Didominasi orang gila, pondok sosial di Surabaya kelebihan kapasitas
Merdeka.com - Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) di Kota Surabaya, Jawa Timur, kelebihan kapasitas. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di wilayah ini mencapai 1.549 orang. Sementara kapasitas gedungnya, hanya berdaya tampung 1.000 orang.
Dari 1.549 jiwa di Liponsos itu, didominasi penderita psikotik (keterbelakangan mental), yaitu 1.316 orang. Disusul gelandang pengemis sejumlah 211 orang, WTS (Wanita Tuna Susila) ada 12 orang, anak jalanan ada delapan orang dan waria ada dua orang.
Para penghuni Liponsos ini, ditampung di lima barak yang masing-masing memiliki empat ruangan berukuran 24 x 4 meter persegi. Tiap ruangan ini untuk memisah PMKS laki-laki dan perempuan.
-
Siapa yang menghuni pemukiman? Analisis genetik pada tulang manusia yang digali menunjukkan hubungan erat antara penduduk pemukiman ini dengan kelompok lain di China selatan dan Asia Tenggara.
-
Bagaimana kehidupan warga di pemukiman padat? Saat memasuki area perkampungan lebih dalam, kehidupan warganya pun masih begitu terasa.
-
Dimana PKL itu direlokasi? PKL itu sebelumnya berdagang di trotoar rumah sakit.
-
Siapa yang tinggal di Kampung Popok? Kampung Popok terdiri dari 14 KK.
-
Mengapa Pasuruan membangun gedung PLUT-KUMKM? Pembangunan gedung ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan koperasi dan UMKM di Kota Pasuruan,' jelas Gus Ipul.
-
Apa nama pedukuhan Probolinggo zaman Majapahit? Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat. Sejarah Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger.
"Jadi kita ada klaster-klaster untuk membagi mereka. Klaster paling rendah adalah untuk menampung mereka yang kondisinya parah. Klaster tertinggi adalah mereka yang sudah mendekati sembuh," kata Kadinsos Surabaya, Supomo ditemui di Liponsos Kota Surabaya, Jalan Keputih, Rabu (26/10).
Sementara bertambahnya jumlah penghuni Liponsos ini, lanjut Supomo, ada beberapa faktor. Pertama, beberapa penghuni yang tengah dirawat di rumah sakit, ketika sudah sembuh dikembalikan lagi ke Liponsos.
"Kemudian, bagi mereka (penderita psikotik) yang sudah sembuh, tidak diterima lagi oleh keluarganya. Intinya mereka ini sudah menjadi orang terbuang. Ya terpaksa kita rawat di sini," sambungnya.
Faktor lain, Wali Kota Tri Rismaharini yang memiliki kepedulian terhadap PMKS yang terlantar di jalanan, membawa mereka ke Liponsos agar mendapat perawatan layak. "Ini sudah menjadi tanggung jawab pemerintah sesuai amanah Pasal 34 UUD 1945. Jadi meski kondisinya sudah overload seperti ini, mau tidak mau kita wajib merawat mereka," kata Supomo.
Idealnya, kata Supomo lagi, daya tampung Liponsos itu maksimal 900 orang. "Tapi kita mampu 1.000 orang. Namun, kondisinya saat ini sudah overload, yaitu mencapai 1549 orang, yang didominasi penderita psikotik."
"Ya memang, kalau dilihat antara kondisi gedung dan jumlah penghuninya, kita overload. Tapi kalau dilihat dari perawatan, kita masih mampu merawat mereka di Liponsos," sambungnya.
Terlebih lagi, masih kata Supomo, faktor keluarga yang tidak mau menerima para penderita psikotik meski sudah sembuh. "Jadi kita terpaksa harus merawat mereka di sini. Bahkan sampai akhir hanyatnya," tandas Supomo.
Seperti diketahui, medio 2014 lalu, Wali Kota Tri Rismaharini telah memulangkan sekitar 50 PMKS yang sudah sembuh dari sakitnya ke daerahnya masing-masing. Dan pemulangan tersebut adalah kali kedua dilakukan Pemkot Surabaya.
Upaya pemulangan ini, sebagai bentuk kepedulian pemerintah kota agar para PMKS ini bisa hidup layak dan berkumpul lagi dengan keluarganya, setelah mendapat pembinaan dan pelatihan khusus. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Rumah Sakit Jiwa Amino Gondohutomo Semarang memiliki fasilitas 10-20 kamar tidur. Sementara untuk jumlah dokter spesialis kejiwaannya sebanyak 11 orang.
Baca SelengkapnyaBanyak rumah di kompleks tersebut sangat tidak terurus. Tak sedikit bangunan yang hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaTerdiri dari 101 puskesmas plus 31 rumah sakit milik pemerintah dan swasta.
Baca SelengkapnyaRibuan ton sampah yang berdatangan setiap hari telah membuat kapasitas TPA Cipayung tak mampu lagi membendung sampah.
Baca SelengkapnyaTPS khusus yang pertama berlokasi di Panti Bina Laras Harapan Sentosa 1, Cengkareng, Jakarta Barat.
Baca SelengkapnyaPuluhan jenazah terpaksa ditempatkan di trotoar dan selasar rumah sakit karena kamar mayat tak mampu lagi menampung.
Baca SelengkapnyaPerumahan tersebut sangat tidak terurus. Mayoritas bangunan rumah-rumah itu hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaWalaupun berukuran hanya selebar badan, kondisi gang padat penduduk di Kota Bandung ini amat bersih dan rapi
Baca SelengkapnyaPotret rumah jawa begitu megah milik mantan Bupati Ponorogo periode 2010-2015 H. Amin di Desa Tosanan, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo,Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPurnomo adalah seorang polisi yang kerap membawa pulang ODGJ untuk dirawat hingga sembuh. Menurutnya, masalah cinta menjadi penyebab paling banyak ODGJ.
Baca SelengkapnyaKampung Boncos beralamat di Jalan Ori RT 007 RW 03, Kota Bambu Selatan, Jakbar. Kampung Bahari di Tanjung Priok, Kampung Ambon di Jakbar.
Baca Selengkapnya