Cerita Warga Lembantongoa Takut ke Kebun Usai Sekeluarga Dibunuh Anggota MIT
Merdeka.com - Satu keluarga di Desa Lembontongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dibunuh akhir pekan lalu. Belakangan diketahui pelaku diduga kuat anggota kelompok Mujahidi Indonesia Timur (MIT).
Peristiwa berdarah itu masih meninggalkan ketakutan buat masyarakat Desa Lembantongoa. Bahkan untuk beraktivitas di kebun saja, mereka juga was-was.
"Kami tidak berani pergi ke kebun, meski jaraknya tidak jauh dari rumah, sebab sangat khawatir dengan keamanan dan keselamatan jiwa kami," kata seorang warga inisial H yang juga seorang pengurus kelompok tani di Desa Lembantongoa. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (1/12)
-
Apa yang terjadi pada rumah warga di Ganting? Terjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
-
Bagaimana warga memenuhi kebutuhan sehari-hari? Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, setiap warga mencatat pada kertas lalu menitipkan daftar belanja pada truk tersebut.
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Mengapa warga Desa Sei Sekonyer pindah? Pada tahun 1971, Tanjung Puting ditetapkan sebagai Taman Nasional. Penetapan ini membuat penduduk setempat direlokasi ke seberang areal Taman Nasional yang kini bernama Desa Sungai Sekonyer.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Apa yang dilakukan warga di rumah panjang? Selain bertani, warga yang mendiami rumah panjang juga membuat kerajinan yang terbuat dari daun hutan yang berduri.
Dia menceritakan, setelah kejadian yang membuat geger itu, warga Desa Lembantongoa sementara waktu memilih tinggal di rumah.
Padahal, katanya, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari mereka selama ini dari hasil pertanian dan perkebunan. Hasil panen dijual dan uangnya digunakan untuk membeli berbagai barang/bahan kebutuhan sehari-hari.
"Tapi mau bagaimana lagi, lebih baik kami tidak ke kebun, dari pada jiwa kami terancam dari serangan teroris," kata H.
Hal senada juga diungkapkan J, warga Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo. Sejak peristiwa pembunuhan itu, masyarakat lebih memilih tinggal di rumah. Masyarakat lebih memilih untuk sementara tidak melakukan aktivitas di kebun, sebab masih takut akan keselamatan jiwanya.
Memang, katanya, sudah banyak aparat yang datang ke Desa Lembantongoa. Tetapi masyarakat masih resah dengan kejadian tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, Jumat (27/11) sekitar pukul 08.00WITA, sekelompok orang tak dikenal (OTK) yang diduga kuat adalah anggota MIT Poso melakukan penyerangan ke permukiman warga transmigrasi di wilayah tersebut.
Ada empat warga transmigrasi yang dibunuh dan beberapa rumah dibakar habis rata dengan tanah.
Warga berharap para pelaku bisa secepatnya dilumpuhkan oleh aparat TNI/Polri. Sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan aman untuk mempertahankan keberlangsungan hidup keluarganya.
Desa Lembantongoa hampir 100 persen adalah petani menanam berbagai komoditi seperti padi sawah, padi ladang,jagung, kedelai, tomat,cabe,pisang, ubi-ubian, kopi,cengkih dan kakao.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ditumbuhi semak belukar, warga mengaku hampir tiap malam membunuh ular.
Baca SelengkapnyaDisaat semua warga pindah, keluarga ini memilih bertahan di kampung mati.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaPara warga meninggalkan kampung itu sejak terjadi peristiwa longsor. Ditakutkan peristiwa serupa akan terjadi kembali.
Baca SelengkapnyaSebuah keluarga yang memiliki dua bocah perempuan terpaksa harus tinggal di kampung mati tengah hutan dan setiap hari makan nasi pakai garam.
Baca SelengkapnyaDulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.
Baca SelengkapnyaKorban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSebuah kampung terpencil tengah hutan dihuni para lansia. Bagaimana kehidupan mereka di sana?
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaBerkunjung ke Dusun Malangbong seakan bernostalgia dengan suasana pedesaan tahun 1980-an.
Baca SelengkapnyaJarak kampung itu menuju pusat desa mencapai 5-6 kilometer
Baca Selengkapnya