Birokrasi Lambat Dinilai Berdampak Penurunan Ekonomi di Batam
Merdeka.com - Bakal calon Wali Kota Batam 2020 dari jalur independen Rian Ernest melihat proses perizinan dan birokrasi yang lambat berdampak langsung pada penurunan ekonomi dan investasi di Kota Batam beberapa tahun terakhir.
Menurut dia, sistem dan proses yang ada saat ini tidak mendukung kemudahan dan kecepatan masuknya investor di Batam.
"Batam yang terkenal dengan industri dan manufaktur, mengalami perlambatan ekonomi karena minimnya investasi yang masuk. Sistem dan proses yang ada saat ini, tidak mendukung kemudahan dan kecepatan masuknya investor ke sini," kata Rian Ernest kepada wartawan, Senin (6/1).
-
Apa yang menjadi tujuan pemerintah terhadap Kota Batam? Sejak menjadi sentra logistik minyak dan gas bumi oleh Pertamina, pemerintah ingin mewujudkan cita-cita agar Kota Batam menjadi 'Singapura'-nya Indonesia.
-
Kapan Batam jadi kotamadya? Tahun 1980, wajah pulau ini semakin berubah dan berkembang dengan pesat. Pemerintah pun memutuskan untuk meningkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam dari sebelumnya yang masih berbentuk kecamatan.
-
Siapa yang membangun Batam sebagai kota? Agar cita-cita itu tercapai, pemerintah melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 41 Tahun 1973, pembangunan Batam didukung dan dipercayakan kepada lembaga pemerintah yang bernama Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau dikenal dengan Badan Pengusahaan Batam (BP Batam).
-
Bagaimana Palangka Raya dipersiapkan jadi ibu kota? Pemerintahan Soekarno pun jor-joran membangun sejumlah fasilitas di tengah kondisi negara yang baru saja merdeka. Beberapa bangunan yang didirikan di antaranya pusat kota seluas 10 x 10 kilometer persegi, gedung perkantoran, perumahan pegawai, sekolah, poliklinik, rumah sakit, pasar, hotel, dan pembangkit listrik.
-
Kenapa Batam jadi kota perdagangan bebas? Kota ini merupakan bagian dari kawasan khusus perdagangan bebas yang dinamakan 'Batam Raya'.
-
Apa yang terjadi di Batam dan Tanjungpinang? Sebelumnya, sejumlah media di Kepulauan Riau memberitakan adanya informasi akan terjadi tsunami akibat aktivitas seismik pada Selasa (17/9) di Kota Batam dan Tanjungpinang, sehingga meresahkan masyarakat.
Rian mengatakan, Kota Batam sejak dulu sudah ditargetkan menjadi pusat industri dan manufaktur. Semua infrastruktur pendukung disiapkan untuk menunjang hal tersebut, namun menurut dia, sistem dijalankan saat ini tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi diharapkan.
"Badan perizinannya sudah disiapkan, tapi perizinannya tetap harus menunggu proses dari pejabat yang kadang memakan waktu lama. Ini berarti ada yang salah dengan sistemnya," kata Rian.
Pembenahan sistem dan birokrasi yang membutuhkan waktu tentu akan terus berpengaruh pada kondisi perekonomian warga Batam yang trennya sedang menurun. Untuk itu, Rian berkomitmen fokus pada program yang bisa berdampak langsung mengurangi beban ekonomi masyarakat, terutama dari lingkup terkecil yakni keluarga.
Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini berkomitmen untuk membebaskan Pajak Bumi Bangunan (PBB) jika nantinya terpilih sebagai orang nomor satu di Batam. "Dalam kondisi ekonomi saat ini, PBB harusnya bisa digratiskan. Pajak tanah ini bisa kita hilangkan untuk masyarakat dan pendapatan pajak kita dorong dari sektor konsumsi aktif seperti makanan dan hiburan," kata Rian yang pernah terlibat dalam tim perumus Pergub penggratisan PBB saat Ahok menjadi Gubernur DKI.
Beban lainnya yang saat ini dirasakan masyarakat Batam di lingkup terkecil adalah Uang Wajib Tahunan Otorita (UWTO). Meski sebelumnya sudah ada janji pemerintah untuk menggratiskan UWTO permukiman, realisasinya saat ini belum terlihat.
"Saya akan buat UWTO bisa dicicil bulanan. Janji pemerintah saat ini kan membebaskan seluruhnya dan ternyata tidak terealisasi karena proses politik yang rumit. Lebih baik, skemanya kita buat bisa dicicil bulanan dan jangan dibebankan langsung bertahun-tahun," kata Rian.
Mantan juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) ini juga melihat Batam yang dipenuhi oleh masyarakat kelas pekerja membutuhkan ruang terbuka hijau lebih banyak. Ruang terbuka yang lebih inklusif di mana warga bisa berkumpul, berinteraksi, dan berekreasi.
"Targetnya akan ada satu taman ramah anak di tiap kelurahan. Tidak semua masyarakat bisa mengakses area seperti mal, sehingga kita akan buat ruang terbuka yang lebih inklusif supaya seluruh lapisan masyarakat bisa berkumpul dan berinteraksi," ujar Rian.
Untuk maju di Pemilihan Wali Kota Batam 2020, Rian yang menggandeng tokoh Batam Yusiani Gurusinga harus mengumpulkan 49 ribu lembar dukungan beserta KTP. Saat ini, ia bersama relawan Batam Baru punya target mengumpulkan 60 ribu dukungan beserta KTP hingga batas waktu 20 Februari 2019 mendatang.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Batam sudah dijadikan daerah industri di era Presiden Kedua Indonesia, Soeharto melalui Keputusan Presiden No. 74 tahun 1971.
Baca SelengkapnyaGanjar juga menyinggung mandeknya pertumbuhan ekonomi maritim selama 10 tahun terakhir, karena pemerintah tidak serius
Baca SelengkapnyaMacetnya pertumbuhan ekonomi karena selalu bergantung pada konsumsi domestik.
Baca SelengkapnyaKunci sukses terletak pada sukses atau tidaknya membenahi kementerian dan kebijakan industrinya.
Baca SelengkapnyaAnies memberi tanggapan seusai ditanya seberapa besar prospek pembangunan IKN untuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaDPR menilai IKN tetap sulit menarik minat investor karena masalah utama bukan pada pergantian pejabatnya, tetapi dasar kebijakan yang keliru
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo menilai pemerintah hanya fokus membangun di darat, bukan perairan.
Baca SelengkapnyaKaltim sebagai salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan APBD yang masuk lima besar nasional.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida Fauziyah, meresmikan Satuan Pelayanan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Batam.
Baca SelengkapnyaWarga asli Pulau Rempang menolak keras relokasi dan penggusuran rumah yang sudah mereka tinggali.
Baca SelengkapnyaOmbudsman mendesak pemerintah segera memperbaiki kesalahan prosedur yang terjadi.
Baca SelengkapnyaBambang menyebut Kementerian PUPR mencatat infrastruktur dan fasilitas yang dibangun menggunakan dana APBN mencapai sekitar 38 persen.
Baca Selengkapnya