Profil
Mark Andrew Spitz

"The Shark", julukan ini sudah menggambarkan 'ganasnya' seorang Mark Andrew Spitz ketika bertanding di kolam renang. Spitz memang seorang perenang sejati sekaligus juara berbagai Olimpiade dan pemegang rekor dunia berkebangsaan Amerika yang lahir di Modesto, California.
Saat menginjak usia ke-15, Mark sudah mengawali karir sebgai perenang amatir dengan mengikuti kompetisi Maccabiah Game di Tel Aviv pada 1965. Setahun kemudian, ia keluar sebagai atlet terbaik dalam gelaran Persatuan Atletik Amatir pertama. Memutuskan untuk menjadi perenang profesional pada usia remaja, Spitz menyabet 5 medali emas dalam gelaran Pan American Games yang diselenggarakan pada 1967.
Tak heran, atlet bertinggi 185 cm dengan berat 73 kg ini segera menjadi salah satu perenang terbaik dari Amerika pada masanya. Pada 1968, ketika Olimpiade Meksiko berlangsung, Spitz termasuk atlet yang paling banyak menyumbang medali bagi Amerika. Puncak karir terbaiknya sebagai perenang profesional terjadi dalam gelaran Olimpiade Munich 4 tahun berikutnya ketika Spitz berhasil menyabet 7 medali emas sekaligus memecahkan 7 rekor dunia. Berdasar prestasinya tersebut, perenang yang juga hobi berlayar dan bermain ski ini juga mencatatkan rekor baru: atlet pertama yang berhasil menyabet 7 medali emas dalam satu Olimpiade.
Satu kasus menarik juga dicatatkan Spitz. Ketika naik podium medali, perenang yang juga kolektor seni ini datang dengan bertelanjang kaki dan menenteng sepatunya. Saat lagu kebangsaan Amerika didengungkan, Spitz meletakkan sepatunya dan mengambilnya kembali begitu Star Spangled Banner usai dimainkan. Perenang kelahiran 1950 ini pun membuat gerakan melambai ke arah penonton dengan tangan yang membawa sepatu. Tak urung, tim Soviet menuduh Spitz melakukan kampanye tersembunyi. Namun tuduhan ini dibantah Spitz yang menyatakan sepatunya termasuk model lama dan ia sama sekali tidak menerima bayaran dari pihak manapun. Komite Olimpiade menyatakan Spitz tidak bersalah atas tuduhan tersebut
Pasca Olimpiade Munich, Spitz mengambil keputusan penting dan strategis: berhenti saat karirnya justru berada di puncak. Tentu saja berdasar prestasi teramat manis dari suami Suzi Weiner ini juga berbuah lebih sangat manis. Alumni Indiana University ini telah membuka lebar pintu karir di dunia yang sama sekali baru berdasar ketenaran namanya sebagai atlet profesional: bisnis hiburan dan model komersial.
Bergabung bersama payung William Morris Agency yang bertindak selaku promotor manajer, mantan atlet yang dikenal dengan kumisnya ini dengan cepat berubah menjadi ikon baru dunia bisnis hiburan khususnya untuk film dan produk komersial. Spitz juga sering diundang sebagai pembicara, motivator serta komentator berbagai perlombaan. Dan bagi para pecinta dunia gem elektronik, wajah Spitz, bersama Evel Knievel, mudah diingat ketika menjadi salah satu ikon produk Play Station pada 1998.
Spitz sempat muncul kembali dari masa pensiunnya pada 1992 untuk mendapatkan tempat dalam Tim Renang Amerika dalam gelaran kejuaraan Barcelona. Meski hanya kurang dua detik dari waktu yang ditentukan sebagai syarat tim, Spitz tak urung sempat membuat miris perenang muda lainnya mengingat usianya yang sudah melewati kepala empat, atau tepatnya 41 tahun.
Pada 2008, atau setelah lebih dari 35 tahun, rekor fantastis Spitz baru bisa dipecahkan perenang Amerika lain, Michael Phelps, yang berhasil menyabet 8 medali emas sekaligus dalam gelaran Olimpiade Beijing. Meski bangga dan menyebut Phelps sebagai perenang terbaik, atlet gaek ini sempat sangat kecewa karena tidak diundang pda saat pesta olahraga dunia tersebut berlangsung.
Hingga profil diunggah, Mark Spitz masih aktif bergerak dalam dunia hiburan sebagai juru bicara komersial dan motivator. Pada Juli 2012 lalu, Spitz juga mendukung peluang Istambul, Turki sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade 2020.
Riset dan analisis: Desti Ayu Ruhiyati - Mochamad Nasrul Chotib