Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ini 'obat' untuk melunakkan hati yang keras dari Rasulullah

Ini 'obat' untuk melunakkan hati yang keras dari Rasulullah Ilustrasi Patah Hati. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Maaf, adalah kata yang mudah diucapkan namun susah untuk dilakukan. Berbagai alasan sukar meminta maaf atau memberi maaf, seperti orang yang dimintai maaf lebih muda, lebih miskin, atau status jabatannya lebih rendah. Yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit hati yang keras.

Surat Al-Baqarah ayat 67-74 menggambarkan kondisi penyakit tersebut ketika mengisahkan tentang Bani Israil. Mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang sulit menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah hadir di depan mata. Hati mereka mengeras seperti batu, bahkan bisa lebih keras lagi.

Penyakit ini susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi penderitanya adalah dirinya sendiri. Egoisme, gengsi, atau perasaan paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar dirinya. Namun, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati.

Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah SAW tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb). Nabi menjawab:

"Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim." (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah menganjurkan orang yang keras hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah. Empati tersebut diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin. Seperti dilansir nu online.

Makan adalah di antara kebutuhan primer (hajiyat) setiap manusia. Penghasilan orang miskin sering hanya bisa mencukupi keperluan pokok tersebut tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya. Lebih dari miskin disebut faqir. Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama membutuhkan uluran tangan.

Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa ridha dan syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah. Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang menghargai rizeki yang diterimanya.

Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata 'mengusap' di sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut, dan mengayomi mereka. Tentang hal ini, Nabi bersabda:

"Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu mengalirkan banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di surga seperti ini (Nabi menyejajarkan dua jarinya)."

Dalam hadits itu, Allah memberikan kebaikan kepada orang-orang yang mengusap kepala anak yatim. Jumlah rambut di hadits ini merupakan ilustrasi dari kebaikan yang tak terhitung sebagaimana tak terhitungnya jumlah rambut kepala orang. Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah berikan kebaikan kepadanya. Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di pihaknya.

(mdk/ded)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP