Cerita Pemudik yang Lolos Sampai Garut Bermodal Keyakinan 'Polisi Juga Manusia'
Merdeka.com - Sejumlah warga Garut ‘berhasil’ mudik dan sampai di Kabupaten Garut dari sejumlah wilayah, baik dalam maupun luar Provinsi Jawa Barat. Berbagai upaya dilakukan, namun rata-rata dari mereka bermodalkan keyakinan ‘Polisi Juga Manusia’.
Salah satunya cerita pemudik asal Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Surya (33). Dia mengaku berhasil sampai di Garut dari Kota Bandung bersama istrinya menggunakan roda dua. Ia berhasil memasuki Garut di hari pertama larangan pelaksanaan mudik, Rabu (6/5). Surya bercerita bahwa ia berangkat dari Bandung setelah melaksanakan salat subuh.
“Modal nekat sebetulnya. Tapi Alhamdulillah lancar dan bisa sampai ke Garut dengan aman dan selamat. Yang paling utama, tidak diputarbalikan ke Bandung lagi,” ujarnya, Sabtu (8/5).
-
Gimana caranya agar mudik aman? Biar selamat sampai tujuan, intip tips mudik aman dan nyaman ala Dirut KAI.
-
Bagaimana cara mudik? Meski tak direkomendasikan, mudik naik motor masih dilakukan warga. Mudik dengan sepeda motor masih dipilih masyakarat meski dari segi keselamatan sangat berbahaya. Biasanya, pemudik naik motor karena tidak dapat tiket angkutan atau kampung halamannya tidak terlalu jauh.
-
Bagaimana cara mudik yang menyenangkan? Ramaikan mudik dengan berbagi quotes-quotes lucu seputar perjalanan pulang kampung.
-
Bagaimana cara mudik laut aman? Berikut adalah beberapa tips untuk mudik aman dan lancar dengan transportasi laut: 1. Perencanaan Awal: Pastikan Anda merencanakan perjalanan dengan baik jauh sebelum tanggal keberangkatan. Cari informasi tentang jadwal keberangkatan kapal, harga tiket, dan fasilitas yang tersedia di pelabuhan dan kapal yang akan Anda naiki.
-
Apa arti kata 'mudik' sebenarnya? Menurut Direktur Narabahasa Ivan Lanin, kata 'mudik' berasal dari naskah kuno berbahasa Melayu yang berarti 'Pergi ke Hulu Sungai'.
-
Gimana caranya menghindari jantung bermasalah saat mudik? 'Mumpung masih ada waktu, yuk kita semua belajar bantuan hidup dasar. Simpel kok, itu hal yang paling sederhana yang bisa dilakukan semua orang,' ucap Sunu.
Ia mengakui bahwa awalnya merasa khawatir kalau harus sampai diadang petugas yang melakukan penyekatan. Namun waktu subuh adalah waktu yang kebanyakan orang, termasuk polisi, memilih untuk beristirahat.
“Saya yakin, polisi juga manusia lah, bukan robot. Jadi pasti ada capek, butuh istirahat. Modalnya itu saja. Masa iya polisi 24 jam berdiri di jalan menyekat dan memeriksa lalu memutarbalikan kendaraan dari luar kota,” ungkapnya.
Namun menurut Surya, di hari pertama diberlakukan penyekatan, pos-pos penyekatan di batas kota yang ia lewati kebanyakan tidak diisi oleh petugas sehingga ia tidak satu kali pun diperiksa oleh petugas. Ia pun kini sudah berkumpul bersama keluarga besarnya di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Warga Garut lainnya, Titin (27) juga mengaku berhasil mudik ke Garut dari Cianjur menggunakan roda empat bersama suami dan anaknya pada Kamis (7/5) malam. Selama di perjalanan, dia mengaku tidak pernah diberhentikan sama sekali oleh petugas yang melakukan penyekatan sejak masuk wilayah Bandung melalui Padalarang.
Saat masuk tol Padalarang, kendaraannya pun tidak diperiksa sama sekali oleh petugas. “Kayanya karena melihat plat nomor kendaraan yang kita pakai. Memang plat nomornya D, jadi mungkin nyangkanya warga Bandung, padahal tujuan kita ke Garut,” ucapnya.
Setelah berhasil melewati gerbang tol Padalarang, ia kemudian bergerak menuju Cileunyi. Menurut Titin, jalan tol yang biasanya ramai memang tampak lebih sepi dibanding hari biasa. Namun hal tersebut tidak berarti kendaraan yang masuk tol arah Cileunyi sedikit.
Ia menyebut bahwa saat keluar tol Cileunyi, sejumlah kendaraan dengan plat luar kota, seperti Subang dan lainnya nampak terlihat olehnya. Walau begitu, saat itu kendaraannya melewati pos penyekatan, kendaraannya juga kendaraan plat luar kota lainnya tidak diberhentikan oleh petugas.
“Petugas memang ada, tapi ya mengatur lalu lintas saja. Ada juga memang yang diberhentikan, tapi yang diberhentikan itu kebanyak motor. Jadinya kami bisa melewati pos penyekatan Cileunyi dengan aman. Pun demikian saat melewati Kadungora, kami tidak diberhentikan karena nampak kosong. Mungkin pak polisis kecapean. Sudah malam juga sih pas masuk Garut. Alhamdulillah bisa sampai rumah dengan selamat,” sebutnya.
Berbeda dengan Surya dan Titin, salah seorang santri asal Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jalal (21) berhasil melewati pos penyekatan dengan cara lain. Jalal saat hendak mudik ke rumahnya, memilih cara menggunakan angkutan perkotaan dari Kabupaten Tasikmalaya.
Jalal bercerita bahwa yang bisa melewati pos penyekatan adalah angkutan perkotaan, karena mengaku warga dalam kota.
“Pas naik, kita sudah dikasih tahu oleh sopir angkot kalau ada pemeriksaan harus mengaku warga Tasik. Tapi kita diantarkan sampai batas kota sampai ketemu angkot lagi yang ke Garut. Alhamdulillah bisa sampai ke Garut dengan aman dan tidak diputar balikan,” katanya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak punya karena kecopetan di kapal, perantau asal Magelang nekat jalan kaki dari Surabaya. Kisahnya diketahui oleh Aipda Purnomo saat berpapasan di jalan.
Baca SelengkapnyaIpda Purnomo menolong seorang ibu dan anaknya yang berjalan dari Lamongan ke Surabaya dan diberi modal usaha.
Baca SelengkapnyaBerbincang dengan Pemudik, Kapolri Jamin Mudik di Stasiun Senen Aman Tanpa Kejahatan
Baca SelengkapnyaPemudik Bermotor dapat Pengawalan Polisi dari Pelabuhan Merak hingga ke Tangerang
Baca Selengkapnya