Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Anton Medan: Bedakan preman dengan penjahat!

Anton Medan: Bedakan preman dengan penjahat! Anton Medan di Polda Metro Jaya. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Hidayah atau petunjuk itu memang tidak datang dengan sendiri, tidak juga bisa dipaksa untuk datang pada seseorang. Cara Allah memberi hidayah seringkali unik dan di luar prediksi manusia.

Kendati banyak orang yang terlihat baik di mata masyarakat, tak menutup kemungkinan dalam sesaat tiba-tiba terjerat kasus korupsi. Tidak sedikit pula orang yang dinilai sebagai negatif dan cenderung dimasukkan secara sepihak dalam kelompok 'sampah masyarakat', ternyata Allah memberi mereka petunjuk dan berbalik 180 derajat menjadi pembela kebenaran.

Keberadaan preman di dalam masyarakat memang kasat mata. Masyarakat bisa melihat mereka di tempat-tempat tertentu seperti pasar, tempat hiburan, dan bahkan perkantoran. Kelompok ini acapkali dinilai negatif oleh masyarakat.

Sebut saja Anton Medan atau Tan Hok Liang. Preman yang terkenal sebagai perampok dan bandar judi hebat tersebut, tidak hanya menguasai jaringan preman dalam negeri, namanya pun dikenal hingga ke kawasan Asia Tenggara.

Melalui jaringannya yang sangat luas, kekuasaan Anton Medan membuat gentar lawan-lawannya. Tidak heran apabila Anton Medan menjadi target aparat hukum untuk dibekuk. Namun, tidak semudah itu membatasi ruang gerak pentolan preman Asia Tenggara ini.

Lincahnya aksi Anton Medan ternyata tidak mampu menandingi kuasa Allah. Allah berkehendak lain pada makhluknya yang satu itu. Akhirnya, pada 1997, Anton memilih untuk berpindah agama dan memeluk Islam, di saat bersamaan, saat itu pula dia langsung menanggalkan seluruh atribut preman yang disandangnya.

Pria kelahiran Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 1 Oktober 1957 menjalani proses pertaubatan. Dalam proses tersebut terungkap, aksi premanisme yang dilakukannya juga preman yang lain, memiliki alasan yang serupa.

Anton Medan mendeskripsikan sosok itu bukan untuk ditakuti, maupun dijauhi. Sebab, preman berasal dari kata freeman atau berarti orang bebas atau tidak punya pekerjaan.

"Di sini yang harus dibedakan, bedakan preman dengan penjahat. Preman belum tentu penjahat tapi penjahat sudah pasti itu preman," kata Anton kepada merdeka.com, Sabtu (13/4).

Banyaknya preman di masyarakat tidak lepas dari faktor para petinggi yang ada di daerah itu. Misalkan saja Jakarta, banyak pengusaha yang secara tidak langsung memakai jasa preman.

"Pengusahanya tidak ketahuan kalau pakai preman tapi, bawahannya itu biasanya pakai preman untuk menjaga dan mengintimidasi masyarakat supaya tanahnya mau dijual," ujarnya.

Anton menjelaskan, preman itu sendiri datang dari berbagai daerah di seluruh pelosok Tanah Air. Kebanyakan dari mereka ingin mengadu nasib di Jakarta yang menurut pandangan kebanyakan orang adalah tempat yang bisa menjanjikan banyak uang.

"Karena itu, kuatkan sektor ekonomi di daerah dengan begitu arus urbanisasi bisa ditekan, dan orang-orang tidak berpikir dengan modal nyali bisa hidup di Jakarta," imbuhnya.

Meski demikian peran polisi dalam memberantas preman yang merangkap sebagai penjahat ini sangatlah vital. Sebab, jika masyarakat sendiri yang turun tangan yang ada hanya pertumpahan darah belaka.

"Adakan razia yang rutin, selidiki pengusaha-pengusaha yang memakai jasa preman yang penjahat," tuturnya.

Kini, matan preman Asia Tenggara tersebut telah mendirikan pesantren bernama At-Taibin, dan sebuah masjid yang dinamai Tan Hok Liang di Cibinong, Jawa Barat. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP