Membongkar janggal kasus JIS
Merdeka.com - Puluhan mobil mewah hilir mudik di depan pintu gerbang sekolah Jakarta Intercultural School (JIS), Cilandak, Jakarta Selatan. Sejumlah petugas keamanan yang berjaga langsung memeriksa kendaraan yang mencoba masuk ke dalam sekolah kaum elite tersebut. Para sopir diminta membuka kaca dan bagasi untuk diperiksa dengan metal detektor. Layaknya pengamanan di Istana Presiden, setiap orang yang masuk juga harus melawati pemeriksaan sangat ketat, barang bawaan mereka diperiksa secara menyeluruh oleh beberapa petugas. Jika tidak ada yang mencurigakan, petugas lalu mempersilakan masuk.Namun siapa sangka di balik tembok kokoh yang diawasi puluhan kamera pengintai ini mencuat kisah murid Taman Kanak Kanak (TK), mengalami kekerasan seksual pada Maret 2014 silam. Bocah berinisial M mengaku telah disodomi oleh lima orang pegawai kebersihan sekolah dan dua orang guru. Setelah menjalani rangkaian proses hukum mereka akhirnya ditetapkan sebagai tersangka, dan telah menjalani vonis hukuman.Para tersangka yakni, Irgiawan Amin alias Awan, Agun, Zainal, Syahrial, Azwar dan seorang wanita Afrisca. Dalam proses di kepolisian Azwar meninggal dunia. Versi polisi Azwar bunuh diri. Selain itu dua orang guru juga terseret. Neil Bentlemen dan Ferdinand Michael Tjiong. Tujuh orang itu kini sudah berstatus terpidana.
Dua tahun setelah kasus ini berjalan, tercium adanya dugaan rekayasa dan kriminalisasi hukum yang dilakukan oleh salah satu orangtua korban, Theresia Pipit. Satu persatu kejanggalan terkait alat bukti di kepolisian mulai terbongkar.
-
Apa bentuk pelecehan yang dilakukan pelaku? Dia mengatakan korban sempat takut untuk mengaku hingga akhirnya pihak keluarga membawa korban ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pengecekan.'Yang bersangkutan menyampaikan takut. Setelah itu keluarga korban mengecek ke rumah sakit dan ternyata betul korban hamil, dan diakui oleh korban bahwa ia mengalami kekerasan seksual oleh pamannya sendiri,' kata dia, seperti dilansir dari Antara.
-
Siapa yang terlibat dalam penganiayaan anak SD di Jombang? “Katanya orangtuanya (korban) diajak main layangan, kok tiba-tiba dihajar. Tidak dikeroyok, tapi satu lawan satu,“ ungkap Kepala Desa Japanan Junaidi Catur Wicaksono.
-
Siapa yang diduga melakukan pelecehan seksual? Video itu berisikan pengakuan dan permintaan maaf seorang pria atas pelecehan seksual yang dilakukannya.
-
Siapa otak pemerkosaan siswi SMP? D diketahui sebagai otak kejahatan yang membawa korban ke TKP dan mengawali perkosaan disaksikan sembilan temannya.
-
Apa modus ratusan pelajar tersebut? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Siapa guru yang mencabuli murid? Kasat Reskrim Polres Kota Pariaman, Iptu Rinto Alwi mengatakan, peristiwa itu terjadi beberapa bulan yang lalu dan pelaku sudah berhasil diamankan. 'Kejadian tahun ini, beberapa bulan yang lalu. Pelaku berhasil ditangkap pada 15 Mei 2024. Pada 29 Mei 2024 perkaranya sudah dilimpahkan ke Kejaksaan,' tuturnya.
Para pelaku yang tadinya dinyatakan bersalah belakangan diyakini sebagai korban kriminalisasi. Beberapa orangtua murid JIS mengendus ada skenario besar yang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan nama baik sekolah."Kasus ini sudah jelas direkayasa. Simple-nya, kalau anak saya mengalami pelecehan seksual itu sudah pasti trauma dan enggak mau sekolah. Apalagi si ibu bilang, ini terjadi selama 15 bulan. Masa selama itu si anak senang-senang saja ke sekolah," ujar Maya Lestari, salah satu orangtua murid JIS saat ditemui merdeka. com, Rabu (27/4) pekan lalu.
hasil visum kasus pelecehan seksual di JIS ©2016 Merdeka.com/istimewa
Maya lalu membeberkan adanya kejanggalan lain dalam kasus pelecehan seksual yang dituduhkan. Hasil pemeriksaan dari tiga rumah sakit yang berbeda menunjukkan bahwa tidak ada tanda-tanda kekerasan seksual yang dialami oleh M.
Maya menceritakan, hal itu juga diperkuat dari hasil visum di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo yang menyatakan negatif. Sementara sebuah hasil visum di Rumah Sakit Pondok Indah, juga sempat disebutkan M positif herpes. Bukan akibat pelecehan seksual melainkan karena jamur."Hasilnya semua Negatif. Jadi kalau dipikir kembali bagaimana bisa pelecehan seksual terjadi kalau visum saja menyatakan negatif. Ini kan aneh, bagaimana bisa terjadi sodomi kalau tidak ada tanda-tanda kerusakan di anus korban," kata Maya dengan nada kesal.
hasil visum kasus pelecehan seksual di JIS ©2016 Merdeka.com/istimewa
Maya melanjutkan, para orangtua murid yakin sebenarnya tak ada sodomi atau predator seks di sekolah itu. Pengamanan yang ketat serta pengawasan dari para guru membuktikan bahwa tidak ada celah bagi pelaku untuk melakukan perbuatan bejatnya di sekolah bertaraf internasional tersebut. Dia mengatakan, penetapan status tersangka terhadap pelaku juga tidak didasari oleh bukti kuat untuk masuk persidangan.
"Jadi awalnya itu ditunjuk dua orang. Waktu itu pihak sekolah menunjukkan kalau tidak salah ada 70 foto pekerja kebersihan di JIS kepada M. Saat diminta memberitahu yang mana pelakunya, M selalu berubah-ubah. Bahkan dia itu milihnya seperti asal tunjuk saja sampai akhirnya terpilih dua orang yaitu Agun sama Africha," terang ibu yang mengaku anaknya sekolah di JIS dari TK hingga SD ini.
hasil visum kasus pelecehan seksual di JIS ©2016 Merdeka.com/istimewa
Setelah M menunjuk beberapa foto yang diperlihatkan, polisi lalu membawa Agun dan Icha ke Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan. Maya menjelaskan, saat itu keduanya masih berstatus saksi, namun setelah melakukan pemeriksaan penyidik lalu memanggil empat petugas kebersihan lainnya yaitu Irgiawan Amin alias Awan, Syahrial, Zainal Abidin dan Azwar.
Keempatnya juga ikut dimintai keterangan untuk mengetahui adanya dugaan sodomi yang dilakukan bersama-sama oleh mereka. Tak butuh waktu lama bagi polisi untuk menetapkan mereka sebagai tersangka.Dua bulan setelah proses hukum yang dijalani para petugas kebersihan JIS, laporan adanya dugaan sodomi kembali dilaporkan oleh orangtua murid ke Polda Metro. Ada tiga pelapor yang menyatakan bahwa ada dua orang guru JIS yang diduga pedofilia dan telah menyodomi anak mereka.
hasil visum kasus pelecehan seksual di JIS ©2016 Merdeka.com/istimewa
Kedua guru bernama Neil Bantleman dan Ferdinant Tjong itu pun lalu diperiksa oleh pinyidik. Nasib mereka juga sama seperti para petugas kebersihan, ditetapkan sebagai tersangka.
"Kami sangat yakin bahwa mereka semua tidak bersalah. Apalagi kami sangat mengenal kedua guru itu. Tidak ada sama sekali latar belakang mereka yang mengarah ke kasus kriminal," lanjut Maya.Orangtua murid yang lainya juga memberikan kesaksian bahwa kasus ini sengaja direkayasa oleh Thresia untuk kepentingan pribadinya. Salah satunya adalah Ayu yang anaknya juga masih duduk di bangku Taman Kanak Kanak. Ayu mengetahui persis tiga lokasi yang diduga sebagai tempat terjadinya pelecehan seksual. Menurutnya, tiga tempat seperti toilet murid, ruang guru, dan pantry di sekolah adalah tempat ramai dan tidak mungkin bisa menjalankan aksi bejat yang dituduhkan oleh Theresia."Kalau kita lihat tempat kejadiannya itu semua ramai. Korban mengaku kejadian itu saat istirahat sekolah dan itu terjadi di toilet. Saya rasa itu sangat tidak mungkin karena tempat itu sangat ramai sekali kalau istirahat, banyak anak anak mondar mandir. Jadi seandainya terjadi sodomi kemungkinan akan ketahuan sama pengawas," jelas Ayu.
suasana jis ©2016 merdeka.com/nuryandi abdurohman
"Lalu katanya di pantry, itu juga sangat tidak mungkin karena lokasi itu ramai dan terbuka, banyak guru sering masuk ke sana. Terus terakhir katanya ruangan Neil, kalau dilihat ruangan itu sebenarnya sangat terbuka karena itu kaca semua, jadi aktivitas apapun pasti kelihatan sama guru-guru lain. Saya rasa tuduhan itu sangat tidak masuk akal," tuturnya.Ayu mengatakan, wali murid juga mencurigai adanya motif besar di balik kasus ini, mereka menduga jika Theresia sengaja memanfaatkan masalah ini untuk melakukan pemerasan terhadap sekolah JIS dengan cara menuntut ganti rugi Rp 1,6 triliun rupiah. "Semakin curiga ketika ibu korban itu minta uang ganti rugi sebesar 125 juta dolar. Kami makin yakin jika ini rekayasa. Padahal awalnya tuntutan itu sebesar 12,5 juta dolar, tapi akhirnya naik. Kalau ditotal jumlahnya itu bisa Rp 1,6 triliun rupiah," jelasnya. Kecurigaan adanya pemerasan juga diyakini oleh kuasa hukum JIS, Harry Ponto. Dia mencium adanya maksud terselubung dalam perkara perdata. Harry menduga ada motif komersil yang sengaja diarahkan kepada kliennya."Motif di balik kasus ini kalau kami melihatnya, kami sudah meragukan jika tujuannya berbicara terhadap perlindungan anak. Tujuannya sudah jelas komersial. Itulah yang kami lihat sekarang," kata Harry.
suasana jis ©2016 merdeka.com/nuryandi abdurohman
Asumsi Harry itu, dikaitkan dengan gugatan perdata kepada pihak pengelola JIS dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud). Menurutnya, peningkatan secara signifikan gugatan perkara perdata ini harus diperhatikan."Soalnya itu sudah pasti tidak dapat dipenuhi oleh pihak sekolah. Jadi itulah sebabnya kita menduga ada maksud lain di balik kasus ini," tandasnya.
suasana jis ©2016 merdeka.com/nuryandi abdurohman
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala Sekolah SMKN 1 Sale sudah dibebastugaskan dari jabatannya setelah terbukti menarik pungli dari siswa.
Baca SelengkapnyaHaris juga meminta pengertian kepada masyarakat untuk tidak dapat membagikan detail terkait insiden ini.
Baca SelengkapnyaDia pastikan pihak sekolah tidak melakukan DO terhadap para siswa terlibat aksi perundungan.
Baca SelengkapnyaPara pelaku ini menamakan kelompoknya dengan nama Bathrix Putra.
Baca SelengkapnyaPelaku menggunakan modus pura-pura memberi informasi palsu bahwa ibu korban mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang setelah mengantarnya ke sekolah.
Baca SelengkapnyaPolisi melakukan penyidikan terhadap kasus tersebut. Hasilnya dua orang siswa ditetapkan sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaAnak Vincent Rompies terlibat aksi pembullyan terhadap adik kelasnya
Baca SelengkapnyaPlh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Ade Afriandi menjelaskan praktik ini dilakukan oleh pihak sekolah. Artinya, siswanya tidak tahu menahu.
Baca SelengkapnyaSiswa Binus Simprug RE mengalami beragam bentuk perundungan oleh teman-temannya yang diduga anak-anak pejabat.
Baca SelengkapnyaKorban perundungan sudah melaporkan peristiwa yang menimpanya.
Baca SelengkapnyaKejari Depok mencurigai ada dugaan tindak pidana korupsi dalam manipulasi persyaratan administratif.
Baca SelengkapnyaKasus dugaan pengancaman itu terungkap setelah pesan percakapan siswa bocor.
Baca Selengkapnya