Kelompok Tani di Banyuwangi Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Organik
Merdeka.com - Kelompok tani Sumber Urip, Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, berangsur lepas dari ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi. Mereka secara swadaya mengoptimalkan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah ternak ternaknya.
Pengolahan pupuk organik ini dilakukan di peternakan sapi milik Saidi, ketua Kelompok Tani Sumber Urip. Tiap hari di kandang sapi yang menjadi Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) tersebut, kelompok tani ini mampu mengolah satu ton pupuk organik.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sempat mengunjungi kandang sapi pembuatan pupuk organik tersebut dan bertemu langsung para petani dan peternak saat melakukan Ngantor di Desa (Bunga Desa) pada pekan lalu.
-
Apa manfaat pupuk organik? Penggunaan pupuk organik tersebut dinilai sebagai pilihan yang tepat untuk petani di tengah sulitnya mendapatkan pupuk kimia bersubsidi. Selain lebih ekonomis, penggunaan pupuk organik juga membuat tanah lebih subur. Harapannya kesejahteraan petani bisa meningkat dengan penggunaan pupuk kandang.
-
Bagaimana mengolah limbah organik jadi pupuk? Menjadi pupuk kompos dengan cara mencampurkan limbah organik basah dengan tanah dan menambahkan mikroorganisme pengurai.
-
Bagaimana pupuk organik membantu hasil panen? Saat masih menggunakan pupuk urea, produktivitas panen dalam satu hektare lahan padi sebesar 7 ton. Sedangkan saat menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang, produktivitas hasil panen mencapai 9,6 ton.
-
Bagaimana UMKM binaan BRI di Desa Sambak memanfaatkan limbah tahu? Limbah tahu yang dimasukkan ke digester menghasilkan gas meta. Gas meta ini bisa digunakan untuk biogas. Dengan pengelolaan limbah tahu menjadi biogas, menjadi salah satu potensi wisata edukasi Desa Sambak,' cerita Dahlan.
-
Apa yang dilakukan UMKM binaan BRI di Desa Sambak untuk mengatasi limbah tahu? Warga juga membuat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga air limbah yang keluar ramah lingkungan.
-
Bagaimana cara membuat pupuk organik dari limbah rumen? Proses pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan cara mencampur rumen seekor kambing dengan satu liter tetes tebu, serta 10-20 liter air bekas cucian beras. Sementara rumen dari seekor sapi dicampur dengan lima liter tetes tebu dan 20 liter air bekas cucian beras. Selanjutnya campuran ini didiamkan selama 25 hari dalam wadah tertutup.
"Meskipun menjadi tempat pengolahan pupuk organik yang bahannya dari limbah ternak, ternyata tidak bau. Ini keren bisa dicontoh pada kelompok tani lainnya," kata Ipuk.
Bupati Ipuk sangat mengapresiasi kelompok tani ini dan diharap bisa membantu kebutuhan pupuk petani yang sempat mengalami kelangkaan.
"Selain itu pupuk organik sebagai upaya agar petani mulai beralih ke pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dan prospek pasarnya lebih bagus. Saya minta Dinas Pertanian untuk terus melakukan pendampingan agar banyak petani yang beralih ke pupuk organik," kata Ipuk.
Apalagi jatah petani untuk pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat kian lama kian berkurang, sehingga pupuk organik menjadi alternatif.
Sementara Saidi mengatakan perlahan para petani di kelompoknya mulai beralih ke pupuk organik. Meskipun tidak bisa lepas sepenuhnya, tapi perlahan Saidi terus mengarahkan beralih pupuk organik.
"Kalau saya sudah seratus persen pakai pupuk organik. Memang perlu perlahan-lahan agar petani mau pakai pupuk organik. Di kelompok kami ada yang sudah 25 persen pakai pupuk organik, ada juga yang baru 15 persen," tambah Saidi.
Saidi menjelaskan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik tersebut dilakukan dengan pendampingan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi.
Di kelompok ini terdapat 104 anggota dan terdapat 38 ekor sapi peranakan ongole (sapi PO) dengan berbagai turunannya seperti limousin, brahman dan simental yang mereka kembangkan dan fokus pada proses pembibitan ternak.
Kelompok ini mengolah kotoran sapi yang dicampurkan dengan cocopeat dan dapat menghasilkan 1 ton pupuk setiap harinya. Cocopeat sendiri sangat mudah didapat karena bahan utamanya adalah sekam atau tempurung buah kelapa yang diolah atau dihaluskan hingga menjadi butiran seperti serbuk kayu, yang mana produk akhirnya adalah cocopeat.
"Pembuatan pupuk organik sangat mudah dan murah. Satu ekor menghasilkan sekitar 20 kg kotoran sapi. Untuk proses pembuatan dari kotoran menjadi pupuk sekitar 15 hari. Kini dengan kami bisa menghasilkan rata-rata 1 ton pupuk organik tiap hari," jelas Saidi.
Kotoran sapi merupakan penghasil asam humat alami yang dapat meningkatkan Ph tanah secara optimal. Asam humat berfungsi meningkatkan porositas tanah mengikat oksigen, hingga menahan air lebih baik.
Dengan menggunakan pupuk organik ini dapat menyeimbangkan Ph tanah dengan asam humat secara alami. Harapannya, produjsi tanaman juga meningkat karena kesuburan tanahnya meningkat.
Berkat penggunaan pupuk organik tersebut, beras hasil kelompok tani Sumber Urip mendapat sertifikat organik untuk ruang lingkup padi, dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos). Beras organik tersebut dinyatakan telah memenuhi persyaratan Sistem Pertanian Organik melalui Internal Control System (ICS).
"Alhamdulilah Desember tahun 2022 beras kami telah mendapat sertifikat organik. Ini memacu kami untuk terus mengembangkan pertanian organik," kata Saidi.
Beras organik memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada beras umumnya. Satu kilogram untuk beras putih organik diharagai Rp 15.000, dan untuk beras merah organik dengan harga Rp 25.000. (mdk/hrs)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setelah menggunakan pupuk organik, produktivitas hasil pertanian naik hingga 2,6 ton
Baca SelengkapnyaBeranggotakan 30 petani, dalam sebulan mereka mampu memproduksi 5 ton gula merah aren organik.
Baca SelengkapnyaDengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok tani ini mampu menghasilkan Rp3,12 miliar.
Baca SelengkapnyaKini tak perlu pusing dengan keberadaan limbah rumen
Baca SelengkapnyaMelalui program PKT BISA, Pupuk Kaltim membantu para petani untuk meningkatkan kembali daya dukung lahan, dengan menggiatkan pemanfaatan kompos.
Baca SelengkapnyaPembagian pupuk organik dilaksanakan di Desa Selisihan Kawan sebanyak 40 ton dan Desa Gembalan sebanyak 10 ton.
Baca SelengkapnyaBerawal dari protes warga, rumah potong hewan di Cilegon ini sulap limbah jadi pupuk organik.
Baca SelengkapnyaKeberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.
Baca SelengkapnyaWarga di Desa Dompyong, Trenggalek menggunakan energi biogas yang berasal kotoran sapi.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Genteng Wetan Kabupaten Banyuwangi ini berhasil membuktikan bahwa lingkungan yang bersih bisa mendatangkan cuan
Baca SelengkapnyaSetelah lulus SMA, Aji Saputra bingung mau melakukan apa. Akhirnya ia belajar pertanian dengan petani di desanya, kemudian memulai usaha pengolahan pupuk.
Baca SelengkapnyaTak hanya fokus pada kontribusi di level aksi korporasi, Pupuk Kaltim juga secara langsung melibatkan karyawannya untuk turun ke lapangan.
Baca Selengkapnya