Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Khairudin Harahap

Profil Khairudin Harahap | Merdeka.com

Tunjuk Khairudin Harahap adalah seorang warga negara Indonesia yang telah hidup di Malaysia kurang lebih selama 30 tahun. Pada tahun 1980, Khairudin ditunjuk untuk menjabat sebagai  Komandan Batalyon 5 Resimen Mahasiswa Jayakarta di mana resimen ini membawahi tujuh Universitas dan Akademi di Jakarta Pusat. Pada tahun 1981, dia kemudian dilantik menjadi Kepala Biro Pengamanan Komando Resimen Mahasiswa Jayakarta (Skomen). Skomen Jayakarta sendiri adalah pusat komando Resimen mahasiswa seluruh Universitas dan Akademi di Jakarta.

Sebagai Kepala Biro, Khairudin kemudian direkrut menjadi tim analisa Satgas Intelejen Laksusda Jaya. Di kantor Laksus, Khairudin diberi pelajaran mengenai teori intelejen, teknik perang dan latihan menembak. Saat itu, dia juga diberi sebuah pistol sebagai alat pertahanan diri dan diberikan gaji bulanan yang lumayan besar. Setelah digembleng kurang lebih selama 1 tahun, Khairudin ditugaskan untuk memonitor kegiatan Petisi 50. Dalam waktu singkat Khairudin berhasil menyusup masuk dalam kelompok gerakan Petisi 50 serta mengetahui semua gerakan politik mereka.

Pada tahun 1982, Khairudin mendapatkan perintah untuk membunuh Ali Sadikin dan AM. Fatwa dengan cara memasukkan racun arsenik kedalam minuman mereka, ini merupakan cara pembunuhan secara perlahan-lahan. Namun, pada waktu itu karena Khairudin lebih tertarik untuk tetap menjalankan misi monitoring Petisi 50 maka tugas pembunuhan itu dia tolak. Pada bulan Agustus 1983, Khairudin memutuskan untuk pindah ke Malaysia. Khairudin yang kini masih tinggal di Malaysia berharap agar dirinya bisa membantu rakyat Indonesia yang tinggal dan bekerja di Malaysia. Khairudin sendiri kini dipercaya untuk menjabat sebagai Direktur Indonesian Sociology Research.

 

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Khairudin Harahap

  • Alias

    Tunjuk Khairudin Harahap

  • Agama

    Islam

  • Tempat Lahir

  • Tanggal Lahir

    1958-07-12

  • Zodiak

    Cancer

  • Warga Negara

  • Biografi

    Tunjuk Khairudin Harahap adalah seorang warga negara Indonesia yang telah hidup di Malaysia kurang lebih selama 30 tahun. Pada tahun 1980, Khairudin ditunjuk untuk menjabat sebagai  Komandan Batalyon 5 Resimen Mahasiswa Jayakarta di mana resimen ini membawahi tujuh Universitas dan Akademi di Jakarta Pusat. Pada tahun 1981, dia kemudian dilantik menjadi Kepala Biro Pengamanan Komando Resimen Mahasiswa Jayakarta (Skomen). Skomen Jayakarta sendiri adalah pusat komando Resimen mahasiswa seluruh Universitas dan Akademi di Jakarta.

    Sebagai Kepala Biro, Khairudin kemudian direkrut menjadi tim analisa Satgas Intelejen Laksusda Jaya. Di kantor Laksus, Khairudin diberi pelajaran mengenai teori intelejen, teknik perang dan latihan menembak. Saat itu, dia juga diberi sebuah pistol sebagai alat pertahanan diri dan diberikan gaji bulanan yang lumayan besar. Setelah digembleng kurang lebih selama 1 tahun, Khairudin ditugaskan untuk memonitor kegiatan Petisi 50. Dalam waktu singkat Khairudin berhasil menyusup masuk dalam kelompok gerakan Petisi 50 serta mengetahui semua gerakan politik mereka.

    Pada tahun 1982, Khairudin mendapatkan perintah untuk membunuh Ali Sadikin dan AM. Fatwa dengan cara memasukkan racun arsenik kedalam minuman mereka, ini merupakan cara pembunuhan secara perlahan-lahan. Namun, pada waktu itu karena Khairudin lebih tertarik untuk tetap menjalankan misi monitoring Petisi 50 maka tugas pembunuhan itu dia tolak. Pada bulan Agustus 1983, Khairudin memutuskan untuk pindah ke Malaysia. Khairudin yang kini masih tinggal di Malaysia berharap agar dirinya bisa membantu rakyat Indonesia yang tinggal dan bekerja di Malaysia. Khairudin sendiri kini dipercaya untuk menjabat sebagai Direktur Indonesian Sociology Research.

     

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

    • SMA Negeri I Sidempuan
    • University Malaya

  • Karir

  • Penghargaan

    Karya buku :

    • Meniti Buih ke Malaysia (1998)

Geser ke atas Berita Selanjutnya