Tertua di Pulau Jawa, Ini Pesona Kemegahan Kelenteng Cu An Kiong di Lasem
Merdeka.com - Kota Lasem di Rembang terkenal dengan sebutan Tiongkok Kecil. Di sana terdapat tiga kelenteng yang terkenal, yaitu Gie Yong Bio, Pie An Bio, dan Cu An Kiong. Salah satu kelenteng itu, Cu An Kiong, menjadi yang tertua di antara ketiga kelenteng di sana. Bahkan tak hanya di Lasem, konon bangunan itu menjadi kelenteng tertua di Pulau Jawa.
Dikutip dari Kesengsemlasem.com, Kelenteng Cu An Kiong disinyalir telah berdiri pada abad ke-15. Pada waktu itu, Kelenteng Cu An Kiong dibangun orang-orang Tionghoa menggunakan kayu jati yang tersedia melimpah. Bahkan tiang penyangga kelenteng itu merupakan dua buah kayu jati yang belum pernah diganti hingga sekarang. Sejak selesai dibangun, pemukiman di sekitar kelenteng bertambah ramai dan menjadi Kota Lasem seperti sekarang ini.
Walau begitu, sejarah tentang pembangunan kelenteng ini masih simpang siur. Hal ini dikarenakan orang-orang Tionghoa yang membangun kelenteng ini sebagian besar masih buta huruf sehingga sangat sedikit catatan tertulis mengenai berdirinya kelenteng. Selain itu, pada masa penjajahan Belanda, kelenteng ini pernah dijarah sehingga banyak catatan sejarah yang hilang. Namun di balik semua itu, Kelenteng Cu An Kiong memiliki pesona kemegahannya sendiri. Berikut selengkapnya:
-
Kapan Kelenteng Hok An Kiong dibangun? Mengutip Beritamagelang.id, Kelenteng Hok An Kiong berdiri pada tahun 1878.
-
Apa keunikan Kelenteng Hok An Kiong? Salah satu keunikan yang dimiliki Kelenteng Hok An Kiong adalah keberadaan Hio-lo atau tempat menancapkan dupa yang terbesar se-Asia Tenggara.
-
Siapa yang membangun Kelenteng Hok An Kiong? Mengutip Beritamagelang.id, Kelenteng Hok An Kiong berdiri pada tahun 1878.
-
Kapan Klenteng Talang dibangun? Klenteng Talang dulunya dibangun tahun 1450 masehi.
-
Kenapa dibangun Kelenteng Hok An Kiong? Pembangunan kelenteng itu tak bisa dilepaskan dari perkembangan Kota Muntilan yang menjadi pusat perekonomian daerah. Saat itu banyak orang Tionghoa datang ke Muntilan untuk membuka usaha perdagangan.
-
Kapan Klenteng Sian Djin Ku Poh dibangun? Dibangun tahun 1770, rumah ibadah ini memiliki arsitektur megah khas budaya Tionghoa.
Tertua di Jawa
©Kesengsemlasem.com
Beralamat di Jalan Dasun No. 19, Desa Soditan, Lasem, Kelenteng Cu An Kiong merupakan kelenteng tertua di Lasem dan konon menjadi yang tertua pulau di Pulau Jawa. Nama “Cu An Kiong” memiliki makna Istana Ketentraman Welas Asih dan ruang utamanya berisi altar Tian Shang Sheng Mu.
Pada salah satu pintu kelenteng ini, terdapat dua buah daun pintu yang masing-masing terdapat gambar dua tokoh Tionghoa Lasem yang mengajarkan batik pada penduduk, yaitu Bi Nang Un dan istrinya, Na Li Ni.
Bangunan Khas Daerah China Selatan
©Kesengsemlasem.com
Dikutip dari Kesengsemlasem.com, Kelenteng Cu An Kiong memiliki bentuk bangunan khas daerah China bagian selatan. Bangunan itu memiliki bentuk persegi empat dengan atap berbentuk ekor walet.
Selain itu, bangunan ini juga dipenuhi oleh aneka ragam hias simbolik penuh makna yang menggambarkan prinsip Yin dan Yang serta harapan hidup penuh kebajikan dan kesejahteraan. Selain itu terdapat pula mural dewa-dewa dan mural monokrom yang memiliki 100 panel kisah terciptanya dewa-dewi.
Dipenuhi Gambar Mural yang Menawan
©Kesengsemlasem.com
Dinding bagian dalam Kelenteng Cu An Kiong dipenuhi oleh mural-mural yang unik dan berbeda dibandingkan mural-mural kebanyakan yang memajang Roman Tiga Negara. Mural-mural di Kelenteng Cu An Kiong diambil dari kisah Mitologi Dewa-Dewi Taois yang diterbitkan pada tahun 1550.
Karya mitologi yang terpampang pada mural-mural itu memiliki kisah mitos, sejarah, cerita rakyat, dan legenda yang diperkuat oleh fantasi sang pengarang. Goresan tinta itu tampak begitu detail sehingga gambar mural itu terlihat lebih hidup.
Pernah Dipugar
©Kesengsemlasem.com
Pada 1838, kelenteng ini pernah mengalami pemugaran besar-besaran. Hal ini dikarenakan bangunan ini sering mengalami kebanjiran mengingat lokasinya yang berada di tepi Sungai Lasem.
Menurut tradisi setempat, Laksamana Cheng Ho pernah mendarat di depan Kelenteng Cu An Kiong mengingat Sungai Lasem dulunya menjadi sarana lalu lintas kapal yang dermaganya kini sudah tak bersisa keberadaannya. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Peradaban Tionghoa di Banyumas yang tertua berada di daerah Sokaraja
Baca SelengkapnyaKelenteng ini merupakan kelenteng induk dari sembilan kelenteng Chen Fu Zhen Ren yang tersebar di Jawa Timur, Bali, dan Pulau Lombok.
Baca SelengkapnyaKelenteng See Hien Kiong ini berdiri pada 1861 dan awalnya diberi nama Kwan Im Teng sebagai penghormatan kepada Dewi Kwan Im.
Baca SelengkapnyaKlenteng ini jadi salah satu simbol toleransi di Kota Tangerang
Baca SelengkapnyaBenteng Kuto Besak, bangunan bersejarah yang digagas oleh Sultan Mahmud Badaruddin I.
Baca SelengkapnyaKelenteng itu dibangun pada tahun 1746. Nama “Tay Kak Sie” sendiri memiliki makna “Kuil Kesadaran Agung”.
Baca SelengkapnyaDi museum ini pengunjung seakan diajak menapaki jejak masa silam kejayaan peranakan Tionghoa di Tangerang.
Baca SelengkapnyaSaat ini Klenteng Sian Djin Ku Poh telah diresmikan sebagai salah satu destinasi wisata sejarah yang bebas dikunjungi.
Baca SelengkapnyaNamanya Gereja Kristen Pasundan yang sudah berdiri sejak tahun 1788.
Baca SelengkapnyaSemarang semakin memperkuat reputasinya sebagai tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasjid kuno ini jadi salah satu wisata religi yang menarik untuk dikunjungi saat di Cirebon
Baca SelengkapnyaDulunya Lasem merupakan sebuah kerajaan kecil di bawah Kerajaan Majapahit. Kerajaan itu hilang bersamaan dengan runtuhnya Majapahit
Baca Selengkapnya