Bisnis Palawija dan Benteng Pertahanan Hidup Masyarakat Desa di Bojonegoro
Bisnis palawija yang dijalankan ibu dan anak ini bukan semata-mata untuk mendulang cuan, tetapi juga menghasilkan dampak sosial, menguntungkan para petani
Pagi di Bojonegoro kawasan barat sedang sering diguyur hujan sejak akhir Desember 2024 lalu hingga sekarang. Pada Minggu pahing (5/1/2025), matahari muncul malu-malu, kalah percaya diri dengan arak-arakan awan mendung yang selanjutnya menjelma rintik gerimis. Padahal, pahing adalah hari pasaran di pasar tradisional Desa Sukorejo, Kecamatan Tambakrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
“Alhamdulillah isuk diwenehi udan (Alhamdulillah, pagi diberi hujan),” ungkap Siti Hidayati, salah satu pedagang di pasar tersebut.
Sehari-hari, perempuan yang akrab disapa Hidayah itu berjualan tahu di Pasar Desa Sukorejo. Pekerjaan ini hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam setiap harinya. Ia berangkat pukul 05.00 WIB dan biasanya pulang pukul 08.00 WIB. Kalau pasar sedang ramai, ia bisa pulang lebih awal.
Jualan tahu bukan satu-satunya profesi Hidayah. Pulang dari pasar, perempuan 37 tahun ini melanjutkan pekerjaan lainnya. Bersama sang ibu, Sarti (60), ia mengelola bisnis palawija. Selain itu, Hidayah juga punya beberapa petak sawah.
Para tetangga mengenal Hidayah sebagai sosok yang giat bekerja sejak masih gadis, persis seperti ibunya. Sebelum pulang ke kampung halaman, Hidayah dan suaminya merantau ke Malaysia selama belasan tahun. Di sana, pasutri ini berjualan aneka makanan, mulai dari bakso hingga macam-macam gorengan. Cuan yang mereka dapatkan bisa dikatakan melimpah, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menabung. Saat target tabungan mereka tercapai, pasutri ini pulang dan memulai kehidupan baru di kampung halamannya.
“Gampang banget cari uang di sana (Malaysia), jadi bisa nabung. Dari awal (sekitar tahun 2015) aku milih nabung di Bank Mandiri, terus ambil KUR (Kredit Usaha Rakyat) juga di Bank Mandiri dan masih lanjut sampai sekarang,” ungkap Hidayah kepada Merdeka.com, Minggu (5/1/2025).
Mengutip situs resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, program KUR dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan permodalan usaha dalam rangka pelaksanaan kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kredit bersubsidi yang didapatkan Hidayah dari Bank Mandiri ia gunakan untuk mengembangkan bisnis palawija. Bisnis yang sudah dirintis ibunya sekitar 44 tahun lalu ini awalnya sulit berkembang karena minimnya modal.
Pada tahun 2010 silam, Hidayah mendapatkan KUR dari Bank Mandiri KCP Padangan Kabupaten Bojonegoro sebesar Rp30 juta rupiah. Selama nyaris 15 tahun menjadi nasabah KUR Bank Mandiri, ia tercatat memiliki rekam jejak baik, tak pernah telat bayar angsuran bulanan.
“Aku ditawari ambil Rp200 juta tapi belum berani, akhirnya sekarang ambil Rp150 juta,” imbuh ibu satu anak ini.
Uang tersebut digunakan untuk membeli palawija dari para petani setiap kali musim panen tiba. Meski masih tergolong tengkulak skala kecil, Hidayah dan ibunya bisa mendulang cuan jutaan rupiah setiap kali musim panen.
Manfaat dari program KUR yang dirasakan Hidayah merupakan salah satu contoh nyata terwujudnya cita-cita Bank Mandiri untuk turut menggaungkan ekonomi kerakyatan. Selain itu, juga berkontribusi pada pasokan makanan bergizi bagi masyarakat, yang merupakan salah satu poin Asta Cita dan Program Prioritas Kabinet Merah Putih Presiden RI Prabowo Subianto dan Wapres RI Gibran Rakabuming Raka hingga lima tahun ke depan.
“Memberikan akses permodalan melalui KUR, Bank Mandiri membantu meningkatkan kapasitas produksi pelaku usaha di sektor pertanian, perikanan, dan pengolahan makanan, yang kemudian berkontribusi pada pasokan makanan bergizi kepada masyarakat,” terang Direktur Utama (Dirut) Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, dalam keterangan resminya, Selasa (10/12/2024).
Cuan dari Sekitar Rumah
Bagi Sarti, bisnis palawija bukan profesi biasa. Bisnis ini merupakan saksi perjalanan hidup keluarga besarnya. Almarhum ibunda Sarti alias nenek Hidayah, Dasinem, juga punya profesi yang sama. Motifnya sederhana dan terbilang cerdas, menangkap peluang cuan di sekitar rumah.
Lebih dari itu, bisnis palawija yang digeluti Sarti dan Hidayah tidak hanya soal pundi-pundi rupiah yang menguntungkan mereka sebagai tengkulak, tetapi juga soal dampak sosial (social impact) yang dihasilkan.
“Kenapa bisnis palawija ya karena di sini mayoritas petani, jadi cari dagangan gampang. Kami ambil untung juga tidak banyak, apalagi itu hasil panen tetangga sendiri,” celetuk Sarti yang memulai bisnis ini sejak tahun 1980-an silam, Minggu (5/1/2025).
Sriatun, salah satu petani yang sering menjual hasil panen padi dan palawija mengaku sangat terbantu dengan keberadaan bisnis palawija Sarti.
“Mertua dulu kalau jual panenan harus ke pasar padahal jauh dan enggak punya motor. Untungnya sekarang saya bisa jual panenan ke Mbak Sarti, jadi dekat. Apalagi kalau panen besar bisa diambil langsung ke rumah (petani),” ungkap Sriatun, Minggu (7/1/2025).
Mendengar kesaksian Sriatun, Sarti teringat masa-masa sulit menjalankan bisnis palawija di masa silam. Saat anak pertama dan keduanya masih kecil, ia biasa mengajak mereka ke pasar. Dulu, setiap hari pasaran, ibu lima anak ini juga harus menunggu di pinggir jalan kampung untuk mendapatkan dagangan palawija. Kalau tidak begitu, ia tak dapat dagangan karena kalah saing dengan pelanggan besar di pasar.
Beruntung, perlahan tapi pasti kerja kerasnya tak mengkhianati hasil. Kini, Sarti dan Hidayah cukup menunggu di rumah karena para petani lah yang akan datang menjual hasil panen mereka. Para petani ini sudah menaruh kepercayaan tinggi bahwa Sarti dan Hidayah membeli hasil panen mereka dengan harga kompetitif. Menjual hasil panen kepada Sarti juga berarti mengurangi waktu, tenaga, dan jarak yang harus mereka tempuh dibandingkan jika harus menjualnya langsung ke pasar.
Hal ini membuktikan bahwa penyaluran KUR oleh pemerintah RI melalui bank-bank pelat merah, salah satunya Bank Mandiri mampu mendorong pertumbuhan UMKM sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di tanah air.
Kelola Bisnis dalam Satu Genggaman Tangan
Sebagai penerima manfaat KUR dari Bank Mandiri, Hidayah dan Sarti merasa sangat diuntungkan. Tidak hanya soal kredit subsidi yang mereka dapatkan, tetapi juga berbagai layanan bank pelat merah tersebut yang membuat urusan bisnis mereka lebih mudah.
“Ibu (Sarti) buta huruf, hanya tahu angka. Jadi segala urusan keuangan (bisnis palawija) aku yang pegang, untungnya sekarang ada Livin (aplikasi perbankan digital Bank Mandiri) jadi gak perlu ke bank untuk transaksi,” jelas Hidayah yang sudah menggunakan Livin Mandiri sejak aplikasi ini diluncurkan pada tahun 2021 lalu.
Keberadaan aplikasi perbankan digital ini sangat berarti bagi nasabah Bank Mandiri yang tinggalnya jauh dari bank atau ATM. Rumah Hidayah sendiri berjarak sekitar 17 kilometer dari Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Mandiri terdekat. Aplikasi perbankan digital Livin membuat Hidayah lebih bankable, terjangkau oleh layanan bank tanpa harus pergi ke bank. Segala urusan bisnis palawija yang ia jalankan bisa dikelola dalam satu genggaman tangan.
“Lagi-lagi untung, di desa ada satu Mandiri Agen. Jadi kalau butuh setor dan tarik tunai aku ke sana, jadi jarang banget ke bank memang, jauh,” imbuh Hidayah.