Keraton Yogyakarta Ganti Grebeg Maulud dengan Pembagian Rengginang untuk Abdi Dalem
Merdeka.com - Tradisi Grebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta rutin setiap tahun untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad ditiadakan karena pandemi virus Corona, Kamis (29/10). Meskipun demikian Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB X menggantinya dengan membagikan rengginang kepada abdi dalem.
Penghageng KHP Kridhomardowo, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro menerangkan jika Grebeg Maulud di Keraton Yogyakarta digelar dengan format yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya pandemi virus Corona.
“Hari ini kami masih melaksanakan acara Grebeg Maulud tapi dengan format yang disesuaikan dalam kondisi pandemi. Grebeg digelar satu tahun tiga kali. Pertama Grebeg Syawal pada awal tahun dilakukan juga seperti ini. Kemudian Grebeg Besar juga sudah seperti ini. Berhubung masih pandemi Grebeg Maulud masih seperti ini (tertutup),” ujar Notonegoro di Keraton Yogyakarta.
-
Dimana Grebeg Maulud diadakan? Dikutip dari kemdikbud.go.id, acara Grebeg Maulud merupakan puncak dari rangkaian acara perayaan sekaten yang berjalan satu minggu, mulai dari tanggal 5 Rabiul Awal dan berakhir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
-
Kapan Grebeg Maulud berlangsung? Dikutip dari kemdikbud.go.id, acara Grebeg Maulud merupakan puncak dari rangkaian acara perayaan sekaten yang berjalan satu minggu, mulai dari tanggal 5 Rabiul Awal dan berakhir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
-
Bagaimana tradisi Maulid Nabi di Kudus? Gunungan ini kemudian diarak dalam kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka agama Islam. Setelahnya, isi dari gunungan tersebut dibagikan kepada warga setempat.
-
Apa yang dirayakan dalam Grebeg Maulud? Acara ini digelar dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
-
Siapa yang memimpin Grebeg Maulud? Video itu dimulai saat KRA Sasradiningrat, patih Kasunanan Surakarta tahun 1889-1916 berangkat menuju Keraton Surakarta untuk menghadiri acara Grebeg Maulud.
-
Kenapa Kemendikbudristek adakan festival ini? Sebagai festival yang bertujuan untuk menggali serta melestarikan identitas budaya Melayu khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, terselenggaranya Kenduri Swarnabhumi 2023 menjadi khazanah bagi kita semua untuk selalu mengingat kejayaan budaya Nusantara di tanah Melayu.
Notonegoro menerangkan sebagai pengganti Grebeg Maulud, Sultan HB membagikan uborampe berupa rengginang kepada abdi dalem. Selain itu tradisi menyebar udhik-udhik atau uang koin yang dilakukan Sultan HB X juga ditiadakan.
Notonegoro menuturkan jika pembagian ubo rampe rengginang ini dibagikan kepada abdi dalem di tiga tempat yaitu di Keraton Yogyakarta, Pakualaman dan Kepatihan.
"Esensi pembagian rengginang itu sedekah Raja. Kalau dulu Gunungan ada macam-macam seperti hasil bumi, cuma ini dipilihkan rengginang karena sangat tradisional karena kalau tidak ada Grebeg tidak ada yang buat. Kalau lainnya hasil bumi kan tetap ada khusus ini rengginang dengan pewarnaan itu yang kami pilih,” ungkap mantu Sultan HB X ini.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta menggelar rangkaian hajad dalem Sekaten.
Baca SelengkapnyaMengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.
Baca SelengkapnyaBanyak makna filosofis yang terkandung dalam tradisi ini
Baca SelengkapnyaAcara Grebeg Maulud digelar setiap tahun. Setiap perayaan itu menyimpan momen sejarahnya masing-masing.
Baca SelengkapnyaKali ini pemicunya adalah tradisi tahunan saat prosesi tabuh gamelan Sekaten dalam rangka perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, Senin (9/9) lalu.
Baca SelengkapnyaDalam waktu singkat, isi gunungan tumpeng habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.
Baca SelengkapnyaPameran itu digelar dalam rangka Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X
Baca SelengkapnyaGanjar menyampaikan tradisi Yaa Qowiyyu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar tokoh setempat dan masyarakat.
Baca SelengkapnyaDalam acara jumenengan tersebut juga ditampilkan tarian sakral dari Pura Mangkunegaran Solo, Bedaya Anglir Mendhung.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo dinilah telah memberikan perhatian lebih terhadap wayang kulit dan kesenian lainnya, selama menjabat Gubernur dua periode.
Baca SelengkapnyaPerjalanan menuju puncak Gunung Lawu membutuhkan waktu 9-10 jam.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.
Baca Selengkapnya