Epidemiolog Wanti-Wanti, Prediksi Gelombang 3 Covid-19 Terjadi di Bulan Desember 2021
Merdeka.com - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memprediksi ancaman gelombang tiga Covid-19 kemungkinan besar terjadi di Desember 2021.
Ia melihat potensi melonjaknya kasus Covid-19 dimulai dari libur natal dan tahun baru yang berlangsung 2 pekan sebelumnya.
"Kalau saya prediksinya akhir Desember atau awal Januari, pertama mulai terjadi peningkatan kasus. Karena yang namanya liburan kan itu Natalan itukan pertengahan itu udah mulai libur itu, jadi dua minggu kan pertengahan Desember itu orang udah mulai (liburan). Ini bicaranya asumsinya nggak direndam ya, dua minggu jadi pertengahan Desember udah mulai libur ya berarti akhir Desember sudah mulai kasus-kasus itu naik," ujarnya saat dihubungi Merdeka, Rabu (13/10).
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa penyakit mudah menular di musim pancaroba? Pada momen ini, cuaca menjadi tidak menentu dengan perubahan suhu yang cukup drastis.
-
Kapan biasanya penyakit yang muncul setelah lebaran muncul? Meskipun memikat untuk dinikmati, menu-menu lebaran sebaiknya dinikmati dengan porsi yang terkendali demi mencegah timbulnya sejumlah masalah kesehatan yang mungkin muncul.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
Fenomena natal dan tahun baru cenderung dikaitkan dengan aktivitas berlibur. Mulai dari pergerakan mobilitas hingga interaksi yang tinggi. Hal ini dinilai dapat membuka potensi penyebaran mutasi virus Covid-19. Terlebih varian Delta yang saat ini belum juga selesai.
"Varian Delta yang belum selesai loh, bahkan ada potensi varian baru seperti Mu, C.1.2 yang bisa jadi sudah ada di Indonesia yang akan bisa memperburuk," ujarnya.
Selain itu ia juga mengatakan penyebab utama third wave dapat terjadi dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia belum divaksinasi. Level penurunan komunitas (level community transmission) di Indonesia yang rendah dapat menyebabkan lemahnya pencegahan third wave di Indonesia.
"Indonesia masih dalam level community transmission, yang artinya belum bisa mendeteksi sebagian besar kasus," katanya.
Disisi lain, Pengamat Kebijakan Publik Dr. Trubus Rahardiansyah, SH, MH, MS, menyampaikan bahwa lonjakan kasus bisa saja terjadi mulai dari kelonggaran yang diberikan pemerintah seperti penurunan waktu karantina bagi wisatawan mancanegara (wisman) yang berlibur ke Pulau Dewata saat penerbangan internasional dibuka besok.
"Yang dulunya 8 hari dipersingkat jadi 5 hari untuk karantinanya. Nah itu nanti kebijakan itu membawa potensi terjadinya banyaknya wisatawan datang ke Bali itu berpotensi terjadi penularan lagi," ujarnya saat dihubungi Merdeka, Rabu (13/10).
Ia juga menilai pengawasan dari pemerintah pusat dan daerah saat ini sudah kendor dan tidak seketat yang dulu. Terlebih terkait aplikasi PeduliLindungi yang tidak menjamin pemerintah dapat melacak masyarakat yang tergolong kategori merah dan hitam.
"Sekarang banyak orang berkeliaran kategori merah dan hitam kan, lalu mereka juga tidak melakukan tindakan apa-apa. Harusnya kan itu begitu ketahui yang bersangkutan merah atau hitam segera ini pemerintah merekomendasikan atau melalui langkah-langkah ada mekanisme prosedur yang kemudian seseorang itu mendapatkan layanan kesehatan," ujarnya.
Meski demikian ia menilai bahwa sebenarnya relaksasi yang dilakukan pemerintah sebenarnya merupakan kebijakan yang sudah tepat. Hal ini dilakukan pemerintah dikarenakan adanya tekanan ekonomi.
"Kalau dari aspek-aspek ini kebijakannya sendiri ya sudah tepat gitu karena pemerintah sendiri kan memang istilahnya itu tidak mampu untuk memberikan istilahnya kebutuhan dasar pada masyarakat kan dengan masyarakat mengurangi mobilitas yaitu masalahnya di situ. Jadi karena pemerintah tidak mampu maka pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan sifatnya relaksasi pelonggaran-pelonggaran," tuturnya.
Percepat Program Vaksin Booster
Dr. Trubus mengatakan program booster ini segera direalisasikan untuk mengantisipasi terjadinya third wave di Indonesia.
"Terbukti bahwa vaksin Sinovac itu atau vaksin Sinopharm itu kan memiliki tingkat efikasi selama 6 bulan itu setelah 6 bulan efikasinya menurun drastis. Jadi karena itu perlu ada kebijakan booster segera," katanya.
Edukasi Protokol Kesehatan
Trubus juga mengatakan pemerintah harus mendorong terutama pusat-pusat daerah untuk kolaborasi secara sinergis lagi untuk mengedukasi masyarakat dengan protokol kesehatan.
"Menurut saya untuk dikatakan transisi endemik sebenarnya belum tepat itu," ujarnya.
Terobosan pemerintah saat ini untuk mengatakan Indonesia pada masa transmisi endemik membuatnya merasa khawatir lantaran situasi di Indonesia masih abu-abu.
"Saya agak ngeri-ngeri sedap begitu pemerintah mengeluarkan transisi endemik padahal dalam situasi seperti ini tentu harus ada berbagai solusi, terobosan, kemudian persoalannya di bagaimana kesadaran masyarakat kan gitu ya," ujarnya.
Insentif dari Pemerintah
Dicky Budiman mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia bisa mencontoh pemerintahan di luar negeri dimana masyarakat yang tidak berlibur keluar kota mendapatkan insentif dari pemerintah
"Di Australia tuh begitu, ngasih insentif kalau kamu kesini perginya ke tempat yang aman kamu mendapatkan diskon lebih gede, baik tiketnya ataupun hotelnya atau di dalam kotanya," ujar Dicky.
Lebih lanjut ia mengatakan diskon yang didapat masyarakat ini merupakan hasil subsidi dari Pemerintah.
"Saya enggak tahu di dalam konteks ini pola serupa bisa enggak, tapi kurang lebih seperti itu. Ada insentif yang membuat orang berpikir semakin jauh semakin berisiko," ujarnya.
Ia menambahkan semakin jauh orang berpergian makan akan semakin berisiko serta semakin padat sebuah tempat atau lokasi juga akan semakin tinggi risikonya.
Reporter Magang: Leony Darmawan
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Imbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaKemenkes merekomendasikan masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 di tengah kasus yang kembali melonjak.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca Selengkapnya