Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kenali Penyakit Difteri dan Gejala yang Ditimbulkan, Jangan Anggap Remeh

Kenali Penyakit Difteri dan Gejala yang Ditimbulkan, Jangan Anggap Remeh difteri. ©2020 Merdeka.com

Merdeka.com - Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara urutan ke dua yang memiliki jumlah kasus terbanyak terkait penyakit difteri setelah urutan pertama yaitu India. Tercatat sedikitnya ada 3.533 kasus difteri dilaporkan dari rentang tahun 2011 hingga tahun 2016. Dari jumlah tersebut, 110 diantaranya meninggal dunia.

Pada tahun 210 Provinsi Sumatera Utara juga pernah menetapkan difteri sebagai kejadian luar biasa atau KLB. Biasanya hampir 90% dari orang yang telah terinfeksi, mereka tidak memiliki riwayat imunisasi difteri yang lengkap. Untuk mencegah penyakit difteri, sebaiknya lakukan imunisasi penyakit difteri yang sudah disediakan pemerintah.

Difteri atau diphteria merupakan infeksi bakteri yang menyerang membrane mukus pada tenggorokan dan hidung. Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphthetiae, dimana biasanya penyebarannya melalui hidung dan mulut.

Oleh sebab itu, sebaiknya Anda harus berhati-hati ketika berbagi gelas dengan orang lain atau sebaiknya hindari penggunaan tisu yang telah dipakai. Untuk mengetahui lebih dalam, berikut ini merdeka.com merangkum penyakit difteri dan gejala yang ditimbulkan, wajib diketahui sejak dini:

Gejala yang Timbul Dari Penyakit Difteri

Penyakit difteri dan gejala yang ditimbulkan biasanya akan tampak dalam 2-5 hari setelah terpapar bakteri. Beberapa orang biasanya tidak menunjukkan gejala, namun beberapa orang memiliki gejala ringan yang seringkali sama dengan flu biasa.

Terdapat ciri-ciri penyakit difteri yang biasanya umum dan khas dan dapat dilihat, contohnya seperti adanya lapisan tebal abu-abu di tenggorokan dan tonsil.

Selain itu, gejala yang biasanya timbul akibat adanya penyakit difteri antara lain :

  • Demam
  • Menggigil
  • Pembesaran kelenjar di leher
  • Suara yang keras seperti mengonggong
  • Radang tenggorokan
  • Kulit yang membiru
  • Mengeluarkan air liur secara terus menerus
  • Rasa yang tidak nyaman pada tubuh
  • Sulit bernapas dan sulit menelan
  • Perubahan pandangan
  • Bicara cadel
  • Tanda syok seperti pucat dan kulit dingin, berkeringat dingin, dan denyut jantung yang cepat
  • Biasanya bila Anda berada di negara beriklim tropis, difteri kutaneus atau difteri kulit merupakan hal yang kerap kali menjangkit penderitanya. Difteri kulit seringkali menyebabkan ulkus (luka) dan kemerahan di kulit yang terkena.

    Penyebab Penyakit Difteri

    Penyakit difteri dan gejala yang ditimbulkan biasanya disarankan agar langsung dapat segera menghubungi dokter. Penyakit difteri ini adalah penyakit yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada ginjal, sistem saraf, dan jantung jika tidak diobati secara cepat.

    Penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan memberikan terapi dengan cepat dan agresif. Langkah pertama terapi pengobatan difteri adalah injeksi antitoksin.

    Injeksi antitoksin ini akan melawan toksin yang dihasilkan bakteri di dalam tubuh. Pastikan beritahu dokter jika memiliki alergi terhadap obat tertentu.

    Jika memang ada suatu alergi, maka dokter akan berhati-hati dalam pemberian antitoksin atau obat difteri, dimulai dari dosis yang sedikit lalu meningkat sedikit demi sedikit. Penyebab difteri adalah bakteri, sehingga dokter juga dapat meresepkan antibiotik seperti penisilin dan eritromisin untuk membantu memberantas infeksi bakteri yang terjadi di dalam tubuh.

    Selama pengobatan difteri, dokter juga dapat menyarankan untuk pasien opname di rumah sakit. Pasien dirawat di ruang isolasi agar tidak menularkan infeksi ke orang lain.

    Cara Pengobatan Penyakit Difteri

    Biasanya, untuk pengobatan penyakit difteri, dokter akan mengambil sampel lendir di tenggorokan, hidung, atau ulkus di kulit untuk diperiksa di laboratorium. Apabila seseorang diduga kuat telah tertular difteri, dokter akan segera memulai pengobatan, bahkan sebelum adanya hasil laboratorium.

    Dokter akan menganjurkan untuk menjalani perawatan dalam ruang isolasi di rumah sakit. Lalu langkah pengobatan akan dilakukan dengan 2 jenis obat, yaitu antibiotik dan antitoksin.

    Antibiotik akan diberikan untuk membunuh bakteri dan menyembuhkan infeksi. Dosis penggunaan antibiotik tergantung pada tingkat keparahan gejala dan lama pasien menderita difteri. Sebagian besar penderita dapat keluar dari ruang isolasi setelah mengonsumsi antibiotik selama 2 hari.

    Tetapi sangat penting bagi mereka untuk tetap menyelesaikan konsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter, yaitu selama 2 minggu. Penderita kemudian akan menjalani pemeriksaan laboratorium untuk melihat ada tidaknya bakteri difteri dalam aliran darah. Jika bakteri difteri masih ditemukan dalam tubuh pasien, dokter akan melanjutkan penggunaan antibiotik selama 10 hari.

    Sementara itu, pemberian antitoksin berfungsi untuk menetralisasi toksin atau racun difteri yang menyebar dalam tubuh. Sebelum memberikan antitoksin, dokter akan mengecek apakah pasien memiliki alergi terhadap obat tersebut atau tidak.

    Apabila terjadi reaksi alergi, dokter akan memberikan antitoksin dengan dosis rendah dan perlahan-lahan meningkatkannya sambil melihat perkembangan kondisi pasien. Bagi penderita yang mengalami kesulitan bernapas karena hambatan membran abu-abu dalam tenggorokan, dokter akan menganjurkan proses pengangkatan membran. (mdk/raf)

    Geser ke atas Berita Selanjutnya

    Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
    lihat isinya

    Buka FYP