Indeks Toleransi di Indonesia Meningkat, Ini Peta Wilayahnya
Merdeka.com - Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Indonesia tahun 2021. Kemenag menilai indeks KUB adalah ruang diseminasi riset kebijakan berupa pemetaan kondisi kerukunan umat beragama di Indonesia. Sekaligus dinamika keagamaan aktual mencari formula solusi untuk kebijakan keagamaan yang lebih baik.
"Kontribusi pemikiran dan hasil riset senantiasa penting dalam rangka membantu perumusan dan pengambilan kebijakan yang berbasis data dan fakta (Evidence Based Policy Making)," kata Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI Achmad Gunaryo, Senin (20/12).
Menurutnya, launching Indeks KUB karena kondisi keagamaan di Indonesia sangat dinamis. Gejala intoleransi, ekstremisme, dan ketidakrukunan terjadi di beberapa daerah.
-
Kapan kata-kata toleransi antarumat beragama dibagikan? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (5/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Kenapa kerukunan antaragama penting untuk Kutai Timur? Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyuarakan harapannya untuk memperkuat kerukunan antar beragama di wilayah yang dipimpinnya. Sebab hal tersebut menjadi salah satu pilar utama dalam membangun Kutim yang lebih baik.
-
Bagaimana KKP menargetkan indeks kepatuhan pelaku usaha? Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono juga menargetkan indeks kepatuhan pelaku usaha pada 2025 sebesar 82 persen.
-
Siapa yang mengajarkan toleransi di Kudus? Ajaran toleransi itu pertama kali diajarkan oleh Sunan Kudus sewaktu mengajarkan Islam di Kudus.
-
Apa saja yang dilakukan untuk membangun kerukunan di Kutai Timur? 'Karena program Kutai Timur sejak 2005 sampai sekarang itu ada satu program yang terus digulirkan dan itu menjadi andalan Kutai Timur yaitu Da’i Pembangunan dan Kerohaniawan pembangunan. 'Mereka ada dimana-mana, dalam kerangka membangun dan membersamai masyarakat dengan pesan-pesan keagamaan pada masing-masing agama,' kata Ardiansyah.
-
Kenapa kata-kata toleransi antarumat beragama penting? Hal ini lantaran kata-kata toleransi antarumat beragama bisa menjadi inspirasi bagi Anda untuk bisa lebih menghargai dan memahami perbedaan.
"Kita perlu hadir dan menjadi bagian dari solusi. Maka membincang dan menawarkan konsep 'moderasi beragama' dan memperkuat kondisi kerukunan umat beragama, merupakan pilihan tepat," jelasnya.
Gunaryo menilai, indeks KUB dapat mendukung upaya-upaya penguatan forum kerukunan umat beragama. Penguatan forum KUB ini sejalan dengan upaya Kementerian Agama memperkuat status hukum PBM no. 9 dan 8 tahun 2006.
"Kita tidak perlu berdebat lagi soal substansinya, itu sudah baik. Kini kita hanya perlu menyosialisasikan dan mengimplementasikannya dengan baik. Regulasi yang dibuat wakil-wakil majelis agama ini telah terbukti menciptakan kerukunan umat beragama," ungkapnya.
Selain itu, peluncuran indeks KUB yang berkolaborasi dengan ISI Surakarta dinilainya bisa melestarikan seni dan budaya Indonesia melalui berbagai forum. Termasuk forum penguatan moderasi dan kerukunan umat beragama.
Sementara, Tenaga Ahli Menteri Agama RI, Mahmud Syaltout Syahiddulhaq bersyukur atas capaian indeks kerukunan umat beragama 2021 yang mengalami peningkatan. Menurutnya, hasil itu adalah buah dari kerja keras banyak pihak.
"Saya bersyukur indeks KUB ini tinggi atau baik direrata nasional 72,9. Di mana kalau kita lihat detail, terjadi kelonjakan nila 4,93 poin dibandingkan tahun lalu. Artinya, kinerja kita alhamdulillah lebih baik. Sekali lagi terima kasih," ucapnya.
"Tentu mendapatkan nilai seperti ini bukanlah hal yang mudah. Ini sekali lagi sebagai wujud prestasi kerja sama kementerian agama dan seluruh pemangku pemangku kepentingan," tandasnya.
Dilihat dari data Puslitbang Kementerian Agama, indeks kerukunan umat beragama 2021 di Indonesia mencapai skor tinggi dengan 72,39. Indikator KUB tersebut adalah toleransi 68,72, kerja sama 73,41, dan kesetaraan 75,03. KUB itu disebar kepada 136000 responden dari 34 provinsi.
Skor indeks kerukunan umat beragama dari tahun ke tahun juga berubah. Pada tahun 2017 sebanyak 72,27, 2018 menjadi 70,9, 2019 sebesar 73,83, 2020 sejumlah 67,46, dan 2021 meningkat 72,39.
Berikut peta indeks kerukunan umat beragama 2021 di Indonesia:
Aceh 63,6
Sumatera Utara 77,4
Kepulauan Riau 75,4
Riau 69,2
Sumatera Barat 70,5
Jambi 73
Bangka Belitung 72,5
Sumatera Selatan 71,5
Bengkulu 73,3
Lampung 76
DKI Jakarta 72,2
Banten 69,6
Jawa Barat 72,7
Jawa Tengah 77
Yogyakarta 77,1
Jawa Timur 77,8
Bali 82,7
Kalimantan Barat 81,3
Kalimantan Tengah 78,4
Kalimantan Utara 76,9
Kalimantan Timur 76,6
Kalimantan Selatan 69,1
Sulawesi Barat 76,2
Sulawesi Selatan 74,6
Sulawesi Tengah 76,6
Sulawesi Tenggara 72,7
Sulawesi Utara 81,9
Gorontalo 71,9
Nusa Tenggara Barat 69,2
Nusa Tenggara Timur 84,2
Maluku Utara 76,4
Maluku 80,3
Papua Barat 81,4
Papua 82,1
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indeks Kerukunan Umat Beragama di Jawa Timur melebihi rata-rata nasional.
Baca SelengkapnyaKota Kediri punya tiga kampung moderasi beragama, di sana warga beda agama hidup harmonis dan toleran.
Baca SelengkapnyaSemakin kita menyatakan diri sebagai orang yang punya iman, maka besar tanggung jawabnya untuk mengedepankan toleransi.
Baca SelengkapnyaDari 10 kota yang masuk daftar kota toleran, terdapat 94 kota yang masuk dalam objek kajian IKT.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, angka toleransi di setiap provinsi di Indonesia semakin naik setiap harinya.
Baca SelengkapnyaAda 4 kota di Jawa Tengah yang masuk dalam 10 besar kota paling toleran di Indonesia menurut SETARA Institute.
Baca SelengkapnyaKemenag terus mengampanyekan pentingnya moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaLaunching ini dihadiri semua Komisioner Komisi Informasi Pusat.
Baca SelengkapnyaNilai toleransi memiliki akar yang kuat dari jati diri bangsa Indonesia sehingga masyarakat tidak terpecah.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan iBangga, skor indeks kebahagiaan tercatat sebesar 72
Baca SelengkapnyaIDI Kaltim tahun 2022 yang diukur pada tahun 2023, berhasil mendapat poin 83,58.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca Selengkapnya