Diserbu Jemaah Indonesia, Nasi Uduk dan Serabi di Makkah Penjualnya Asal Myanmar
Merdeka.com - Bakso, soto, nasi uduk, nasi kuning, aneka lauk pauk hingga serabi. Semua dijejer di meja. Pembeli berdatangan. Tiga jam berjualan, makanan itu ludes diborong jemaah haji Indonesia.
Suasana itu terjadi di salah satu sudut di kawasan Syisah, Makkah, Arab Saudi. Kawasan ini merupakan salah satu lokasi jemaah haji Indonesia dari berbagai embarkasi mulai menginap. Mereka merupakan jemaah dari Madinah yang telah selesai melaksanakan ibadah salat arbain.
Pagi itu, Sabtu 3 Juni 2023, matahari Makkah belum benar-benar tampak. Rasad Ahmad, sang penjual sudah sibuk melayani pembeli yang antusias.
-
Dimana katering jemaah haji dilayani? Dilayani sejak di bandara 25 Juta boks makanan akan disiapkan untuk jemaah saat berada di Madinah, Makkah, Masyair (Arafah, Muzdalifah, Mina) dan juga bandara baik di Jeddah maupun di Madinah.
-
Apa yang sering memadati meja makan saat berbuka? Aneka gorengan kerap memadati meja makan saat waktu berbuka puasa tiba.
-
Dimana Sate Haji Ishak berjualan? Mengutip tangerangkota.go.id, pedagang sate ini sudah 70 tahun berjualan di kawasan kuliner Pasar Lama Kota Tangerang. Bahkan dari tempat, resep, sampai gerobaknya tetap sama sejak 1954 silam.
-
Siapa pelanggan sate Haji Ismail? Kata Haji Ismail, sekarang mayoritas pelanggan yang membeli satenya adalah orang Indonesia.
-
Kapan nilai belanja katering jemaah haji mencapai 1,5 triliun? Khusus makanan bagi jemaah haji tahun 2023, nilai belanjanya mencapai Rp1,5 triliun.
-
Apa yang laris di Lebaran? Di Indonesia, momen lebaran identik dengan mudik, baju dan mukena baru, berkumpul makan bersama keluarga di kampung halaman. Oleh karena itu, bisnis seperti busana muslim, mukena, hingga makanan tentunya akan laris manis diserbu masyarakat.
Yang menarik, Rasad ternyata bukan orang Indonesia. Dia berasal dari Myanmar.
"Nasi uduk 5 riyal, pare 2 riyal, bakso 10 riyal, soto 5 riyal. Silakan, silakan, silakan," ucap Rasad menggunakan bahasa Indonesia.
Sekelompok orang yang mayoritas ibu-ibu asal Makassar segera menyerbu. Rasad cukup kewalahan pagi itu. Untungnya dia dibantu satu pekerja perempuan yang ternyata berasal dari Bandung, Jawa Barat. Perempuan inilah yang memasak semua makanan bercita rasa Nusantara itu.
Rasad rupanya rutin berjualan masakan Indonesia itu setiap musim haji. Dia tahu, banyak jemaah yang rindu masakan kampung halaman. 30 Tahun bermukim di Arab Saudi, Rasad adalah pedagang pakaian.
Membuka lapak makanan, Rasad tidak selalu berada di lokasi yang sama. Dia harus kucing-kucingan dengan aparat yang bisa datang tiba-tiba menggelar razia. Yang pasti, Rasad selalu berada di kawasan Syisah.
"Kalau sekarang masih aman. Orang haji masih sepi. Mungkin tiga atau empat hari lagi pindah," tuturnya kepada tim Media Center Haji.
Dia menambahkan, jika sampai tertangkap saat berjualan, konsekuensinya berat. Jika ia bukan warga negara Arab Saudi, risikonya bisa dideportasi alias dipulangkan paksa ke negara asal.
Rasad tak menyebut berapa modal atau omzet yang ia dapat per hari. Namun, ia biasa melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan dua istri dan empat anaknya. Istri keduanya adalah orang Indonesia yang ia nikahi 8 tahun lalu dan dikaruniai satu anak.
Di sebelah lapak Rasad ada penjual makanan lain, Ria, yang berasal dari Makassar. Saat itu ia hanya menjajakan rempeyek dan kerupuk yang dihargai 5 riyal (Rp20.000) per bungkus. Perempuan bercadar ini berjualan sejak tahun 2016.
Ria yang pernah menjadi tenaga kerja wanita (TKW) itu kini bukan WNI lagi setelah menikah dengan warga Arab Saudi.
"Memang biasa jualan begini kalau musim haji. Lumayan buat tambah-tambah (ekonomi keluarga). Suami sudah pensiun," terangnya.
Meski jualan di kawasan Makkah, Ria dan Rasad melayani pembelian tak hanya dengan mata uang riyal, melainkan juga rupiah. Keduanya tak sampai 3 jam menggelar lapak. Dengan menggunakan mobil, keduanya segera bergeser ke tempat lain.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak kisah seru saat di tanah suci, salah satunya kulineran di sela-sela kegiatan ibadah.
Baca SelengkapnyaAda 8 jenis bumbu yang didatangkan dari Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Yaqut memastikan menu makanan jemaah haji di Madinah bercitarasa nusantara.
Baca SelengkapnyaMenunya beragam dan tampak enak, sehingga menurutnya tak perlu membawa magic com untuk masak nasi sendiri.
Baca SelengkapnyaMenjelang berbuka puasa, Sentra Kuliner di Jalan Kramat Raya yang menyajikan Nasi Kapau dan berbagai makanan khas Sumatra Barat ini ramai diserbu pembeli.
Baca SelengkapnyaSelama puncak haji di Armuzna, jemaah haji akan tetap mendapatkan layanan katering.
Baca SelengkapnyaAntrean tampak mengular sampai di gedung-gedung sekitar lapak.
Baca SelengkapnyaDalam video ini, tampak proses persiapan makanan untuk jemaah haji Indonesia.
Baca SelengkapnyaSelain menyajikan nasi kapau, berbagai makanan khas Sumatera Barat seperti Lemang Tapai, bubur kampiun, dan kue-kue lainnya pun tersedia di sentra kuliner ini.
Baca SelengkapnyaTakjil menjadi salah satu bagian yang paling identik dengan bulan puasa saat Ramadan.
Baca Selengkapnya