Cerita Sespri Jokowi Soal Terpilihnya Pakaian Adat Baduy untuk Pidato Kenegaraan

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih pakaian adat suku Baduy saat menghadiri Sidang Tahunan MPR, DPR dan DPD di Gedung DPR hari ini Senin (16/8). Sespri Jokowi, Anggit Noegroho, bercerita alasan Kepala Negara memilih pakaian adat tersebut.
"Ini sesuai dengan kondisi Indonesia yang saat sedang menghadapi pandemi Covid-19. Ada makna tentang kesederhanaan, kemandirian, ramah alam dan pesan kearifan lokal," kata Anggit dalam pesan singkat, Senin (16/8).
Dia menceritakan, sama seperti tahun sebelumnya, Sespri diminta menyiapkan pakaian adat dari daerah-daerah. Prioritasnya daerah-daerah yang belum pernah ditampilkan.
"Khusus untuk tahun ini Pak Presiden minta pakaian adat yang sederhana saja, tidak terkesan festive, mengingat kondisi negara sedang menghadapi pandemi covid-19. Kami siapkan 8 pakaian adat dari 5 daerah. Dari situ dipilih 2 pakaian adat untuk Pidato Kenegaraan dan Upacara 17 Agustus," bebernya.
Dia menjelaskan pakaian tersebut dibuat oleh masyarakat Baduy. Tanpa modifikasi apapun.
"Pak Jaro Saija, Tetua Masyarakat Adat Baduy yang menyiapkan sendiri baju itu. Sebelumnya kami pesan melalui telepon, beberapa hari kemudian kami ambil," ungkapnya.
Tidak hanya pakaian, tas yang dibawa Jokowi pun menjadi sorotan. Menurut dia tas tersebut terbuat dari serat pohon, merupakan aksesori satu kesatuan dengan pakaian adatnya.
"Ada satu lagi aksesori yang biasanya ada, yakni golok, namun tidak dipakai karena pertimbangan Paspampres terkait keamanan," bebernya.
Termasuk sandal yang digunakan Jokowi, baru pertama kali dikenakan Jokowi di acara Pidato Kenegaraan. Meskipun kata Anggit, Jokowi juga pernah memakai selop ketika pakaian adat dari suku sasak NTB (2019).
"Tahun 2019 memakai selop ketika menggunakan pakaian adat Bali saat upacara pengibaran bendera Merah Putih," pungkasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya