Konflik adalah Fenomena Sosial yang Berisi Pertentangan Antar Pihak, Ini Lengkapnya

Merdeka.com - Konflik adalah pertentangan atau pertikaian antar individu maupun kelompok sosial yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan, serta adanya usaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan ancaman atau kekerasan, mengutip Soerjono Soekanto dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar.
Konflik adalah gejala sosial yang pasti akan hadir dalam setiap kehidupan karena konflik bersifat inheren. Artinya, konflik akan senantiasa ada di mana saja, kapan saja, dan dalam setiap ruang dan waktu.
Masyarakat sendiri merupakan arena pertarungan atau pertentangan dari konflik, oleh sebab itu,konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial.
Dari setiap konflik yang terjadi, ada di antaranya yang dapat diselesaikan secara tuntas dan adil, ada juga yang berjalan secara berlarut-larut tanpa adanya titik temu. Konflik dapat berujung pada kekerasan dan intervensi dari pihak ketiga yang sengaja ingin mengambil keuntungan dari pertikaian dua kelompok.
Berikut selengkapnya mengenai pengertian konflik dan hal-hal lain yang menyertainya yang menarik untuk diketahui.
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
Dikutip dari Elly M. Setiadi dan Usman Kolip dalam buku Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan.
Secara umum, istilah konflik sosial mengandung suatu rangkaian fenomena pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai pada pertentangan dan peperangan internasional.
Konflik adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan konflik sosial adalah pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan.
Menurut Webster, istilah conflict dalam bahasa latinnya berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antar beberapa pihak (Pruit dan Rubin, 2009: 9).
Sementara itu, Pruitt dan Rubin mendefinisikan konflik sebagai sebuah persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan beranggapan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat menemui titik temu yang sepaham (Pruitt dan Rubin, 2009: 9).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarminta, konflik adalah pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri muncul ke dalam bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan.
Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Faktor-faktor penyebab konflik atau akar-akar yang menjadi pertentangan sosial menurut Soerjono Soekanto di antaranya adalah:
1. Perbedaan antara individu-individu
Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka, terutama perbedaan pendirian dan perasaan di antara mereka.
2. Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian, yang sedikit banyak akan mempengaruhi kepribadian seseorang dalam kebudayaan tersebut.
3. Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari pertentangan baik kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya.
4. Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang dapat menyebabkan munculnya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya.
Cara Penyelesaian Konflik
Masih menurut Soerjono Soekanto, terdapat beberapa cara untuk menyelesaikan konflik sosial yang telah terjadi, yakni;
1. Coercion (Paksaan)
Penyelesaiannya dengan cara memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah. Coercion merupakan suatu cara di mana salah satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara terpaksa.
2. Compromise (Kompromi)
Suatu cara di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
3. Arbitration (Arbitrasi)
Merupakan suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan diantara kedua belah pihak. Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.
4. Mediation (Penengahan)
Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu.
5. Conciliation (Konsiliasi)
Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
Bentuk-bentuk Konflik
Secara garis besar, berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik baik berdasarkan sifatnya maupun berdasarkan posisi pelaku yang berkonflik.
1. Berdasarkan sifatnya
Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik destruktuif dan konflik konstruktif. Dr. Robert H. Lauer dalam buku Perspektif Tentang Perubahan Sosial menjabarkannya sebagai berikut;
Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso, Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.
Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi.
2. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
Sementara itu, berdasarkan pelaku-pelaku yang sedang bertikai, konflik juga dapat dibagi menjadi beberapa bentuk seperti konflik vertika, horizontal, dan diagonal. Kusnadi dalam buku Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja menjelaskannya sebagai berikut;
Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.
Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi antar organisasi massa.
Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh.
Soerjono Soekanto juga lantas membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:
- Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
- Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.
- Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
- Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
- Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya