Warga Pedalaman Jombang Ini Tak Pakai Bahasa Jawa, Diduga Keturunan Tokoh Penting Kerajaan Singasari
Warga salah satu desa di Kabupaten Jombang Jawa Timur ini tidak menggunakan bahasa Jawa. Begini sejarahnya.
Suasana desa tempat tinggal mereka kental nuansa sejarah
Warga Pedalaman Jombang Ini Tak Pakai Bahasa Jawa, Diduga Keturunan Tokoh Penting Kerajaan Singasari
Sebuah desa di Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini terbilang unik. Pasalnya, sehari-hari mereka berbicara dalam bahasa Madura. Sementara itu, penduduk desa-desa lain di sekelilingnya menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa utama mereka.
(Foto: YouTube SUKORAME LM)
Suasana Desa
Desa ini termasuk kawasan pedalaman Kabupaten Jombang. Dari pusat kota, kita harus melewati jalanan naik turun bak perbukitan sebelum sampai di desa yang masih sejuk dan asri tersebut. Sebagian besar wilayah desa merupakan permukiman dan lahan pertanian.
Sebagian besar warga desa ini berprofesi sebagai petani
Warga desa ini jadi satu-satunya komunitas penutur Bahasa Madura di Kabupaten Jombang. Dikutip dari balaibahasadiy.kemdikbud.go.id, eksistensi Bahasa Madura di desa ini masih tergolong lestari, namun ada potensi terancam.
Meskipun banyak kemiripan, ternyata bahasa yang digunakan warga Desa ini berbeda dari Bahasa Madura asli
Sejarah Desa
Satu-satunya komunitas penutur bahasa Madura di Kabupaten Jombang adalah warga Desa Manduro, Kecamatan Kabuh. Konon, keberadaan desa ini tak bisa dilepaskan dari sosok Arya Wiraraja, penasihat negara Kerajaan Singasari.
Para penduduk Desa Manduro mengklaim mereka adalah keturunan Arya Wiraraja.
Dikutip dari Disperpusip Jawa Timur, kedatangan orang Madura di Jawa berasal dari Laskar Trunojoyo dan Pangeran Arya Wiraraja (nenek moyang warga Desa Manduro). Keberadaan orang Madura di tanah manduro tidak lepas dari sejarah Pangeran Arya Wiraraja yang membantu Raden Wijaya memperluas daerah di sekitar Kediri, Jombang, dan Mojokerto untuk tujuan mendirikan Kerajaan Majapahit.
Di Desa Manduro didapati puing-puing bangunan yang diyakini warga setempat sebagai peninggalan era Kerajaan Majapahit.
Versi Lain
Adapun sumber lain mengatakan bahwa warga Desa Manduro merupakan keturunan Madura asli yang dibawa kolonial Belanda 1876 untuk penempatan tenaga kerja perkebunan. Mereka pada umumnya sangat setia terhadap pekerjaanya sebagai petani kebun sampai hari ini.