Papi, penguasa Bekasi dari Kampung Gabus

Merdeka.com - Lahir dari keturunan tuan tanah asli Kampung Gabus. Namun perilakunya bersahaja dan mau merakyat. Pada zaman kemerdekaan ikut menjadi berjuang melawan penjajah. Semua jawara segan terhadap dia. Apalagi sebagai anak kampung asli, dia sudah mengenyam pendidikan sejak zaman Belanda menduduki Indonesia.
Namanya tersohor hingga Batavia. Masyarakat Kampung Gabus mengenal dia dengan panggilan Papi. Dia adalah Haji Nausan, pria asli Betawi kelahiran Kampung Gabus, Desa Sriamur, Tambun Utara, Bekasi. Bapaknya bernama Haji Rindon, dikenal mempunyai tanah tercecer ratusan hektare dari wilayah Bekasi sampai Kalimaya, Cikampek.
"Bisa dibilang Papi jawara nggak pernah tempeleng orang. Dia lahir emang sudah ada semua. Istilahnya udah nggak cari duit lagi," kata putranya, Muhammad Safii, kepada merdeka.com di kediamannya, Bekasi, pekan lalu.
Haji Nausan juga mendalami ilmu silat, tapi tidak pernah terlalu serius. Papi sudah ikut merasakan bangku sekolah mulai dari pendidikan dasar. Dulu berdiri sekolah Belanda untuk bumiputera disebut Hollandsch Inlandsche School (HIS).
"Bahasa Belanda Papi juga cas cis cus (fasih), tapi nggak pernah dipakai kalau ngeriung (kumpul) sama warga," ujar lelaki 61 tahun ini. Karena pendidikannya juga, semua warga dan sanak saudara kenal dan dekat pasti panggil Papi. Dia mengharuskan semua anaknya bersekolah.
Sekitar 1950-an Haji Nausan didapuk sebagai kepala daerah Bekasi pertama setingkat wali kota. Dulu Bekasi mencakup hingga wilayah Batavia, termasuk Jatinegara sekarang
ini.
Paling menarik ingatannya dulu, Muhammad pernah ikut berkunjung ke kantor ayahnya semasa kecil. Dia diantar seorang sopir menaiki sedan abu abu berpelat nomor T-6. Bangunan kantor itu terletak di seberang Stasiun Jatinegara dan pernah menjadi markas Komando Distrik Militer 0505 Jayakarta.
"Kalau orang dulu bilang pak daerah, lagi kerja saya merengek minta masuk ruangan" tuturnya. Dia tidak ingat merek mobil sedan itu. Tapi dia masih menyimpan topi kepala daerah Papi berwarna hitam dengan logo Garuda di ujungnya.
Menurut Muhammad, dia paling enggan ketika semeja pada waktu makan. Sebab, semua gtat tertib mengikuti jamuan makan ala Belanda. Menyantap makanan lengkap dengan sendok dan garpu. Selain itu, tak boleh ada bunyi saat mengunyah. "Yah, namanya anak anak, pasti langsung dicontohin kalau ada bunyi dibilang kayak babi lagi makan," katanya.
Sebagai keturunan tuan tanah, tiap jawara di Kampung Gabus tunduk kepada Muhammad. Hal itu karena setiap lahannya pasti dijaga jawara-jawara itu. Soal fulus seperti air, setiap warga dan jawara mudah mendapatkan belas kasihnya. "Bisa jadi, seperti itu, karena yang jaga tanah bukan orang sembarangan juga," kata anak kandung Haji Nausan dari istri kedua, Oni Mufroni, di rumahnya berjarak seperempat jam menaiki sepeda motor dari kediaman kakak tirinya itu.
Haji Nausan seangkatan dengan tiga pejuang Bekasil lainnya, yakni Kiai Noer Alie dijuluki Singa Kerawang, Haji Jolie, dan kalangan militer keturunan Tionghoa Mayor Oking. Sekarang nama Papi atau Haji Nausan diabadikan menjadi nama jalan membentang antara Desa Sriamur dan Desa Srimahi. (mdk/fas)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya