Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Peristiwa 11 Maret, Sejarah Lahirnya Supersemar dan Pelaksanaannya di Indonesia

Peristiwa 11 Maret, Sejarah Lahirnya Supersemar dan Pelaksanaannya di Indonesia Supersemar. ©2020 liputan6.com

Merdeka.com - Supersemar menjadi sebuah momen yang mengubah wajah Indonesia dalam sekejap. Tak banyak yang dapat diketahui dari surat sakti ini yang bisa membuka jalan bagi Soeharto. Bahkan, mantan presiden Republik Indonesia yang kedua ini memilih untuk membawa rahasianya hingga akhir hayatnya.

Saat ini arsip negara menyimpan tiga versi Surat Perintah Sebelas Maret. Salah satunya berasal dari Sekretariat Negara, yang lain dari Pusat Penerangan TNI Angkatan Darat dan terakhir cuma berupa salinan tanpa kop surat kenegaraan.

Status dari ketiga surat tersebut dinyatakan palsu oleh sejarawan. Dan, hingga kini belum jelas di mana keberadaan salinan asli dari Supersemar tersebut.

Orang lain juga bertanya?

Misteri juga menggelayuti penandatanganan Supersemar. Awalnya Sukarno dilarikan ke Bogor setelah sidang kabinet 11 Maret 1966 di Jakarta dikepung oleh "pasukan liar" yang kemudian diketahui adalah pasukan Kostrad.

Di Bogor, Sukarno disantroni tiga jenderal utusan Soeharto. Sejarah lalu mencatat buram apa yang terjadi di Istana. Yang jelas, pulang ke Jakarta ketiga jendral telah mengantongi Supersemar.

Supersemar terjadi pada 11 Maret 1966, tiga jenderal utusan Letnan Jenderal Soeharto menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor. Brigadir Jenderal M Jusuf, Brigadir Jenderal Amirmachmud dan Brigadir Jenderal Basuki Rahmat.

Masih belum ada kejelasaan bagaimana Sukarno mau menandatangani surat yang praktis akan melucuti kekuasaanya itu. Sebuah kesaksian dari pengawal presiden, Sukardjo Wilardjito, telah menyebutkan bahwa saat itu Sukarno ditodong pistol oleh seorang jenderal utusan Soeharto.

Catatan lain menyebut Sukarno terpaksa menandatangani karena, Istana Bogor telah dikepung tank-tank TNI dan ribuan massa yang berunjuk rasa.

Supersemar diyakini tidak menyebut secara eksplisit penyerahan kekuasaan kepada Soeharto seperti yang dipropagandakan oleh TNI. Dalam pidato Sukarno pada 17 Agustus 1966, dia mengecam pihak yang telah mengkhianati perintahnya.

"Jangan jegal perintah saya. Jangan saya dikentuti!" pekik Sukarno saat itu. Sukarno kembali menekankan Supersemar bukan "transfer of authority, melainkan sekadar surat perintah."

Pergerakan Soeharto dalam Supersemar

supersemar

©2020 liputan6.com

Dilansir dari Liputan6, hanya butuh waktu 24 jam setelah penerbitan surat sakti tersebut, Soeharto membubarkan PKI, menangkapi anggota kabinet dan orang-orang tedekat Sukarno.

Menurut adik Soeharto, Probosutedjo, surat itu tidak secara eksplisit memerintahkan pembubaran PKI. Sebab itu pula Sukarno menerbitkan surat perintah 13 Maret untuk menganulir Supersemar. Serupa Supersemar, naskah asli surat perintah itu hingga kini lenyap tanpa bekas

Setelah adanya pelucutan kekuasaan, Sukarno langsung diasingkan dari kancah politik di Jakarta. Dia dilarang membaca koran ataupun mendengarkan radio. Kunjungan keluarga serta layanan kesehatan dibatasi.

Sementara itu Soeharto mulai membangun kekuasaan dengan membentuk kabinet dan membujuk parlemen untuk mengesahkan Supersemar dalam TAP MPRS No. IX/MPRS/1966.

Supersemar pada akhirnya digunakan oleh Soeharto untuk melahirkan rezim orde baru. Hingga kematiannya sang diktator tidak berniat membuka tabir sejarah gelap tersebut, begitu pula dengan orang-orang terdekatnya.

Berbagai upaya yang dilakukan Arsip Nasional untuk menemukan naskah asli Supersemar terbentur sikap diam pejabat orba. Saat ini semua saksi kunci Supersemar telah meninggal dunia.

Isi dari Supersemar yang Banyak Beredar Semasa Orde Baru

Dilansir dari Merdeka.com, berikut ini isi dari Supersemar yang banyak beredar semasa Orde Baru

1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.

3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas. (mdk/raf)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Megawati Geram kepada Soeharto: Bung Karno Dituduh Kerja Sama dengan PKI
Megawati Geram kepada Soeharto: Bung Karno Dituduh Kerja Sama dengan PKI

Megawati sempat membahas tentang TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.

Baca Selengkapnya
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno
Kenapa Proklamasi Tanggal 17 Agustus? Ternyata ini ‘Hitung-Hitungan Angka’ Presiden Sukarno

Saat para pemuda menantangnya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Sukarno menolaknya. Dia memilih tanggal 17 Agustus. Apa makna di baliknya?

Baca Selengkapnya
Daftar Tiga Operasi Militer yang Membuat Soeharto Diangkat Jadi Jenderal Besar Bintang Lima
Daftar Tiga Operasi Militer yang Membuat Soeharto Diangkat Jadi Jenderal Besar Bintang Lima

Hanya ada tiga jenderal besar dalam sejarah Indonesia. Apa yang membuat Soeharto menjadi salah satu penerimanya?

Baca Selengkapnya
September 1976, Saat Soeharto Bongkar Gerakan yang Ingin Melengserkannya dari Kursi Presiden
September 1976, Saat Soeharto Bongkar Gerakan yang Ingin Melengserkannya dari Kursi Presiden

Presiden Soeharto menegaskan pergerakan yang ingin menjatuhkan dirinya dari kursi Presiden dipimpin oleh tokoh bernama Sawito.

Baca Selengkapnya
TAP MPRS No XXXII/MPRS/1967 Dicabut, Tuduhan Bung Karno Penghianat Bangsa Tidak Terbukti
TAP MPRS No XXXII/MPRS/1967 Dicabut, Tuduhan Bung Karno Penghianat Bangsa Tidak Terbukti

Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri menghadiri silaturahmi kebangsaan dan penyerahan surat Pimpinan MPR kepada keluarga Bung Karno.

Baca Selengkapnya
Dua Isi Pidato Soeharto saat Dilantik Jadi Presiden 20 Maret 1968
Dua Isi Pidato Soeharto saat Dilantik Jadi Presiden 20 Maret 1968

Soeharto presiden kedua Republik Indonesia dengan masa jabatan terlama yang pernah berkuasa.

Baca Selengkapnya
Apa Tujuan Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok? Begini Sejarahnya
Apa Tujuan Penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok? Begini Sejarahnya

Berikut ini adalah jawaban atas pertanyaan apa tujuan penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.

Baca Selengkapnya
Mengenang Sejarah Aksi Tritura, Tonggak Utama Lahirnya Masa Orde Baru di Indonesia
Mengenang Sejarah Aksi Tritura, Tonggak Utama Lahirnya Masa Orde Baru di Indonesia

Tritura sendiri merupakan momentum perpindahan dari masa pemerintahan Orde Lama (Soekarno) menuju Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto.

Baca Selengkapnya
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI
Maut Menjemput Brigjen Soepardjo, Jenderal Pendukung G30S/PKI

Brigjen Soepardjo adalah tentara paling tinggi yang terlibat langsung penculikan para jenderal saat G30S/PKi.

Baca Selengkapnya
TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 Dicabut, Soekarno Bakal Dapatkan Hak-Haknya sebagai Presiden Pertama
TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 Dicabut, Soekarno Bakal Dapatkan Hak-Haknya sebagai Presiden Pertama

Surat itu diterima langsung oleh anak Soekarno, antara lain Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra.

Baca Selengkapnya
Petisi 50 Simbol Perlawanan Intelektual pada Gaya Otoriter Soeharto
Petisi 50 Simbol Perlawanan Intelektual pada Gaya Otoriter Soeharto

Petisi dilakukan karena pidato Soeharto dianggap kontroversial.

Baca Selengkapnya
Teks Proklamasi Ternyata Pertama Kali Dibacakan di Cirebon, Begini Kisahnya
Teks Proklamasi Ternyata Pertama Kali Dibacakan di Cirebon, Begini Kisahnya

Pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soedarsono dihadiri oleh sekitar 100 sampai 150 orang dari berbagai penjuru di kota pesisir Jawa Barat itu.

Baca Selengkapnya