Buruh Bertahan di Tengah Pandemi, Jualan Masker dan Baju

Merdeka.com - Dengan memanfaatkan sebuah mesin jahit di rumahnya, Siti Nuriyah (36) mencoba berpikir untuk menjahit masker. Dia merupakan buruh pabrik di Semarang terpaksa jualan masker keliling untuk bertahan hidup.
"Saya bikin masker saja sendiri sehari bisa lumayan 50 buah. Hari berikutnya saya jual keliling kampung ke kampung lain, satu masker seharga Rp3 ribu sampai Rp10 ribu," katanya saat ditemui di perayaan hari May Day di Simpanglima Semarang, (1/5).
Dia mengaku kini jalan satu-satunya dengan jualan masker keliling kampung untuk menopang perekonomian keluarganya setiap hari. Sebab, selama di rumahkan dari pekerjaan pabrik konveksi dua bulan tidak punya penghasilan.
"Susah memang keadaannya sekarang. Apalagi saya butuh biaya anak kami sekolah. Gajian tidak jelas, THR juga kabarnya buram," ungkapnya.
Karena hidup sendiri dengan anak, Siti berusaha berjuang untuk mendapatkan penghasilan lain. "Selain jualan masker, saya juga sekalian nawarin baju-baju yang masih baru belum kepakai," jelasnya.
Sementara itu, Zaenudin, Koordinator FSPMI Jateng mengaku jika selama pandemik Covid-19, sudah ada 5.000 buruh yang terpaksa dirumahkan. Keberadaan mereka tersebar di Semarang, Karanganyar, Solo dan beberapa daerah lainnya.
"Ini gara-garanya lemahnya pemerintah mengantisipasi dampak yang ditimbulkan dari Covid-19. Soalnya banyak buruh yang tidak diperhatikan dengan serius. Harusnya pemerintah menyetop pembahasan Omnibus Law dan fokus menangani pengangguran yang telah merajalela," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya