Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Legislator Muda, Bisa Apa?

Legislator Muda, Bisa Apa? Anggota DPRD Cimahi Agung Yudaswara. ©2020 Merdeka.com/Aksara Bebey

Merdeka.com - Umurnya belum lagi genap 30 tahun. Tapi, Agung Yudaswara sudah dua kali terpilih menjadi anggota DPRD Cimahi, Jawa Barat. Tak pernah berniat menjadi politisi, Agung awalnya hanya ingin mewujudkan cita-cita sang ayah.

Saat Pemilu 2014, nama Agung Yudaswara menjadi buah bibir di Kota Cimahi. Umurnya baru 24 tahun, minim pengalaman dan dianggap sebelah mata. Nomor urutnya pun 11, paling buncit di antara caleg PDI Perjuangan lainnya. Mewakili daerah pemilihan Cibeureum dan Melong, Agung justru menjadi 'bintang' dengan meraih suara terbanyak dan menjadi wakil rakyat untuk periode 2014-2019 di DPRD Cimahi.

Lulus dari Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung, jurusan arsitektur pada 2012, Agung awalnya ingin berkarier dalam bidang yang dia pelajari selama kuliah. Tapi ayahnya, Ence Tarman Suwandi, seorang pengusaha meubel dan properti di Bandung memintanya untuk mempersiapkan diri ikut pemilu dengan menjadi calon anggota legislatif.

Agung menuturkan, ayahnya merupakan simpatisan PDIP sejak lama. Namun ayahnya enggan terjun langsung menjadi politisi dan menginginkan tiga anaknya yang menjadi politisi. Permintaan itu ditolak dua kakaknya. Sebagai bungsu, Agung yang tak ingin mengecewakan, mengiyakan meski tidak tahu target apa yang harus dia capai.

"Dulu, waktu saya kecil, suka diajak ayah konvoi kalau ada momen politik. Ayah saya bukan pengurus partai, cuma memang aktif sebagai simpatisan PDIP. Setelah saya dewasa, ayah menawari saya untuk aktif berpartai. Itu seperti cita-citanya melihat ada anaknya yang berpolitik, tapi dua kakak saya enggak mau. Karena meskipun aktif, ayah saya tidak terjun langsung di dunia politik karena sibuk mengurus bisnis," kata Agung saat ditemui di kediamannya, Jalan Kebon Kopi, Kota Cimahi, Rabu (26/2) lalu.

Agung pun kemudian merintis jalan ke dunia politik dengan menjadi kader PDIP. Sambil aktif memperkenalkan diri ke berbagai komunitas dan tokoh masyarakat, Agung juga ikut di berbagai kegiatan kepemudaan. Selama kampanye, Agung juga meniru gaya capres Jokowi saat itu dengan blusukan ke kampung-kampung. Dia tidak banyak menjanjikan program, tapi mendengar aspirasi dan keinginan warga.

"Kalau dihitung-hitung, pas kampanye (pemilu 2014) habis sekitar Rp 800 juta. Itu untuk keperluan acara seperti ngaliwet (makan-makan) sama untuk alat peraga dan lain-lain. Semua dibantu sama ayah. Luas wilayah di Kota Cimahi memang kecil tapi persaingannya ketat, cost (biaya) politiknya lumayan. Tapi saya yakin ada yang lebih besar dibanding saya," tuturnya.

"Saat kampanye saya tidak banyak janji atau program yang saya sampaikan. Karena memang masih belum tahu. Tapi, saya fokus mendengar dan mencatat keluhan masyarakat," kata dia lagi.

Usahanya itu membuahkan hasil maksimal. Agung meraih 3.700 suara, paling banyak di antara seluruh caleg yang terpilih dari berbagai partai politik di daerah pemilihannya.

Meski bangga bisa terpilih dan mewujudkan cita-cita orang tuanya, Agung mengakui belum cakap dan paham fungsi dan tugas anggota dewan.

"Saya sadar ada tanggung jawab yang besar untuk masyarakat di balik kursi yang didapatkan. Gambaran saya (waktu terpilih), saya punya meja dan komputer sendiri. Selama satu tahun saya adaptasi sambil belajar. Sekarang Insyaallah sudah tahu dan paham," kata dia.

Mewujudkan Aspirasi Konstituen

Berstatus anggota DPRD termuda, Agung harus beradaptasi. Awalnya dia mengaku canggung, namun perlahan-lahan dia bisa menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Aspirasi konstituennya menjadi perhatian utama. Di periode pertamanya menjabat itu, banyak perbaikan infrastruktur yang terwujud atas inisiatifnya memperjuangkan di dewan. Seperti perbaikan jalan, penambahan lampu penerangan jalan, hingga perbaikan rumah tidak layak huni.

Ia menilai, lima tahun kinerjanya sebagai anggota dewan sudah diterima oleh masyarakat. Buktinya, dia terpilih lagi sebagai anggota dewan untuk periode kedua, 2019-2024. Sebagai petahana, Agung mengaku prosesnya lebih mudah dan biaya kampanye bisa ditekan setengahnya. Meski secara suara tidak naik secara signifikan.

"Saya berkeyakinan, enggak akan terpilih lagi kalau kinerja enggak bagus," kata dia.

Banyak yang ingin dikerjakan Agung di periode keduanya. Salah satu yang masih menjadi 'utangnya' adalah mendorong Pemkot Cimahi membenahi banjir di wilayah Cibeureum dan Melong yang masuk kategori kawasan padat.

"Banjir ini harus ditangani. Periode kedua saya sebagai dewan salah satunya soal banjir ini. Sekarang lagi penganggaran. Saya tidak memfokuskan dalam satu program. Saya menyerap aspirasi melalui reses. Semua fasilitas umum, kesehatan pendidikan saya perjuangkan," pungkasnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP