Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kelompok Tani di Banyuwangi Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Organik

Kelompok Tani di Banyuwangi Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Organik Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani tinjau produksi pupuk organik. ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Kelompok tani Sumber Urip, Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, berangsur lepas dari ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi. Mereka secara swadaya mengoptimalkan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah ternak ternaknya.

Pengolahan pupuk organik ini dilakukan di peternakan sapi milik Saidi, ketua Kelompok Tani Sumber Urip. Tiap hari di kandang sapi yang menjadi Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) tersebut, kelompok tani ini mampu mengolah satu ton pupuk organik.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sempat mengunjungi kandang sapi pembuatan pupuk organik tersebut dan bertemu langsung para petani dan peternak saat melakukan Ngantor di Desa (Bunga Desa) pada pekan lalu.

Orang lain juga bertanya?

"Meskipun menjadi tempat pengolahan pupuk organik yang bahannya dari limbah ternak, ternyata tidak bau. Ini keren bisa dicontoh pada kelompok tani lainnya," kata Ipuk.

Bupati Ipuk sangat mengapresiasi kelompok tani ini dan diharap bisa membantu kebutuhan pupuk petani yang sempat mengalami kelangkaan.

"Selain itu pupuk organik sebagai upaya agar petani mulai beralih ke pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dan prospek pasarnya lebih bagus. Saya minta Dinas Pertanian untuk terus melakukan pendampingan agar banyak petani yang beralih ke pupuk organik," kata Ipuk.

Apalagi jatah petani untuk pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat kian lama kian berkurang, sehingga pupuk organik menjadi alternatif.

Sementara Saidi mengatakan perlahan para petani di kelompoknya mulai beralih ke pupuk organik. Meskipun tidak bisa lepas sepenuhnya, tapi perlahan Saidi terus mengarahkan beralih pupuk organik.

"Kalau saya sudah seratus persen pakai pupuk organik. Memang perlu perlahan-lahan agar petani mau pakai pupuk organik. Di kelompok kami ada yang sudah 25 persen pakai pupuk organik, ada juga yang baru 15 persen," tambah Saidi.

Saidi menjelaskan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik tersebut dilakukan dengan pendampingan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi.

Di kelompok ini terdapat 104 anggota dan terdapat 38 ekor sapi peranakan ongole (sapi PO) dengan berbagai turunannya seperti limousin, brahman dan simental yang mereka kembangkan dan fokus pada proses pembibitan ternak.

Kelompok ini mengolah kotoran sapi yang dicampurkan dengan cocopeat dan dapat menghasilkan 1 ton pupuk setiap harinya. Cocopeat sendiri sangat mudah didapat karena bahan utamanya adalah sekam atau tempurung buah kelapa yang diolah atau dihaluskan hingga menjadi butiran seperti serbuk kayu, yang mana produk akhirnya adalah cocopeat.

"Pembuatan pupuk organik sangat mudah dan murah. Satu ekor menghasilkan sekitar 20 kg kotoran sapi. Untuk proses pembuatan dari kotoran menjadi pupuk sekitar 15 hari. Kini dengan kami bisa menghasilkan rata-rata 1 ton pupuk organik tiap hari," jelas Saidi.

Kotoran sapi merupakan penghasil asam humat alami yang dapat meningkatkan Ph tanah secara optimal. Asam humat berfungsi meningkatkan porositas tanah mengikat oksigen, hingga menahan air lebih baik.

Dengan menggunakan pupuk organik ini dapat menyeimbangkan Ph tanah dengan asam humat secara alami. Harapannya, produjsi tanaman juga meningkat karena kesuburan tanahnya meningkat.

Berkat penggunaan pupuk organik tersebut, beras hasil kelompok tani Sumber Urip mendapat sertifikat organik untuk ruang lingkup padi, dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos). Beras organik tersebut dinyatakan telah memenuhi persyaratan Sistem Pertanian Organik melalui Internal Control System (ICS).

"Alhamdulilah Desember tahun 2022 beras kami telah mendapat sertifikat organik. Ini memacu kami untuk terus mengembangkan pertanian organik," kata Saidi.

Beras organik memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada beras umumnya. Satu kilogram untuk beras putih organik diharagai Rp 15.000, dan untuk beras merah organik dengan harga Rp 25.000. (mdk/hrs)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kelompok Tani di Semarang Ini Buktikan Hasil Panen Lebih Produktif Gunakan Pupuk Organik, Lebih Ekonomis dan Bikin Tanah Subur
Kelompok Tani di Semarang Ini Buktikan Hasil Panen Lebih Produktif Gunakan Pupuk Organik, Lebih Ekonomis dan Bikin Tanah Subur

Setelah menggunakan pupuk organik, produktivitas hasil pertanian naik hingga 2,6 ton

Baca Selengkapnya
Menengok Produksi Gula Aren Organik di Lereng Ijen Banyuwangi
Menengok Produksi Gula Aren Organik di Lereng Ijen Banyuwangi

Beranggotakan 30 petani, dalam sebulan mereka mampu memproduksi 5 ton gula merah aren organik.

Baca Selengkapnya
Tanam Bawang Merah Semi Organik, Kelompok Tani Banyuwangi Panen 14,2 Ton per Hektare
Tanam Bawang Merah Semi Organik, Kelompok Tani Banyuwangi Panen 14,2 Ton per Hektare

Dengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok tani ini mampu menghasilkan Rp3,12 miliar.

Baca Selengkapnya
Petani Trenggalek Ubah Limbah Rumen Hewan Kurban Jadi Pupuk Organik, Ternyata Manfaatnya Seabrek
Petani Trenggalek Ubah Limbah Rumen Hewan Kurban Jadi Pupuk Organik, Ternyata Manfaatnya Seabrek

Kini tak perlu pusing dengan keberadaan limbah rumen

Baca Selengkapnya
Begini Inovasi Dilakukan Pupuk Kaltim Dukung Pertanian Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat
Begini Inovasi Dilakukan Pupuk Kaltim Dukung Pertanian Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat

Melalui program PKT BISA, Pupuk Kaltim membantu para petani untuk meningkatkan kembali daya dukung lahan, dengan menggiatkan pemanfaatan kompos.

Baca Selengkapnya
50 Ton Pupuk Organik Hasil Metode Osaki Jepang Dibagikan ke Petani Klungkung Bali
50 Ton Pupuk Organik Hasil Metode Osaki Jepang Dibagikan ke Petani Klungkung Bali

Pembagian pupuk organik dilaksanakan di Desa Selisihan Kawan sebanyak 40 ton dan Desa Gembalan sebanyak 10 ton.

Baca Selengkapnya
Dulu Diprotes Warga, Rumah Potong Hewan di Cilegon Sulap Limbah Kotoran Jadi Pupuk Organik
Dulu Diprotes Warga, Rumah Potong Hewan di Cilegon Sulap Limbah Kotoran Jadi Pupuk Organik

Berawal dari protes warga, rumah potong hewan di Cilegon ini sulap limbah jadi pupuk organik.

Baca Selengkapnya
Berawal dari Sampah Menumpuk di Tepi Jalan, Kini Tempat Pembuangan Sampah di Tuban Bisa Hasilkan Rp13 Juta per Bulan
Berawal dari Sampah Menumpuk di Tepi Jalan, Kini Tempat Pembuangan Sampah di Tuban Bisa Hasilkan Rp13 Juta per Bulan

Keberadaan TPS ini menjadi sumber rezeki bagi warga setempat.

Baca Selengkapnya
FOTO: Ide Kreatif Warga Trenggalek Memanfaatkan Kotoran Sapi untuk Diubah Menjadi Bahan Bakar Biogas Pengganti Elpiji
FOTO: Ide Kreatif Warga Trenggalek Memanfaatkan Kotoran Sapi untuk Diubah Menjadi Bahan Bakar Biogas Pengganti Elpiji

Warga di Desa Dompyong, Trenggalek menggunakan energi biogas yang berasal kotoran sapi.

Baca Selengkapnya
Potret Transformasi Saluran Air di Banyuwangi, Dulu Kotor Penuh Sampah Kini Jadi Tempat Budi Daya Ikan
Potret Transformasi Saluran Air di Banyuwangi, Dulu Kotor Penuh Sampah Kini Jadi Tempat Budi Daya Ikan

Warga Desa Genteng Wetan Kabupaten Banyuwangi ini berhasil membuktikan bahwa lingkungan yang bersih bisa mendatangkan cuan

Baca Selengkapnya
Berawal dari Keprihatinan, Pemuda 21 Tahun Asal Banjarnegara Ini Sukses Jalankan Usaha Pupuk
Berawal dari Keprihatinan, Pemuda 21 Tahun Asal Banjarnegara Ini Sukses Jalankan Usaha Pupuk

Setelah lulus SMA, Aji Saputra bingung mau melakukan apa. Akhirnya ia belajar pertanian dengan petani di desanya, kemudian memulai usaha pengolahan pupuk.

Baca Selengkapnya
Program Makmur dan Agrosolution Terealisasi di 74.486 Hektare Lahan dan 28.315 Petani Sudah Bergabung
Program Makmur dan Agrosolution Terealisasi di 74.486 Hektare Lahan dan 28.315 Petani Sudah Bergabung

Tak hanya fokus pada kontribusi di level aksi korporasi, Pupuk Kaltim juga secara langsung melibatkan karyawannya untuk turun ke lapangan.

Baca Selengkapnya