Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bahagia dan Berpikir Positif Bisa Tangkal Corona, Ini Penjelasan Pakar

Bahagia dan Berpikir Positif Bisa Tangkal Corona, Ini Penjelasan Pakar Ilustrasi bahagia. ©2019 Merdeka.com/Pexels

Merdeka.com - Mencegah Corona bisa dilakukan dengan beberapa cara. Seseorang dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, rutin berolahraga, menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal, serta rutin mencuci tangan dengan sabun. Tapi siapa sangka, kalau merasa bahagia dan berpikir positif juga menjadi kunci untuk menangkal Corona.

Dikutip dari Antara (23/3), tips untuk menangkal Corona itu disampaikan oleh Pakar Kesehatan Mental Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, Dr Sumi Lestari. Menurutnya, merasa bahagia dan senantiasa berpikiran positif juga perlu dilakukan seseorang untuk terhindar dari corona.

Cara Tubuh Melawan Virus

interferon

2020 Merdeka.com/id.wikipedia.org

Ketika seseorang merasa bahagia, tubuhnya akan memproduksi interferon-protein. Interferon-protein itulah yang kemudian berfungsi melawan virus dan meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh.

Menurut Sumi Lestari, di tengah mewabahnya Corona sebagaimana kondisi Indonesia saat ini, bersyukur akan membawa seseorang kepada perasaan bahagia. Memiliki rasa syukur akan membuat hidup seseorang merasa lebih tenang, damai, dan nyaman. Muara dari perasaan-perasaan itu tentu saja kebahagiaan.

Bersyukur juga dapat meminimalisasi emosi negatif pada diri seseorang. Ketika seseorang mensyukuri keadaan dirinya, ia terhindar dari rasa cemas, khawatir, panik, takut, serta gelisah. Rasa syukur juga menjadikan manusia sosok yang optimis. Optimisme membuat orang yakin bahwasanya pasti ada jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.

Energi Positif di Masa Karantina Diri

011 tantri setyorini

2019 Merdeka.com/Pexels

Social distancing atau menjaga jarak menjadi salah satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran corona. Kepala Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Aman Bhakti Pulungan dengan tegas menyatakan hal ini. Sementara itu, menjaga jarak juga bisa menimbulkan sejumlah persoalan.

Sebagai makhluk sosial, manusia terbiasa berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seseorang harus membatasi interaksi dengan orang lain, bisa saja ia merasa kesepian, kehilangan, dan mengalami perubahan emosi. Perasaan-perasaan itu akan membawa seseorang kepada emosi negatif yang selanjutnya akan berdampak pada hormon di tubuhnya.

Oleh karena itu, menurut Sumi Lestari penting untuk tetap mempertahankan emosi positif selama masa karantina diri. Ia juga menyarankan agar masyarakat bijak dalam memilih informasi terkait dengan corona. Pasalnya, masih banyak informasi hoaks yang beredar dan justru meresahkan masyarakat. (mdk/rka)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP