Jabar Rawan Bencana, Ridwan Kamil Wajibkan Sekolah Terapkan Kurikulum Tanggap Bencana

Merdeka.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, lembaga pendidikan perlu merancang penerapan kurikulum tanggap bencana. Menurut dia, kurikulum itu sebagai salah satu upaya mempersiapkan generasi yang memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menghadapi bencana.
"Pemerintah Provinsi Jawa Barat memulai kurikulum tanggap bencana, agar sebagai provinsi yang rutin mendapat bencana, anak-anak sekolah kita siap bagaimana menghadapi bencana gempa bumi, kalau gunung meletus, kebakaran, banjir, dan lain sebagainya," kata Ridwan Kamil, lewat keterangan tertulisnya, Jumat (23/11).
Ridwan Kamil menyebut, Indonesia khususnya Jawa Barat, merupakan salah satu negara dengan potensi bencana alam yang tinggi. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia terkait secara langsung dengan proses geologi, seperti gempa bumi, longsor, vulkanik, liquifaksi, hingga banjir.
Menurut dia, Indonesia juga merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara. Sedangkan dengan Pasifik di utara Irian dan Maluku utara.
Di Jawa Barat, kata pria disapa Emil ini, selama kurun waktu Januari 2018 hingga kini sudah terjadi sekira 1.322 kejadian bencana alam. Adapun ribuan bencana ini terdiri dari tanah longsor 351 kejadian dan puting beliung 220 kejadian.
Kemudian banjir 106 kejadian, kebakaran hutan 141 kejadian, kebakaran hunian 387 kejadian serta gempa bumi dua kejadian. Dan gelombang pasang lima kejadian.
Selanjutnya Emil berharap, kurikulum tanggap bencana bisa diterapkan di seluruh sekolah di Jawa Barat mulai Januari 2019. Ia mengaku, telah menjalin kerja sama dengan pemerintah Jepang, terkait asistensi pengembangan kurikulum kebencanaan tersebut.
"Kita meniru apa yang ada di Jepang, mereka yang luar biasa ini akan jadi mitra, saya sudah kerjasama dengan JICA, Kota Yokohama, juga Pemerintah Jepang untuk memberi asistensi kurikulum berbasis bencana," kata Emil.
Sehingga, dia berharap dengan diterapkannya kurikulum tanggap bencana dapat meminimalisir korban di kemudian hari. Sebab, selama ini kurang pengetahuan terkait persiapan dan kesiapan dalam menghadapi bencana.
"Kami ingin di masa depan anak cucu kita siap terhadap bencana dan potensi bencana sehingga bisa hidup berbudaya dan menyiasati takdir bencana yang memang secara geologis Indonesia ini rawan," ucap Emil.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya