Deretan pendekar olah TKP di Indonesia
Merdeka.com - Sosok tinggi bertubuh gempal itu duduk santai di salah satu kursi ruangan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Kaos 'Turn Back Crime' warna biru jadi lebih mencolok karena kulitnya yang relatif legam, akibat bekerja di luar ruangan nyaris saban hari. Sorot matanya tajam sedikit membuat gentar bagi orang yang pertama kali bertemu.
Tak dinyana, pria 39 tahun itu segera tersenyum ketika menyambut merdeka.com. Suaranya lembut dan artikulatif setiap menjawab pertanyaan. Dialah Aipda Wahyudin, anggota tim identifikasi sidik jari (INAFIS) bagian dari Subdit Reserse Mobil.
Dari beberapa penyidik Polda Metro Jaya yang kami temui, nama Wahyudin selalu disebut-sebut. Sesama personel polisi menjulukinya jagoan olah tempat kejadian perkara (TKP).
-
Siapa saja yang diperiksa polisi? Hari ini, tiga saksi diperiksa unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangerang Selatan, Jumat (23/2).
-
Apa yang dilakukan polisi tersebut? Penyidik menetapkan Bripka ED, pengemudi mobil Toyota Alphard putih yang viral, sebagai tersangka karena melakukan pengancaman dengan pisau terhadap warga.
-
Bagaimana polisi menangkap mereka? Penangkapan ini tidak lepas dari kegiatan patroli rutin yang ditingkatkan di wilayah Kepolisian Resor Kota Besar Medan dan jajaran untuk membantu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
-
Apa yang dilakukan polwan? Polisi wanita atau yang biasa disingkat polwan adalah salah satu profesi yang banyak dicita-citakan. Menjadi aparat penegak hukum artinya Anda akan berkontribusi terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakat, khususnya dalam menumpas tindak kejahatan.
-
Siapa yang menemukan mayat? Mayat tersebut diduga merupakan korban pembunuhan lantaran terdapat luka-luka di tubuhnya. Mayat pertama kali ditemukan oleh petugas kehutanan, Suyitono.
Sudah tak terhitung lagi pengalamannya menjadi ketua tim olah TKP. Mulai dari kasus pidana ringan sampai kejahatan besar menyita perhatian publik. Polda Metro Jaya, sebagai unit kepolisian paling sibuk di Tanah Air, menangani 44.304 kasus pidana tahun lalu. Sebanyak 29.750 kasus berhasil dituntaskan.
Penuntasan kasus itu tentu disokong kerja Wahyudin dan kawan-kawan dari INAFIS untuk membantu reserse memperoleh barang bukti.
"Tugas saya mencari sidik jari laten. Jadi saya mencari sidik jari yang nantinya dijadikan alat atau barang bukti untuk membikin terang suatu peristiwa," ujarnya ketika ditanya tentang spesialisasinya.
Ayah dua anak ini dalam bekerja biasanya dibantu tiga anggota tim lain. Mereka harus telaten memilah serta mengambil benda-benda berpotensi menjadi barang bukti. Dibanding pistol, seperti lazimnya polisi, senjata andalan Wahyudin adalah lifter (alat penjepit) transparan dan satu lagi berbahan karet.
Tim Polda Metro memeriksa bercak darah di TKP (c) 2016 Merdeka.com/Dok. INAFIS
Sejak memulai karir sebagai polisi pada tahun 2000, sampai sekarang Wahyudin terus dipertahankan di INAFIS kendati atasannya berganti. Dia dianggap piawai mencari barang bukti serta berprestasi. "Sampai saat ini engga boleh pindah ke mana-mana," ujarnya sambil tersenyum.
Wahyudin mengaku tidak membayangkan bakal menjadi pelacak sidik jari seperti sekarang ketika mendaftar ke kepolisian. Dia awalnya sekadar iseng mendaftar ke bagian olah TKP. Empat tahun setelah bergabung, Wahyudin berhasil melacak pelaku pengeboman komplek Markas Besar Polri di Jakarta. Dia mendapat penghargaan langsung dari Kapolri. Lambat laun, dia semakin jatuh cinta pada bidang olah TKP. "Jadi saya berfikir memang jalannya di sini," tandasnya.
Lain Jakarta, lain pula Surabaya. Di Kota Pahlawan itu, ada Aiptu Pudji Hardjanto. Dia adalah sosok anggota INAFIS Polrestabes Surabaya yang langganan bertugas mengolah TKP kejahatan pidana. Pembedanya, Pudji merupakan satu-satunya polisi aktif yang sudah menelurkan buku seluk-beluk penyidikan ilmiah berjudul "TKP Bicara", terbit pada 2015.
Sosok mudah dikenali berkat rambut gondrong dan kacamata hitam itu, melalui bukunya, menjelaskan macam-macam modus kejahatan yang berhasil diungkap polisi. Misalnya saja pembunuhan seorang peternak ketika dia masih bertugas di Polsek Biudukfoho, Belu, Nusa Tenggara Timur pada 1990-an. Kasus itu berhasil dia ungkap berkat meneliti rerumputan di sekitar jenazah.
Ada pula kasus rekayasa bunuh diri seorang mahasiswi Akademi Perawatan pada 2010 lalu di Jawa Timur, yang dia bongkar setelah merasa ada keanehan pada sayatan nadi. Mahasiswi itu bukan seorang kidal, namun malah memotong nadi di pergelangan tangan kanan.
Berhadapan dengan ratusan jenis tindak kejahatan selama 20 tahun berkarir, Pudji punya satu pegangan yang dia jadikan panduan menuntaskan kasus. "Pembunuh pasti penasaran melihat hasil karyanya. Dia pasti kembali ke tempat semula. Sekedar memastikan jejaknya agar tidak terlacak," tulisnya.
Tim DVI jatuhnya Sukhoi memeriksa jasad (c) 2012 Merdeka.com/Arie Basuki
Komisaris Polisi Asep Gunardi juga merupakan sosok aparat yang kenyang makan asam garam dengan dunia penyidikan ilmiah. Walau tak langsung terjun ke TKP, Kepala Urusan Disaster Victims Identification (DVI) Polda Metro Jaya ini berulang kali memeriksa mayat yang dapat memberi petunjuk pengungkapan kasus.
Asep terlibat dalam pengungkapan korban serta pelaku insiden bom Sarinah awal tahun ini. Dia juga pernah menangani identifikasi korban jatuhnya Sukhoi Superjet 100 pada 9 Mei 2012 di Gunung Salak.
Lama berkarir di bidang pemeriksaan mayat bikin Asep tak punya jam kerja jelas. Peristiwa, entah itu pidana maupun bencana, terjadi kapanpun. Alhasil dia cukup jarang bertemu keluarga. "Alhamdulillah masih bisa diatasi. Ya namanya kita sudah kontrak dengan pihak kepolisian," kata Asep.
Selain itu, pekerjaan DVI sangat bergantung pada kondisi jenazah. Seringkali butuh waktu lebih dari satu hari untuk menentukan penyebab kematian seseorang.
Asep menyatakan olah TKP semacam gabungan seni dan kajian ilmiah yang tidak bisa dipatok tenggat. Kesabaran dan jam terbang akan jadi kunci apakah informasi yang didapat bisa diteruskan ke penyidik untuk melengkapi detail sebuah kasus.
"Kalau buru-buru juga, kan kita engga ada bukti yang bisa bicara nanti. Bisa satu jam, dua jam, bahkan berhari-hari, tergantung tempat kejadian perkara," tuturnya.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapolda Metro Jaya Karyoto sudah berkomitmen mengusut tuntas kasus temuan tujuh mayat remaja tersebut.
Baca SelengkapnyaKerja sama tersebut bertujuan untuk mengumpulkan data antemortem dari keluarga korban
Baca SelengkapnyaLima jenazah terduga Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) berhasil dievakuasi ke RSUD Dekai. Selanjutnya kelima jasad tersebut akan dilakukan autopsi.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya memerika 10 warga sipil terkait kasus 7 mayat remaja laki-laki di Kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaSelain itu, polisi juga menemukan kantong plastik yang berisikan air keras.
Baca SelengkapnyaKerangka manusia yang ditemukan di kolong Tol Serpong terdiri dari tulang kepala, kaki, tangan dan rahang bawah.
Baca SelengkapnyaBidpropam Polda Metro juga turut melakukan pemeriksaan terhadap sipil.
Baca SelengkapnyaTapi menurut Herry, pihak rumah sakit masih tetap bisa mengidentifikasi ketujuh mayat tersebut.
Baca SelengkapnyaAdapun pada tempat berkumpulnya peserta tawuran, diketahui terdapat 50 orang yang sudah berada di tempat tersebut.
Baca SelengkapnyaBeberapa sampel diambil guna diteliti di Laboratorium Forensik.
Baca SelengkapnyaKasatgas Humas Damai Cartenz, AKBP Bayu Suseno menambahkan saat ini keenam jenazah telah dievakuasi ke RSUD Dekai Yahukimo.
Baca SelengkapnyaTerungkap Peran Lima Pelaku Begal Casis Bintara Polri
Baca Selengkapnya