Tari Topeng Ireng, Tradisi Masyarakat Lereng Merapi Yang Masih Lestari

Merdeka.com - Tari Topeng Ireng adalah bagian dari tradisi masyarakat di lereng Gunung Merapi. Tari tradisional ini berkembang pada masa orde baru, tepatnya pada tahun 1980-an. Pada masa itu, pemerintah melarang berbagai bentuk kesenian. Salah satu kesenian yang dilarang pada waktu itu adalah kesenian bela diri seperti silat.
Oleh karena itu masyarakat lereng Merapi mengubah bentuk gerakan silat dalam bentuk tarian. Kostum topeng dan pernak-perniknya ditambahkan pada sang penari untuk semakin membuat semarak tarian itu.
Hingga kini, tari tradisional ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Lereng Merapi, dan terkadang ditampilkan dalam acara kebudayaan.
Dulunya Bernama Tari Dayakan
2020 Wikipedia.id
Sebelum nama Tari Topeng Ireng digunakan, tarian ini bernama Tari Dayakan. Bukan karena pencipta tarian ini merupakan orang dari Suku Dayak, melainkan pakaian yang digunakan menyerupai pakaian khas Dayak.
Kemudian, tarian ini diubah dengan nama Topeng Ireng. Topeng Ireng di sini bukan berarti penarinya menggunakan sebuah topeng berwarna hitam, tapi akronim dari Toto Lempeng Irama Kenceng.
Toto artinya menata, Lempeng berarti lurus, Irama artinya nada, dan Kenceng artinya keras. Artinya, dalam tarian ini para penarinya berbaris lurus dengan nada musik yang keras dan penuh semangat.
Ritual Sebelum Menari
2020 Inibaru.id
Sebelum penari mulai menari, mereka harus menjalani serangkaian ritual terlebih dahulu. Ritual itu dinamakan Jamasan. Pada ritual ini, para penari berkumpul lalu masing-masing dari mereka menerima taburan bunga beserta air di wajah.
Dilansir dari Berita Magelang, menurut Sumarjono, seorang tokoh penari Topeng Ireng, ritual Jamasan ini dimaksudkan agar penari lebih percaya diri dalam menari dan terus melestarikan tarian itu.
"Diharapkan dengan ritual ini mereka semakin mencintai dan menghargai kesenian ini," jelas Sumarjono.
Sarana Penyebaran Agama Islam
2020 liputan6.com
Menurut Sumarjono, Tari Topeng Ireng awalnya muncul pada tahun 1950 di daerah Tuksono, Borobudur. Pada waktu itu, tarian ini menceritakan sekelompok prajurit yang dengan gagah berani melawan penjajah Belanda.
Namun ada pula yang mengatakan kalau Tari Topeng Ireng merupakan metamorfosis dari Kesenian Kubro Siswo. Kesenian Kubro Siswo sendiri merupakan kesenian yang menceritakan penyebaran Agama Islam di Jawa.
Bentuk Baru Tari Topeng Ireng
2020 ANTARA
Pada tahun 1989, tarian Topeng Ireng mengalami perubahan bentuk. Tarian itu menggabungkan antara syiar agama Islam dan bela diri pencak silat. Dengan menggunakan kostum mirip suku Indian, dengan bulu ayam di kepala dan coretan hitam di wajah, anggota penari yang beranggotakan 10-20 orang itu bergerak bersama.
Nuansa Islam pada tarian itu terdengar dari musik latar yang digunakan. Biasanya mereka menggunakan lagu-lagu kasidah berbahasa Jawa. Namun belakangan lagu kasidah itu mulai diganti dengan lagu-lagu pop dan dangdut. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya