Guru Besar UI: 50 Persen Penyakit Dipengaruhi Polusi Udara Kota-Kota Besar
Merdeka.com - Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto mengungkapkan polusi udara merupakan salah satu penyumbang penyakit terbesar di dunia dengan proporsi lebih dari 50 persen penyakit diakibatkan oleh polusi udara kota-kota besar di seluruh dunia.
"Proporsi penyakit yang terbanyak itu disebabkan oleh pencemaran udara. Kalau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh makanan, minuman itu sekitar 15 persenan tapi kalau di pencemaran udara itu lebih dari 50 persen," ujar Budi Haryanto kepada Komunitas Bicara Udara melalui video di laman Instagram @bicaraudara, Jakarta, Minggu (18/4).
Ia menambahkan, manusia tidak bisa memilih udara yang akan dihirup dan semua hal yang berefek terhadap kesehatan melalui udara masuk ke dalam tubuh.
-
Mengapa polusi udara di Jakarta berbahaya? Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif yakni dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
-
Apa yang menyebabkan polusi udara Jakarta? Pasalnya, buruknya kualitas udara di Jakarta juga merupakan hasil tingginya emisi pembuangan dari industri, selain tingginya mobilitas kendaraan di Jakarta.
-
Kapan polusi udara terjadi? Polusi udara terjadi ketika substansi berbahaya seperti partikel mikroskopis, gas beracun, dan bahan kimia berbahaya tersebar di udara yang kita hirup setiap hari.
-
Kapan polusi udara mulai menjadi masalah? Dalam dekade terakhir, peningkatan industri, urbanisasi yang cepat, dan kegiatan manusia lainnya telah berkontribusi terhadap pelepasan berbagai zat berbahaya ke atmosfer.
-
Apa yang menyebabkan Jakarta menjadi kota paling berpolusi? Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 184 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 103 mikrogram per meter kubik.
-
Di mana polusi udara tinggi? Laman IQAir yang diperbarui menunjukkan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta berada dalam kategori sedang.
"Kalau kualitas udara itu tidak dibenahi, tidak dibersihkan maka semuanya akan masuk ke tubuh dan sudah jelas berbagai macam senyawa kimia, berbagai macam pencemaran udara yang lain, polutan masuk kedalam tubuh dan berefek kepada kesehatan," ungkapnya.
Budi juga telah melakukan penelitian sejak 2013 hingga 2017 dengan melakukan modeling prediksi yang menunjukan bahwa hingga 2050 tingkat polusi udara akan terus meningkat.
Dengan melihat data yang mengkhawatirkan tersebut dan terus meningkatnya sumber polusi udara seperti pertumbuhan kendaraan bermotor, dapat dipastikan jika tidak dikendalikan maka pada 2030 saja polusi udara akan meningkat hingga 60 persen dari kondisi saat ini.
"Hingga tahun 2050 itu kalau kita tidak melakukan sesuatu yang revolusioner untuk mengendalikan pencemaran udara, maka semua parameter pencemar udara itu trennya akan naik terus. Tahun 2030 itu bisa 50-60 persen lebih tinggi dibandingkan dengan sekarang," terangnya.
Maka dari itu, untuk melihat kualitas udara, pemerintah harus memperbanyak alat pendeteksi udara. Menurutnya untuk saat ini tidak perlu lagi berpikir tentang harga alat yang semakin modern semakin terjangkau.
"Karena sebenarnya teknologi semakin modern seperti sekarang ini, alat-alat itu semakin canggih dan tidak lagi mahal, kalau dulunya kita beli sampai milyaran satu alat monitoring station dan hanya punya 5 jakarta, bandung 5, surabaya 5, sekarang enggak perlu harus semahal itu lagi," katanya.
PBB Sebut Indonesia Penyumbang Polusi Tertinggi No.3
Perwakilan Khusus Sekretaris-Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Rachel Kyle mengatakan Indonesia sebagai satu dari 3 negara Asia Tenggara dengan tingkat polusi tertinggi selain Vietnam dan Filipina. Hal ini diungkapnya dalam konferensi video PBB, Jumat (2/8) di Jakarta.
"Indonesia, Vietnam, dan Filipina memiliki polusi udara tertinggi di wilayah Asia Tenggara," tuturnya dalam video.
Rachel menambahkan, negara-negara berkembang seperti Indonesia membutuhkan dukungan untuk mengurangi tingkat polusi udara di wilayahnya. Meski demikian, dirinya mengapresiasi upaya pemerintah Indonesia untuk mulai mengangkat isu perubahan iklim menjadi bagian dari sorotan kerja pemerintah.
"Bukan hal yang mudah untuk melakukan pembangunan tanpa adanya polusi," tutur Rachel memaklumi polusi udara yang terjadi di negara berkembang.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setidaknya lebih dari tiga penyakit dapat disebabkan oleh polusi. Untuk mencegahnya dapat menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaBiaya Pengobatan Penyakit Pernapasan di BPJS Tembus Rp10 Triliun, Menkes Minta Polusi Udara Ditekan
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus ISPA itu melonjak akibat polisi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaMasker dianggap bisa melindungi anak-anak dari bahaya polusi.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya penduduk di kota diharapkan bisa membawa energi dan ekonomi yang lebih baik.
Baca SelengkapnyaKegiatan industri serta penggunaan kendaraan bermotor juga menjadi faktor pemicu utama buruknya kualitas udara Jakarta.
Baca SelengkapnyaKualitas Udara Jakarta Terburuk di Dunia dan Tidak Sehat
Baca SelengkapnyaTingkat polusi udara di Jakarta kembali berstatus tidak sehat pagi ini.
Baca SelengkapnyaPolusi buruk bukan saja mengancam manusia atau makhluk hidup, namun imbasnya juga membuat dinding-dinding gedung pencakar langit lebih cepat kusam.
Baca SelengkapnyaPenyakit Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA tengah menjadi ancaman di Indonesia, khususnya warga sekitar Jakarta.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus serius menangani buruknya udara di Ibu Kota.
Baca SelengkapnyaPolusi udara telah merubah langit biru Jakarta menjadi kabut pekat. Bahkan IQAir melaporkan hampir 8.000 warga meninggal dunia akibat polusi udara tersebut.
Baca Selengkapnya