Ini Alquran kuno tulisan tangan Raja Buleleng VI tahun 1820
Merdeka.com - Jejak perkembangan Islam di Pulau Bali setidaknya bisa disaksikan dengan keberadaan masjid-masjid yang telah ratusan tahun berdiri. Salah satunya Masjid Agung Jami Singaraja, yang sejarah berdirinya tidak bisa dilepaskan dari campur tangan Raja Buleleng, penguasa saat itu.
Selain sebidang tanah yang dihadiahkan kepada umat Islam, Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik Polong, Raja Buleleng VI ini juga memberikan bantuan material untuk pembangunan masjid. Kini yang tersisa adalah pintu gerbang masjid dan mimbar yang memiliki ukiran khas bali utara.
Menariknya lagi, Masjid yang berada di pusat kota Singaraja ini menyimpan Mushaf Alquran yang dipercaya sebagai tulisan tangan dari Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi, salah seorang kerabat kerajaan Buleleng yang masuk Islam.
-
Apa keunikan Alquran di Banyuwangi? Namun, menariknya adalah Alquran yang digunakan terlihat tak biasa. Alquran tersebut berukuran cukup besar dan tersimpan pada kotak kayu.
-
Mengapa kaligrafer menutupi teks Alquran Biru dengan ornamen? Ornamen dalam contoh ini mungkin telah dimasukkan untuk mengoreksi kesalahan kaligrafer itu sendiri. Mengingat biaya pembuatan manuskrip cukup mahal. Jika kaligrafer membuat kesalahan akan membutuhkan biaya yang terlalu tinggi untuk membenarkan tulisan dengan memulai dari awal pada selembar kulit domba bari yang diwarnai dengan nila, karenanya teks ditutupi dengan pola yang rumit.
-
Bagaimana prasasti itu ditulis? Prasasti ini ditulis di bawah tanda salib merah di samping struktur batu besar. Prasasti itu berisi kutipan Mazmur 86 dalam bahasa Yunani yang ada di dalam Perjanjian Baru.
-
Apa yang ditemukan di dalam lempengan aksara paku? Semuanya bisa ditemukan di sana, dari daftar belanja hingga putusan pengadilan. Tablet ini memberikan pandangan ke masa lalu manusia beberapa ribu tahun yang lalu. Namun, lapisan-lapisan tersebut sudah sangat lapuk dan sulit untuk diterjemahkan bahkan bagi mata yang terlatih
-
Dimana Alquran raksasa disimpan? Alquran tersebut berukuran cukup besar dan tersimpan pada kotak kayu.
-
Apa gambar dekoratif itu? Gambar dekoratif adalah kreasi gambar yang ditambahkan untuk memberikan nilai estetika.
Ketua Tamir Masjid Agung Jami Singaraja, H Abdurrahman Alawi menceritakan bahwa mushaf yang tersimpan rapi ini merupakan tulisan tangan yang diperkirakan ditulis pada tahun 1820-an.
"Ini juga diperkuat dari beberapa pihak yang sudah meneliti mushaf kuno ini, dan mereka membenarkan setelah mengecek bahan kertas yang diduga didatangkan langsung dari eropa," jelasnya. Seperti dilansir nu online.
Tulisan dalam mushaf tersebut sangat rapi, dan nyaris sempurna dalam penulisannya. Ditambah dengan hiasan hiasan dibeberapa halaman utamanya yang khas budaya Bali.
Penulis mushaf langka ini dipercaya oleh masyarakat setempat secara turun temurun adalah Gusti Ngurah Ketut Jelantik Celagi, yang juga keturunan Pendiri Kerajaan Buleleng, Anak Agung Panji Sakti.
Dari cerita masyarakat Buleleng, masuknya keturunan raja tersebut menjadi Islam bermula dari perang saudara kerajaan Buleleng yang tak kunjung usai pada awal 1800an. Untuk menenangkan diri, entah kenapa ia memilih menyepi ke Masjid.
Oleh Imam Masjid Agung saat itu, Haji Muhammad Yusuf Soleh, Jelantik Celagi diterima dengan tangan terbuka dan perlahan diperkenalkan dengan agama Islam. Menurut kebiasaan, setiap murid yang belajar di Masjid Agung kala itu, harus menuliskan Alquran sebagai syarat kelulusan. Dan Mushaf yang ditulis oleh seorang muallaf itulah yang hingga kini tersimpan sebagai benda bersejarah.
"Sempat waktu itu ada petugas museum nasional dari Jakarta meminta mushaf ini untuk disimpan di museum, namun kami sebagai jamaah masjid agung tidak berkenan, biarkan kami yang merawat dan menjaganya," tegasnya.
Bagi pengunjung yang ingin mengetahui langsung, cukup datang pada saat sholat berjamaah lima waktu, terutama Dzuhur atau Ashar. Biasanya juru kunci akan memberikan izin untuk melihatnya jika ada permintaan dari jamaah usai salat berjamaah berlangsung.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, Naskah Sanghyang Jati Maha Pitutur disimpan di Perpustakaan Nasional RI, dengan nomor koleksi L 426 C Peti 16.
Baca SelengkapnyaIni salah satu manuskrip Alquran paling terkenal, yang dikenal dengan nama Alquran Biru.
Baca SelengkapnyaBatu Quran merupakan situs bersejarah, berisi batu dengan lafaz yang dipercaya merupakan ukiran jari telunjuk dari Syekh Maulana Mansyuruddin.
Baca SelengkapnyaMotif kaligrafi tersebut kabarnya dibuat oleh keturunan kerajaan yang sempat mengungsi untuk menghindari kejaran Belanda.
Baca SelengkapnyaKabarnya, seluruh mushaf di Al Quran tersebut ditulis tangan oleh ustaz pondok pesantren bernama Kiai Ahmad Basarudin Bin Ali Jaya di tahun 1990-an silam
Baca SelengkapnyaKarya sastra Raja Ali Haji ini menjadi salah satu warisan nasihat yang masih cukup relevan sampai sekarang.
Baca SelengkapnyaManuskrip yang ditulis dalam lembaran kulit ini sempat hilang selama 70 tahun sebelum ditemukan kembali.
Baca SelengkapnyaMasjid tua itu konon merupakan peninggalan Ki Ageng Pandanaran
Baca SelengkapnyaDi Museum Bayt Al-Qur'an, terdapat berbagai salinan Al-Qur'an dari berbagai belahan dunia.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca SelengkapnyaBujangga Manik terus berpetualang dan mencatatnya di naskah daun palem yang sudah disiapkan.
Baca SelengkapnyaRumah yang kini menjadi Cagar Budaya Kabupaten Agam itu dulunya dijaga oleh Syech Muhammad Saidi beserta keturunannya.
Baca Selengkapnya