Anak Terakhir Ketemu Anak Terakhir, Berikut Keuntungan dan Tantangannya
Bagi sebagian orang, ada kekhawatiran ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir.

Bagi sebagian orang, ada kekhawatiran ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir.

Anak Terakhir Ketemu Anak Terakhir, Berikut Keuntungan dan Tantangannya
Cinta dan jodoh adalah dua hal yang masih misterius. Keduanya selalu berhasil membuat setiap orang terkagum-kagum dengan apa yang mereka tentukan.
Terkadang kita tak pernah menyangka bisa jatuh cinta atau menikah dengan seseorang yang tak pernah kita duga sebelumnya.
Cinta memang bisa membuat semuanya menjadi mungkin. Timbulnya rasa ini bisa mempersatukan hati siapa pun yang mereka inginkan. Termasuk bisa membuat anak terakhir ketemu anak terakhir hingga berakhir di pernikahan.
Mungkin terdengar wajar ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir. Namun bagi sebagian orang, ada kekhawatiran ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir. Mereka merasa akan muncul tantangan yang muncul ketika ingin mencapai keharmonisan rumah tangga.
Ini mungkin tidak lepas dari stigma yang berkembang di masyarakat terkait anak terakhir, atau anak bungsu. Manja, malas, dan tidak mau mengalah adalah sifat yang kerap kali diidentikkan dengan anak terakhir. Meski, tentu saja, tidak semua anak bungsu memiliki sifat seperti itu.
Berikut penjelasan anak terakhir ketemu anak terakhir yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber:
Kekhawatiran Pernikahan Sesama Anak Bungsu
Menurut Kevin Leman dalam buku berjudul "The New Birth Order Book: Why You are the Way You are" seperti yang dilansir dari businessinsider.com, anak bungsu cenderung suka melempar tanggung jawab.
Ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir, besar kemungkinan mereka akan saling menyalahkan atas segala sesuatu.
Hubungan pun akan diwarnai berbagai konflik bila pasangan anak bungsu tidak bisa mengontrol perilaku tersebut dengan baik.
Oleh karena itu, penting untuk membagi peran dan membuat pilihan-pilihan tegas yang telah disepakati bersama. Hal ini untuk mencegah pasangan anak terakhir menikah dengan anak terakhir ini saling menyalahkan atau melempar tanggung jawab. Lalu, bagaimana solusi terbaik dalam hubungan yang tercipta ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir agar bisa berjalan lancar?
Dalam hal ini, Leman menyarankan agar keduanya bisa menjadi pendengar yang baik bagi satu sama lain.
Jangan sampai saling memanipulasi satu sama lain. Hindari sikap defensif, dan berusahalah untuk saling menerima satu sama lain.
Memiliki dan menjaga selera humor juga diperlukan untuk membuat hubungan tetap terasa nyaman. Jika sudah berjodoh dan merasa cocok satu sama lain, sebuah hubungan selalu memiliki solusi yang bisa diusahakan oleh keduanya demi mendapatkan rumah tangga yang harmonis.
Jangan menyalahkan kondisi dan situasi, karena konflik dalam sebuah hubungan akan selalu ada. Tinggal bagaimana cara Anda dan pasangan Anda untuk lebih dewasa menyikapi dan mencari solusi, serta mematahkan kekhawatiran orang terkait pernikahan sesama anak bungsu.

Keuntungan Anak Terakhir Ketemu Anak Terakhir
Meski menikahkan anak terakhir dengan anak terakhir sering menimbulkan kekhawatiran dalam menjalani hubungannya, namun tetap ada beberapa keuntungan, yaitu:
Pasangan humoris
Anak bungsu identik dengan jiwa humorisnya yang tinggi dan lucu. Dikutip dari kerjausaha.com, mereka bisa menghidupkan suasana di tengah-tengah lingkungan keluarga atau pun pertemanan.
Terlebih jika pasangannya juga anak bungsu, maka hubungan mereka akan menjadi seru dan ramai. Akan selalu ada cara untuk saling menghibur satu sama lain.
Lebih Santai dan Tenang
Watak anak bungsu yang santai bisa memberikan kelebihan dalam menjalin kehidupan cinta. Jika sekiranya permasalahan dapat dikompromikan dengan teliti, mereka lebih suka begitu saja.
Sifat yang rileks dan tenang juga membuat hubungan pasangan ini mengalir tanpa beban dan paksaan. Mereka akan berpikir bahwa cinta mesti dinikmati, dan tidak boleh dipaksakan.
Penuh Kegembiraan
Pasangan sesama anak bungsu memiliki hubungan dinamik dan tidak membosankan.
Mereka tidak seperti beberapa pasangan yang terkadang kaku dan tidak fleksibel.
Sifat suka bermain dan kreatif membuat pasangan anak bungsu ini melengkapi dan meremajakan hubungan. Hubungan yang dijalani pun tidak akan membosankan.
Saling Memanjakan
Salah satu sifat yang identik dengan anak bungsu adalah manjanya.
Ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir, mereka bisa saling memanjakan dan juga dimanjakan di saat yang bersamaan.
Apalagi sebagai anak bungsu, tentu akan paham bagaimana sifat yang dimiliki pasangan yang juga anak bungsu.
Menyukai Petualangan
Jiwa muda yang ada dalam darah anak bungsu membuat mereka selalu mencoba petualangan. Pasangan sesama anak bungsu akan bersemangat untuk menjelajah tempat dan mencoba banyak hal baru.
Pasangan ini akan kompak dalam mencari pengalaman tanpa perlu ada rasa dirugikan, berkorban, atau keterpaksaan.
Oleh karena itu, sesama anak bungsu juga dapat saling mengerti dan memahami apa yang mereka dambakan.
Tantangan Anak Terakhir Ketemu Anak Terakhir
Meskipun ada keunikan dan potensi keharmonisan dalam pernikahan anak terakhir dengan anak terakhir, tidak selalu berarti bahwa pernikahan ini akan berjalan mulus tanpa tantangan.
Berikut adalah beberapa tantangan yang mungkin dihadapi pasangan ini:
1. Saling Bersaing
Ketika kedua pasangan adalah anak terakhir, ada kemungkinan adanya persaingan dalam upaya mendapatkan perhatian dan pengakuan dalam hubungan.
Kedua pasangan mungkin sama-sama ingin menjadi pusat perhatian dan ini dapat mengarah pada konflik dan rivalitas di antara mereka.
2. Kesulitan dalam Mengambil Keputusan
Anak terakhir mungkin memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih ragu-ragu dalam mengambil keputusan, karena mereka mungkin terbiasa dengan perlindungan dan pengambilan keputusan oleh anggota keluarga lainnya.
Ketika kedua pasangan adalah anak terakhir, ini dapat menjadi tantangan karena mereka mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai keputusan yang disepakati oleh keduanya.
3. Tidak Menyadari Kebutuhan dan Perasaan Pasangan
Anak terakhir mungkin terbiasa mendapatkan perhatian dan kebutuhan mereka dipenuhi oleh keluarga. Ketika kedua pasangan adalah anak terakhir, mereka mungkin cenderung tidak menyadari kebutuhan dan perasaan pasangan mereka.
Ini bisa menyebabkan ketidakpekaan terhadap kebutuhan emosional dan perhatian yang mungkin dibutuhkan oleh pasangan