Berpacu dengan Waktu dan Kecepatan, Jangan Ada Korban
Merdeka.com - Seperti pagi biasanya. Kamis, 14 Oktober 2021. Idris dan beberapa rekannya berjaga di lantai dua. Ruangan yang disebut Command Centre. Suara dari Handy Talky (HT) tak berhenti bersahutan. Idris memastikan, semua rekannya dalam kondisi prima. Siap ditugaskan kapan saja.
Ada sekitar 37 personel dengan satu komandan pleton regu C alias Cepu bertugas hari itu. Mereka duduk di sudut-sudut gedung. Ada yang saling berbincang, bersantai, atau memainkan telepon genggam. Ada pula yang berbincang dengan orang tersayang.
"Unit siap, personel lengkap 86, ganti," kata yang terdengar dari HT Idris.
-
Kenapa peluit kematian ditiup sebelum pengorbanan manusia? Dipercaya bahwa sebelum pengorbanan dilakukan, peluit ini akan ditiup.
-
Siapa korban kebakaran? Atas kejadian itu, mengakibatkan satu orang meninggal dunia atas nama Cornelius Agung Dewabrata (59).
-
Siapa yang menjadi korban kebakaran? Tragedi kebakaran ini pertama kali ditemukan oleh keponakannya, Nurul Mufid (40). Ia melihat api berkobar di belakang rumah dan langsung mengecek sumbernya, menemukan tumpukan daun dan ranting bambu kering di pekarangan. Namun, saat itu Mufid belum menyadari bahwa pamannya terjebak di tengah api yang berkobar.
-
Apa yang dilihat oleh orang-orang nyaris mati? Beberapa pasien pun membuka diri tentang apa yang mereka lihat. Mengutip Unilad, Senin (13/5), beberapa pasien mengingat mimpi tertentu, seperti seseorang yang mengatakan bahwa mereka 'ingat berada di lapangan luas dengan tenda abu-abu tersebar di mana-mana'. 'Ada sosok tak berwajah. Saya ingat berjalan melewati ngarai. Di kedua sisi ngarai ada pria berjubah putih dengan tudung yang menyembunyikan wajah mereka. Hal terakhir yang kuingat adalah mereka semua menunjuk ke arahku,'
-
Apa penyebab kebakaran? 'Dugaan penyebab korsleting listrik pada kulkas,' kata Huda dalam keterangannya, Sabtu (30/3).
-
Siapa yang menghadang rombongan jenazah? Rombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam.
Mobil berkelir merah dan berukuran besar berbaris rapi. Berbagai merek. Dari Hino, Scania, hingga Ford. Terparkir di halaman depan gedung Suku Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jakarta Timur. Di sisi gedung terpajang pesan berukuran besar. "Pantang Pulang Sebelum Api Padam, Walaupun Nyawa Taruhannya".
Ruang Command Centre menjadi pintu gerbang informasi. Selain HT, ada dua monitor yang terpampang. Serta dua telepon bisa berdering sewaktu-waktu. Idris bertugas menerima laporan kejadian. Tidak melulu kejadian kebakaran. Setiap laporan ditindaklanjuti segera. Tak ada istilah lama. Laporan ditindaklanjuti petugas di pos atau unit yang memiliki jarak terdekat dengan tempat kejadian. Setelah petugas bergerak, Idris memberi pesan kepada pelapor.
"Seperti ini, ada bantuan evakuasi tiga ekor anak kucing. Sudah tiga hari (kucing) terjebak di eskalator Superindo alamat TKP di Titanium EKSPRES HomTel Jakarta Timur nomornya 0812**** dari ibu masayu," jelasnya.
Sekitar pukul 12.20 Wib, Idris kembali mendapat laporan. Permintaan bantuan dari salah seorang staf Kelurahan Pisangan Baru. Petugas damkar diminta untuk mengevakuasi sarang tawon.
Harry Purwanto selaku Komandan Danton (Danton) Regu C memberikan komando kepada personel rescue di bawah pimpinan Komandan Regu (Daru) Danang. Mereka ditugaskan menjadi eksekutor laporan tersebut.
"Kita berangkat, evakuasi sarang tawon," singkat Harry kepada regu rescue yang tengah bersantai.
Perintah itu disambut gerakan cepat setiap personel. Mereka segera mengambil seragam di loker masing-masing. Tak lebih dari 3 menit, mobil dan empat regu rescue di bawah pimpinan Danang siap berangkat.
"Ayo ikut mas, naik di depan kita evakuasi tawon," ujar Harry seraya membuka pintu depan mobil dan tempatkan saya duduk di tengah.
Hari itu Sinyo yang bertugas menjadi sopir mobil damkar. Dia membunyikan sirine yang memenuhi gendang telinga. Beriringan dengan detak jantung yang terpacu. Mobil keluar dari gedung Damkar bersama suara sirine yang memecah kebisingan ibu kota. Jarum penunjuk kecepatan berada di angka 70 sampai 80 kilometer perjam. Walau mobil berukuran besar, Sinyo cukup lihai meliuk-liuk. Sambil memainkan engine break atau rem angin yang ada di sebelah kiri setir.
Walaupun mengevakuasi sarang tawon bukanlah hal yang mendesak, mereka tetap berpegang pada standar operasional. Harus tepat waktu. Apapun jenis laporan dan permohonan bantuan, mereka harus tiba di lokasi maksimal 15 menit. Tak bisa ditawar. Dari hitungan kami, perjalanan hingga ke tempat kejadian hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 10 menit.
Tiba di lokasi, Harry bersama Danang langsung memperhitungkan ketinggian sarang tawon yang terletak di atas pohon yang ada di halaman SDN 05 Pisangan Baru.
Sebagai personel tim rescue, Adli ditugaskan menjadi eksekutor sarang tawon di atas pohon setinggi empat meter. Mereka tak pernah menganggap enteng setiap laporan. Sejak awal disadari. Apapun tugas yang dijalankan, mereka selalu berjalan dengan risiko tinggi.
Danang sempat menceritakan pengalaman pertamanya mengevakuasi sarang tawon di tahun 2014. Berujung perawatan di UGD karena 10 sengatan tawon bersarang di tubuhnya.
"Walau cuma sarang tawon, tapi itu berbahaya. Kita sebagai petugas jangan pernah anggap remeh," katanya.
Kejadian yang tak pernah dilupakan. Ketika diminta mengevakuasi sarang tawon yang tersembunyi di dalam kubah masjid. Tanpa dibekali pengalaman dan perlengkapan khusus kala itu, Danang membantu warga yang sudah angkat tangan mengatasi sarang tawon yang sebesar galon air mineral.
Dari kejadian itu, pimpinan Damkar membekali setiap personel dengan kemampuan mengevakuasi dan menghadapi satwa liar. Dilengkapi pakaian khusus dan teknik yang tepat. Sebab, keselamatan warga di atas segalanya.
Pelajaran itu sangat berharga. Terbukti, tak butuh waktu lama, Adli berhasil mengeksekusi sarang tawon yang berdiameter sekitar 30 cm. Evakuasi berjalan singkat. Sesampainya di bawah dan membuka baju khusus, terlihat wajah Adli yang memerah.
"Kena sengat tidak?" tanya Herry kepada Adli.
"Kena sepertinya di kepala," ucap Adli sambil menunjukkan sisi kepala yang terasa sakit.
Benar saja, benjolan terlihat di sisi kepala Adli. Bekas sengatan tawon vespa avianis yang berhasil menembus baju pelindungnya. Adli tetap tersenyum. Menyembunyikan rasa sakit dan pusingnya. Namun tetap saja ekspresi wajah yang memerah cukup menggambarkan kondisinya.
"Nanti langsung bawa berobat," pesan Harry kepada Danang.
Ucapan terima kasih dari Kepala Sekolah SDN 05 Penjarian Baru mengiringi langkah tim damkar kembali ke markas mereka. Sirine kembali dinyalakan. Penanda kembalinya mobil penolong membelah keramaian jalanan ibu kota. Tanpa mengurangi kecepatan. Masih sama seperti berangkat menjalankan tugas
"Kalau kita pulang dari TKP juga tidak santai, harus diburu waktu karena harus standby lagi di markas. Bahkan pernah satu kejadian, sebelum sampai di markas sudah digeser ke TKP lain," kata Sinyo.
Tak Boleh Ada Kata Terlambat
Sosok Sinyo di balik kemudi mobil damkar bernama asli Shendy. Di sela istirahat usai menjalankan tugas, rokok dan kopi menemani hangatnya pembicaraan dengan Sinyo yang dikenal dengan sebutan 'driver gila'.
Driver mobil Damkar tak punya banyak pilihan ketika berada di jalanan. Terpaksa menginjak pedal gas agar mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Beriringan dengan suara sirine yang bersahutan. Semua dilakukan demi ketepatan waktu.
"Ketika berpacu dengan waktu dan ketepatan, jangan sampai ada korban. Jadi kita kebut di jalan juga punya alasan. Tapi gue tetap pakai perhitungan. Kita jangan sampai senggolan," katanya.
Seorang driver mobil pemadam kebakaran membutuhkan keahlian. Bukan sopir biasa. Untuk menjadi driver mobil damkar diperlukan pelatihan khusus selama satu bulan penuh. Demi mendapatkan perhitungan dan ketepatan waktu. Keahlian berkendara dibarengi kemampuan mengoperasikan seluruh bagian mobil.
Satu lagi yang harus dimiliki seorang driver mobil damkar. Apalagi kalau bukan nyali untuk dapat memacu mobil berukuran besar. Terkadang, suara sirine yang menjadi alat bantu memacu adrenaline dan nyali dalam diri.
Sinyo sadar, pekerjaannya penuh risiko. Apalagi dia harus membawa nyawa petugas penyelamat. Slogan 'Nyawa Taruhanya' itu nyata. Dia ingat kala seniornya yang bernama Sulistyo meninggal ketika memadamkan api di kebakaran Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat belasan tahun silam.
"Saya sedari awal bilang pada keluarga, bisa saja berangkat kerja dan pulang tinggal nama. Ada senior saya pas awal masuk Damkar, itu jadi pelajaran banget. Buat kita berserah diri kepada ilahi saat mulai bertugas," katanya.
Ada Kebanggaan
Tersemat rasa bangga dalam diri setiap petugas unit rescue. Termasuk Sinyo. Bangga memiliki kesempatan menyelamatkan dan menolong warga yang kesulitan. Mulai dari menolong mereka yang terjebak dalam kebakaran, membuka cicin tersangkut dalam jari, bahkan sekadar membantu mengambil bola di sungai. Terbaru yang menjadi bahan pembicaraan di media sosial ketika membantu mengambil kartu ATM yang terjatuh di selokan.
"Ucapan terima kasih itu sudah cukup banget, kita senang lah. Sama kalau tahu pas ATM kecebur, kan kalau dipikir tinggal buat lagi saja kan di depannya juga Bank DKI. Tapi kita tidak begitu mikirnya, sekecil apapun warga minta bantuan, artinya sudah tak bisa ditangani," kata Sinyo.
Perbincangan dengan Sinyo harus berhenti saat Azan Ashar berkumandang. Mereka saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah sebagai salah satu tugas yang tak boleh dilupakan.
Kenyang dengan Makian
Jarum jam bergerak cepat. Hingga malam menjelang. Petugas rescue berjaga ditemani gorengan bakwan, tempe, dan tahu. Cukup menjadi kudapan malam itu. Dua nampan gorengan dinikmati bersama. Sambil mendengar Harry, Komandan Regu Cepu, berbagi cerita. Sudah belasan tahun dia bertugas menjadi pemadam kebakaran. Hal yang sering diterima adalah ocehan warga. Sudah kenyang rasanya dimaki-maki karena alasan telat datang ke tempat kejadian.
"Kuping kita sudah biasa. Ada yang menyebut damkar telat, bangunan sudah hangus baru datang. Padahal kebiasaan warga kalau kebakaran, mencoba padamkan api sendiri. Kalau (api) sudah besar baru hubungi kita. Jadi pas kita datang ya api sudah gede," katanya.
Sering juga ditemui, warga yang tak sabar melihat petugas yang tengah memadamkan api. Tak jarang, warga mencoba merebut selang yang digunakan petugas damkar. Dari penjelasan Harry, petugas terlebih dahulu menyemprotkan air di bagian samping bangunan yang terbakar. Tujuannya agar api tidak merambat. Sekaligus meminimalisir kerugian.
Berulang kali Harry mengimbau warga agar segala urusan diserahkan kepada petugas biar berjalan lancar. Namun petugas memilih mengalah ketika warga memaksa mengambil alih selang air. Demi menghindari pertikaian dengan warga.
Pengalaman-pengalaman itu nyata ketika memadamkan kebakaran di Pasar Senen. Mereka harus menerima mentah-mentah tudingan warga. Dianggap sengaja memperlama proses pemadaman agar pasar yang kala itu hendak digusur jadi hangus terbakar.
"Terlepas dari tudingan warga kala itu sengaja dibakarlah, tapi tugas kita memadamkan api, jadi biarlah itu semuanya, kita fokus saja," sambungnya.
Cerita pengalaman Harry terhenti memasuki pukul 21.00 WIB. Hari itu mereka bersyukur tak ada kejadian kebakaran. Sejak pagi hingga malam hari, hanya ada empat laporan yang diterima Sudin Damkar Jakarta Timur. Satu diantaranya evakuasi sarang tawon.
Waktu semakin larut, satu per satu petugas mencari posisi nyaman untuk sejenak merebahkan badan. Menjaga stamina. Karena panggilan darurat bisa sewaktu-waktu datang.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat sampai di perlintasan sebidang Cikadupateh, para petugas dan relawan yang berjaga dengan sigap menghentikan truk pemadam kebakaran tersebut.
Baca SelengkapnyaPemakai jasa penyeberangan agar datang lebih awal secepat-cepatnya 4 jam sebelum waktu pemberangkatan agar bisa masuk ke pelabuhan.
Baca SelengkapnyaJika terjadi kecelakaan pada pelintasan, hal itu bukan kecelakaan perkeretaapian, melainkan kecelakaan lalu lintas jalan.
Baca Selengkapnya