati Magelang dengan gelar RAA Danuningrat II. Setelah 36 tahun memegang tahta, ia akhirnya melepas jabatannya.
Setelah itu, tahta dilanjutkan oleh Danuninrat III. Namun pada tahun 1878, ia pun melepaskan jabatannya sebagai bupati. Lalu Belanda mengangkat putra Danuningrat III yaitu Sayid Achmad bin Said Basy Syaiban sebagai bupati dengan gelar Danukusumo.
Pada tahun 1908, Danukusumo melepas jabatannya dan digantikan oleh saudaranya, Muhammad bis Said Basy Syaiban dengan gelar RAA Tumenggung Danusugondo yang memerintah hingga tahun 1939. Inilah keturunan terakhir dari trah Danuningrat yang menjadi Bupati Magelang.
Pembentukan Komunitas Arab di Magelang
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Dikutip dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang, Komunitas Arab di Magelang terbentuk dari menantu Danuningrat I bernama R. Husain bid Abd’allah bin Muhammad Al-Attas.
Dengan menjaga identitas Arab-nya, dia bersama keluarga membuat kampung di Samban. Pada tahun 1893, seorang sejarawan bernama Mandal menyebutkan pada waktu itu orang Arab di Magelang berjumlah 300 orang. Jumlah itu sama dengan populasi orang Arab di Pasuruan, Probolinggo, Besuki, dan Pamekasan.
Dari sebuah arsip di tahun 1935, dulunya di Kampung Samban ada sebuah tempat bernama Danudirjan. Diduga nama itu ada hubungannya dengan sosok Danukromo atau trah Danuningrat. Seiring waktu, orang-orang Arab ini tinggal berpindah-pindah di wilayah Kota Magelang, mulai dari Kampung Kauman, Kampung Poncol, Kampung Badaan, dan Tuguran.
Dirikan Sebuah Madrasah
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Ahmad Athoillah, sejarawan UGM, mengatakan bahwa seiring perkembangannya komunitas Arab di Magelang memiliki institusi pendidikan, salah satunya Madrasah Al-Iman. Institusi itu didirikan oleh Ustaz Saqqaf al Jufri dari Pekalongan pada tahun 1932.
“Waktu itu komunitas Eropa dan Cina di Magelang berkembang pesat, dan tentu mereka beragama Nasrani. Salah satu yang mendorong Ustad Saqqaf adalah ingin membuat Islam lebih maju di Magelang,” terang Ahmad dikutip dari kanal YouTube Bagus Priyana Magelang.
Tak hanya itu, komunitas Arab juga memiliki pemakaman khusus di daerah Payaman, Magelang yang dulunya merupakan tanah pemberian Pemerintah Belanda terhadap Danuningrat I dan juga Danusugondo atas jasa-jasanya selama menjadi Bupati Magelang.
Jejak Kampung Arab Kini
©YouTube/Bagus Priyana Magelang
Nur Chakim Al Rosyad, warga Kampung Kauman, menceritakan kalau leluhurnya dulu berasal dari Arab. Semasa hidupnya, leluhurnya yang bernama Mohammad Zahids menjadi seorang penghulu di Kampung Kauman.
Hal ini pula yang diungkap oleh seorang warga Samban. Ia mengungkapkan jika nama tempat yang ia tinggali lebih dikenal dengan nama Kampung Sayid, bukan Kampung Arab.
Kini, bekas Kampung Arab itu hampir hilang tak bersisa. Yang tersisa tinggallah cerita-cerita masyarakat setempat bahwa dulu di daerahnya pernah bermukim orang-orang Arab. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namanya sempat menjadi bagian dari pendidikan Islam masa pergerakan nasional yang diadopsi dari pendidikan tinggi masa kekhalifahan Turki Usmani.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulu sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaJauh sebelum adanya Taman Siswa yang didirikan Ki Hajar Dewantara, sudah ada sekolah dari Minangkabau yang memasukkan pelajaran Islam kepada siswa.
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaOrganisasi Sumatra Thawalib berkontribusi besar bagi perkembangan Islam di Nusantara.
Baca SelengkapnyaDesa ini dikenal sebagai pusat peradaban sejak zaman Hindu Buddha di Indonesia
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al Fatah di Desa Temboro Kabupaten Magetan ini jadi pusat Jemaah Tabligh terbesar di Asia Tenggara. Santrinya bisa naik kuda hingga unta.
Baca SelengkapnyaKini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit
Baca SelengkapnyaPesantren ini melahirkan ulama-ulama besar Indonesia
Baca SelengkapnyaPondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan sebuah perkampungan Jawa di Thailand, kampung itu memiliki masjid yang bernama Jawa Mosque.
Baca SelengkapnyaTrah Kiai Ageng Muhammad Besari yang sudah menyebar ke berbagai daerah. Di antaranya Gontor, Gandu, Coper, Joresan, Lirboyo, Ploso, Jampes, Tremas.
Baca Selengkapnya