Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bertemu Usman dan Harun di layar tancap

Bertemu Usman dan Harun di layar tancap Makam Usman Harun. ©2014 merdeka.com/Muhammad Luthfi Rahman

Merdeka.com - Beginilah kebiasaan Janatin bin Muhammad Ali alias Usman dan Tahir bin Mandar alias Harun bin Said ketika masih menjalani pendidikan di markas Korps Komando Operasi (KKO) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut, Cilandak, Jakarta.

Saban malam keduanya selalu kabur lewat pagar belakang berkawat duri setinggi semeter buat mencari hiburan. Mereka tidak sendirian. Banyak prajurit KKO juga melakoni hal serupa. Bersetelan kaus benlon dan celana panjang safari, mereka berjalan kaki menyusuri kampung. "Kami biasanya mencari tontonan layar tancap hingga sampai Fatmawati," kata Suparmo, pensiunan KKO berpangkat Prajurit Satu, saat ditemui merdeka.com di kediamannya dalam gang sempit di Pondok Kopi, Jakarta Timur, Rabu pekan lalu.

Kenangan di awal 1960-an itu masih terpatri dalam ingatan kakek dua cucu berusia 72 tahun ini. Markas KKO di Cilandak ini menjadi pusat pelatihan bagi para relawan untuk operasi Ganyang Malaysia digaungkan Presiden Soekarno. Suparmo seangkatan dengan Usman dan Harun.

Pelatihan bagi relawan Ganyang Malaysia ini berlangsung tiga bulan dan berlangsung tiap hari. Dibuka sehabis salat subuh dan selesai menjelang azan magrib. Mereka berlari mengelilingi lapangan markas seluas dua kali lapangan sepak bola hingga sepuluh putaran dilanjutkan dengan latihan ketahanan fisik lainnya.

"Kami tidak mendapat sarapan," ujar Suparmo. Relawan-relawan ini baru beristirahat menjelang zuhur. Setelah salat dan makan siang dilanjutkan dengan pemberian materi di kelas. Ada tiga jenis pelajaran diberikan, yakni intelijen, pengeboman dan pertempuran.

Materi intelijen meliputi pemetaan dan menumpulkan informasi soal wilayah musuh dan sasaran serangan serta penyamaran identitas dan bahan peledak. Kelas pengeboman mengajarkan mengenai jenis bahan peledak, cara membuat bom waktu dan pelbagai bom lainnya. Buat materi tempur, relawan diajarkan soal bertempur sendirian dan dalam tim, termasuk berperang di tengah hutan dan perang kota. Latihan tempur berlangsung di Cisarua, Bogor. Mereka juga dicekoki doktrin untuk melawan penjajahan Barat di Asia.

Angkatan Usman dan Harun berjumlah ratusan relawan. Mereka menginap dalam barak disebut gedung Kurusetra. Nama ini merujuk pada lapangan luas tempat pertempuran antara Pandawa dan Kurawa. Barak itu seluas hampir 500 meter persegi berisi ranjang besi bertingkat. Tempat-tempat tidur itu berjejer rapi tiga baris.

Rata-rata relawan berusia 21-25 tahun. Padatnya jadwal latihan dan tanpa hari libur membuat mereka bosan. Inilah yang memaksa banyak relawan kabur tiap malam buat menonton layar tancap. "Film jadul (zaman dulu), artisnya Titin Sumarni," kenang Suparmo.

Di tempat layar tancap pula dia kerap bertemu Usman dan Harun.

(mdk/fas)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP