Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kata Khofifah soal 'The Power of Emak-emak' di Pilkada Jatim

Kata Khofifah soal 'The Power of Emak-emak' di Pilkada Jatim Viral Meme the Power of Ema-emak di Jatim. ©2018 media sosial

Merdeka.com - Hasil Pilkada serentak 2018 makin meneguhkan kekuatan perempuan Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Timur. Ini adalah fenomena baru dalam demokrasi Indonesia. Sebab, dari 19 Pilkada di Jawa Timur, termasuk Pilgub, tercatat ada lima ibu-ibu Muslimat NU terpilih menjadi kepala daerah versi quick count.

Yang pertama adalah Ketum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa yang berpasangan dengan Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak. Paslon urut satu ini sukses menyingkirkan pesaingnya Saifullah Yusuf (Gus Ipul)-Puti Guntur Soekarno di Pilgub Jawa Timur 2018.

Kemudian yang kedua adalah Puput Tantriana (Cabup Probolinggo), disusul Mundjidah Wahab (Cabup Jombang), Ita Puspita Sari (Cawali Mojokerto), dan Anna Mu’awanah (Cabup Bojonegoro).

Kelima pengurus Muslimat NU di daerahnya masing-masing ini melengkapi kekutan para 'emak-emak' di Jawa Timur yang sudah ada. Seperti Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Bupati Jember Faida, Bupati Kediri Haryanti Sutrisno (ketiganya menjabat sejak Febuari 2016), Wali Kota Batu Dewanti (periode 2017-2022), serta Wali Kota Probolinggo Rukmini Buchori yang menjabat sejak Januari 2014.

Sukses 10 perempuan di Pilkada serentak ini membukti bahwa basis massa di Jawa Timur memunculkan fenomena baru tentang betapa kuatnya kaum perempuan di panggung politik elektoral.

"Alhamdulillah, bahwa tingkat aksebilitas Muslimat NU itu menjadi bagian dari tingkat elektoral. Orang itu memilih karena dia bisa diterima, dan rupanya aksebilitas itu kemudian mengalir pada tingkat elektoral yang kebetulan mereka itu pengurus Muslimat NU," terang Khofifah menjawab fenomena the Power of Emak-emak ini, Senin (2/7).

Tetapi, lanjutnya, ketika mereka (para ibu-ibu) menjadi bupati atau wakil bupati, "Mereka harus jadi ibunya seluruh warga yang dipimpin. Jadi saya rasa format background itu adalah bagian dimana pengabdian itu dilakukan."

"Kemudian ketika dia menjadi pejabat, pengabdian itu dilakukan untuk semua warga yang dipimpinnya," kata mantan Menteri Sosial ini.

Sementara anggota Dewan Pertimbangan DPP NasDem, Haryono Isman menilai, fenomena the Power of Emak-emak di Jawa Timur ini menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia mulai berbenah. "Inilah indahnya demokrasi. Kalau di era lalu (Orde Baru) ndak mungkin kan kejadian seperti ini (sukses kaum perempuan)," kata Haryono di Surabaya.

Tetapi sekali lagi, lanjutnya menandaskan, masyarakat tidak hanya melihat Muslimat NU-nya. "Yang dilihat adalah orangnya, figurnya, seperti Mbak Khofifah, dilihat Mbak Khoffahnya bukan embel-embelnya. Tetapi dukungan Muslimat NU, dukungan partai politik itu tetap penting."

(mdk/rhm)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP