Ada 2 padepokan penggandaan uang di Samarinda seperti Dimas Kanjeng
Merdeka.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Samarinda, mensinyalir ada dua padepokan lain di Samarinda, yang diduga menjalankan praktik penggandaan uang. Meski tidak setenar padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, dua padepokan lain itu dinilai meresahkan.
MUI Samarinda dalam setahun terakhir menerima laporan adanya tiga padepokan yang meminta mahar. Salah satunya adalah padepokan Taat Pribadi, yang berlokasi di Jalan Ir Sutami, Sungai Kunjang, Samarinda, yang terhitung mulai hari ini ditutup.
"Di Samarinda, ini pemberitahuannya sudah setahun lalu, ada tiga padepokan. Ada penggandaan uang dari Jawa Timur, diminta bayar sejumlah uang per orang, dan bisa bertemu dengan Tuhan," kata Ketua MUI Kota Samarinda KH Zaini Naim kepada wartawan di Samarinda, Kamis (6/10).
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Dimana praktik penumbalan ini terjadi? Penelitian ini dilakukan setelah evaluasi ulang sebuah kuburan tua yang ditemukan di Saint-Paul-Trois-Châteaux, Prancis selatan, lebih dari 20 tahun lalu.
-
Siapa yang menjanjikan penggandaan uang kepada korban Paryanto? Berdasarkan hasil pemeriksaan, Paryanto dibunuh oleh Mbah Slamet dengan cara diberi minuman yang telah dicampur potas (potasium sianida). Hal itu dilakukan karena Mbah Slamet kesal terus-menerus ditagih oleh korban. Mbah Slamet juga menjanjikan akan melipatgandakan uang senilai Rp70 juta, yang disetorkan PO, menjadi Rp5 miliar.
-
Dimana mamanukan dilakukan? Mamanukan diketahui populer di wilayah sepanjang jalur pantura, mulai dari Cirebon, Indramayu, Subang sampai Kabupaten Karawang.
-
Dimana tradisi kalung uang ada? Namun, keunikan ini tidak hanya dimiliki oleh Madura. Sebuah tradisi serupa juga terjadi di wilayah Jawilan, Banten, dengan tradisi Paculan.
"Jadi sekarang, ada dua tempat lainnya di Samarinda setelah di Sungai Kunjang itu. Ada di Kecamatan Samarinda Utara dan Sambutan (di Samarinda Ilir). Ada pengikutnya yang memberitahukan ke MUI," ujar Zaini.
Di Sambutan misalnya, pengikut padepokan merasa dibohongi dengan pengelola padepokan, yang dipimpin seorang ustaz. "Laporan merasa dibodohi. Kok uang tidak kembali, kemudian tidak bisa lihat Tuhan. Dan ustaz ternyata tidak datang-datang lagi," sebut Zaini.
"Sepertinya dari Jawa Timur ini, seperti membentuk semacam sales di sini, mencari para pengikutnya. Kalau yang di Sungai Kunjang (Padepokan Taat Pribadi) ini, Lurahnya memberitahukan resmi ke MUI," terang Zaini.
"Kepada masyarakat saya ingatkan bahwa jika bertemu ustaz, kalau ujung-ujungnya bicara uang, bicara seks, itu tidak benar. Yang benar itu, adalah keikhlasan. Apakah yang di Samarinda Utara dan Ilir ini pengikut Dimas Kanjeng juga, saya belum tahu persis," tegas Zaini.
Namun demikian, masih diterangkan Zaini, terkait jumlah pengikut padepokan Majelis Ta'lim Daarul Ukhuwah, sejauh ini belum bisa dipastikan. "Kalau jumlah persis pengikut, belum ada data. Tapi memang banyak pengikutnya," lanjutnya.
"Hati-hati ketika mau belajar agama dengan seseorang itu perhatikan kualitas agamanya bagaimana. Apa yang diajarkan, kalau doa yang diajarkan apa? Medianya benar atau tidaknya, kemudian motivasinya apa?"
Juga dijelaskan Zaini, MUI telah mengeluarkan fatwa di Gontor tahun 2006 lalu, agar masyarakat bisa jeli membedakan. "Jangan hanya melihat penampakan bersorban. Jangan cuma yang tersirat, tapi harus tahu yang tersurat," ungkap Zaini mengingatkan.
"Di agama kita, gelar ustaz atau kiai, tidak mudah, dan memang itu repot. Ustaz itu orang yang paham benar tentang agama. Kalau kiai diikuti dengan amalnya. Apa yang diucapkan, sama dengan tindakannya," demikian Zaini. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengedar ini diketahui biasa membelanjakan uang palsunya di warung-warung kecil perkampungan.
Baca SelengkapnyaPengungkapan berawal ketika tersangka T beraksi menggunakan sepeda motor Honda Beat bernopol H 6252 ASD.
Baca SelengkapnyaTak hanya pecahan besar, ibu dan anak juga edarkan pecaan kecil. Waspada.
Baca SelengkapnyaPolres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaPelaku mulai melakukan aksi liciknya dengan mengaku bisa menggandakan uang.
Baca SelengkapnyaModus operandi yang dilakukan para tersangka menggunakan uang itu sebagai alat transaksi membeli keperluan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaKorban dan pelaku mulanya berkenalan melalui aplikasi online dan sepakat kencan.
Baca SelengkapnyaDalam kasus ini, empat orang ditetapkan sebagai tersangka yaitu M alias Mul, FF, YS dan F.
Baca SelengkapnyaSaat ini, polisi masih mendalami peredaran uang palsu tersebut apakah bakal disebar ke Jakarta atau di luar daerah.
Baca SelengkapnyaDalam pengusutan dugaan TPPU tersebut, Polri menemukan indikasi pola-pola pencucian uang.
Baca SelengkapnyaHingga kini, empat orang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ada beberapa orang yang masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO).
Baca SelengkapnyaDua bule viral melakukan aksi gendam di tiga toko oleh-oleh di Kota Malang. Mereka mengelabui tiga orang kasir dan membawa kabur sejumlah uang.
Baca Selengkapnya