1.000 angkot segera dihilangkan, jalur menuju Bogor bakal macet

Merdeka.com - Pemkot Bogor membutuhkan 300 bus ukuran untuk merealisasikan kebijakan penghapusan ribuan angkutan kota (angkot) melalui program re-routing (penataan ulang rute). Kebijakan yang akan dimulai Februari 2017 ini salah satu solusi mengatasi kemacetan di Kota Hujan. Kebijakan yang sempat molor bertahun-tahun ini diyakini berjalan lancar jika dilakukan bertahap. Tahap awal, 1000 dari 3.412 unit angkot akan dihapus. Sistem ini dikenal dengan istilah sistem konversi 3:1 (tiga angkot diganti satu bus).
Guna menggantikan 1.000 angkot, setidaknya dibutuhkan 300 unit bus sedang sebagai sarana transportasi massal. Sehingga perlahan, diberlakukannya Sistem Satu Arah (SSA) sejak April 2016, dilanjutkan dengan pembangunan pedestrian sepanjang 4 kilometer dan sekarang Re-routing, diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan transportasi yang memang hampir di setiap kota sebagai problem global.
"Pemkot Bogor mengambil langkah dengan menaikan hirarki pejalan kaki di tempat paling atas sebagai salah satu cara untuk mengurai kemacetan," jelas Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Rakhmawati, Rabu (25/1).
Implementasi kebijakan penghapusan angkot dan diganti dengan bus Transpakuan membutuhkan waktu lama. Program ini sudah dicanangkan sejak 2005, namun baru sudah bisa dimulai tahun ini.
"Pengusaha angkot diberikan waktu enam bulan (Januari - Juni) untuk menyediakan bus. Butuh 160 bus untuk koridor dua dan tiga dan diharapkan bisa di launching saat HJB ke-535 tahun depan," ucapnya.
Pemkot Bogor juga merencanakan pembangunan fasilitas pedestrian dan sepeda yang nyaman dan lebar di jalur SSA lingkar luar Kebun Raya, Istana Bogor dan sepanjang Jalan Pajajaran, untuk kenyamanan pejalan kaki. Sementara untuk pedestrian di Jalan Sudirman akan dilakukan 2018.
"Kami rekayasa lalu lintas dengan mengutamakan pejalan kaki dan mempersempit ruang bagi kendaraan pribadi sekaligus mengkampanyekan warga untuk jalan kaki atau bersepeda,” paparnya.
Sebelumnya Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan melalui rerouting ada pengembangan jaringan lima trayek baru dari 23 trayek yang digunakan 3.412 unit angkot. "Itu semua untuk memenuhi kebutuhan pelayanan transportasi umum menjangkau ke 68 kelurahan yang ada di Kota Bogor dari sebelumnya hanya 59 kelurahan yang terlayani angkot," tuturnya.
Lima trayek baru ini melayani jurusan Mayor Oking (Sta. KA) – Situgede (16), Terminal Merdeka – Vila Mutiara Via Cijahe (27), Buntar (SMKN4) - Sukasari Via Cipaku (28), Pabuaran – Lawang Saketeng atau BTM (29), Pabuaran – Terminal Merdeka Via Cibeuruem (30).
Disamping trayek baru, perubahan jaringan juga terjadi di delapan trayek pecahan. Antara lain, jurusan Cimahpar - Warung Jambu via jl. A. Sobana (04), Ciheuleut - Pasar Baru Bogor (05), Baranangsiang Indah - Ciheuleut - Warung Jambu - Ciparigi (06), Curug- Taman Cimanggu - Pasar Anyar (11). Selain itu, jurusan Terminal Bubulak - Pabuaran- Cimanggu - Pasar Anyar (12), Budi Agung - Pasar Anyar (18), Villa Mutiara - Pasar Anyar (19) dan Bina Marga - Ciluar via Rd. Koyong, Rambay (21).
Ada pun tiga trayek mengalami perpanjangan lintasan. Diantaranya, jurusan Cipinang Gading - Perumahan Yasmin (01), Terminal Bubulak - Merdeka - ciparigi (07) dan Griya Katulampa - Terminal Bubulak (08). "Rerouting ini merupakan bagian dari proses konversi angkot menuju bus dengan tahap awal dimulai pada koridor utama dari tujuh koridor. Angkot nantinya menjadi jaringan trayek cabang (angkutan pengumpan atau feeder)," paparnya.
Kemacetan di pinggiran Pusat Kota
Kasatlantas Polresta Bogor Kota Kompol Bramastyo Priaji melihat, dampak Rerouting yang terpusat di seputar Kebun Raya Bogor (KRB) berimbas pada kepadatan arus lalu lintas di jalur yang akan memasuki pusat kota.
"Untuk mencapai keberhasilan tentunya kita harus sepakat untuk satukan persepsi. Terlebih area seputaran KRB akan steril dari angkot, dan biasanya berdampak di jalur-jalur penghubung yang bakal masuk ke pusat kota," terangnya.
Sejumlah ruas jalan yang bakal mengalami kemacetan akibat kebijakan ini antara lain Jalan Sukasari, Jalan Raya Tajur, Jalan Raya Empang, Persimpangan Batutulis, Jalan Raya Bondongan, Pasir Kuda, Simpang Gunung Batu, Jalan Sholis, Jalur dari Cimahpar sampai Tanah Baru.
Sementara itu Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai, rencana Pemkot Bogor untuk menata angkot dengan program rerouting sah-sah saja. Namun, ruas jalan penghubung ke pusat kota pun harus diperhatikan dan diantisipasi lonjakan arus lalinnya.
"Tidak masalah trayek bertambah, cuma yang perlu diperhatikan itu pelayanannya didekatkan kepada kawasan perumahan dan pemukiman sebagai sumber bangkitan perjalanan. Lalu lonjakan angkot yang melintasi di jalur feeder pun perlu diantisipasi kepadatan arusnya, jangan sampai pusat kota lancar, sementara jalan penghubung ke pusat kota macet," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya