Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Demo Mahasiswa di Jember Ricuh, 2 Orang Dirawat di Rumah Sakit

Demo Mahasiswa di Jember Ricuh, 2 Orang Dirawat di Rumah Sakit Aksi demo mahasiswa PMII Jember. ©2019 Merdeka.com/Muhammad Permana

Merdeka.com - Lima aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember dikabarkan terluka. Dua di antaranya hingga Selasa (15/10) malam ini, masih dirawat di rumah sakit.

Mereka menjadi korban saat terjadi kericuhan dan aksi saling dorong dalam demonstrasi yang digelar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember di depan kantor Bupati Jember pada Selasa siang.

Hingga berita ini diturunkan, Kapolres Jember, AKBP Alfian Nurrizal masih menjenguk dua orang mahasiswa yang sedang dirawat tersebut. Keduanya yakni Rangga Everestiyantoro (Ilmu Sejarah Universitas Jember) dan Latifurrahman (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Jember).

Semula aksi mahasiswa PMII Jember berlangsung tertib. Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus yang ada di Jember itu, kembali turun ke jalan menuntut keseriusan dan menagih komitmen Bupati Jember, dr Faida untuk menjalankan Reforma Agraria. Aksi ini menjadi aksi ketiga yang dijalankan PMII Jember dengan isi tuntutan yang sama.

"Kami menuntut bupati untuk segera membentuk Gugus Rugas Reforma Agraria (GTRA) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)," ujar Zainal Arifin, salah satu korlap aksi saat dikonfirmasi wartawan.

Menurut Zainal, mengacu pada Permen ATR/Kepala BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang RDTR, pemkab Jember sebenarnya tidak dapat mengeluarkan izin pemanfaatan ruang sebelum adanya RDTR. "Namun Pemkab Jember seolah tutup mata, dengan tetap mengeluarkan izin tanpa ada RDTR," lanjut Zainal.

Selain kepada bupati, massa PMII juga mengkritik DPRD Jember yang terkesan tidak serius mendesak bupati untuk segera membentuk Raperda RDTR dan GTRA. "Kami menuntut DPRD Jember untuk menggunakan hak interpelasi kepada Bupati karena tidak segera mengajukan Raperda RDTR," papar Zainal Arifin.

Namun ratusan massa PMII Jember kembali kecewa karena dari beberapa kali aksi, bupati tidak pernah mau menemui mereka.

Sempat terjadi aksi saling dorong karena mahasiswa memaksa masuk ke Kantor Pemkab Jember Akibatnya, pagar kantor Pemkab juga roboh, selain beberapa mahasiswa terluka.

Menyikapi situasi yang memanas, Kapolres Jember, AKBP Alfian Nurrizal yang memimpin pengamanan pun, sebenarnya sudah berupaya menempuh jalur persuasif dan dialog. "Ayo perwakilan mahasiswa saya ajak untuk bertemu bupati," ujar Kapolres AKBP Alfian Nurrizal melalui pengeras suara.

Enam perwakilan mahasiswa akhirnya diajak masuk Kapolres untuk bertemu bupati guna dialog dan menyampaikan tuntutannya. Namun upaya Alfian itu akhirnya mentah karena bupati enggan menemui mereka. Upaya Alfian untuk menelpon dan video call ke bupati, tidak bersambut karena bupati tidak mengangkat telpon tersebut.

"Saya sudah telpon dan video call dengan bupati, tapi tidak diangkat oleh beliau," ujar perwira yang belum sebulan menjabat di Jember itu.

Selain itu, beberapa mahasiswa juga ada yang pingsan. "Kita sudah menjalankan pengamana sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Untuk mahasiswa yang pingsan, bukan karena bentrok tapi karena cuaca yang sekarang panas," pungkas mantan Kapolres Probolinggo Kota ini.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP