Kesepakatan Warga Jadi Alasan Pemotongan Nisan Salib di TPU Purbayan Yogyakarta
Merdeka.com - Makam Albertus Slamet Sugihardi ramai dibicarakan di media sosial karena nisan kayu salib sebagai penanda dipotong menjadi huruf T. Pemotongan nisan kayu salib ini merupakan hasil kesepakatan antara warga, pihak keluarga dan pengelola makam.
Albertus Slamet Sugihardi yang merupakan warga RT 53 RW 13, Kelurahan Purbayan, Kotagede, Kota Yogyakarta, meninggal dunia pada Senin (17/12) sekitar pukul 08.00 di RS PKU Muhammadiyah. Albertus Slamet Sugihardi dimakamkan di pemakaman Jambon, Purbayan sekitar pukul 13.00 WIB.
Salah satu tokoh masyarakat di Kelurahan Purbayan, Bedjo Mulyono mengatakan, jika pemotongan nisan kayu salib tersebut merupakan hasil kesepakatan bersama. Pihak keluarga Albertus Slamet Sugihardi pun disebut Bedjo sudah legowo dan menerima.
-
Kenapa nisan itu dipindahkan? Pedagang itu bercerita bahwa makam-makam yang dulunya berada di sana sudah dipindahkan ke kompleks pemakaman di belakang THR.
-
Kenapa makam Pangeran Diponegoro tidak dipindah? Menurut Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, makam itu tidak perlu dipindah. Apalagi keberadaan makam tersebut dihargai dan dijaga oleh masyarakat Makassar. “Kalau saya tidak usah dipindah. Pangeran Diponegoro di sana juga dihargai masyarakat. Mereka juga menjaga makam itu“
-
Mengapa warga membongkar makam di Desa Ngalian? Mereka sudah yakin kalau makam itu palsu sehingga mereka tidak ragu untuk membongkar makam.
-
Bagaimana kondisi makam tersebut? Walaupun makam ini berusia lebih dari 430 tahun, perabotan pemakaman dan peti jenazah yang terbuat dari kayu masih utuh dan dalam kondisi yang sangat baik.
-
Mengapa tidak ada kerangka manusia di dalam makam? Selain itu, menurut para ilmuwan, beberapa makam menjadi target perampokan sehingga tidak ada jasad manusia di dalamnya.
-
Kenapa orang tua korban tidak mau restorative justice? 'Saya tidak mau, karena saya lihat videonya itu sangat sadis cara mereka pukuli anak saya. Jadi saya mau proses hukum,' tegasnya.
Bedjo beralasan pemotongan nisan itu karena pemakaman Jambon tempat jenazah Albertus Slamet Sugihardi dimakamkan merupakan makam umat muslim. Meskipun begitu, makam Jambon tersebut belum resmi dijadikan makam khusus muslim tetapi sedang diusahakan menjadi makam khusus muslim.
Bedjo menyebut jika kompleks pemakaman di Jambon sebelum jenazah Albertus Slamet Sugihardi dimakamkan, seluruhnya adalah makam orang muslim. Sehingga ketika Albertus Slamet Sugihardi dimakamkan di sana, warga pun mengizinkan tetapi dengan sejumlah syarat.
"Dibolehkan dimakamkan di sana dengan syarat. Syaratnya tidak boleh ada simbol-simbol Nasrani dan makam berada di pinggir area," ujar Bedjo, Selasa (18/12).
Bedjo membantah jika masyarakat Purbayan dituding intoleran. Bedjo mencontohkan jika warga sekitar turut membantu proses pemakaman. Selain itu warga juga melayat ke rumah duka.
Ketua RW 13, Kelurahan Purbayan, Kotagede, Slamet Riyadi menerangkan jika dalam prosesi pemakaman, warga di wilayah tempat tinggal almarhum pun turut membantu. Bantuan yang diberikan di antaranya dengan meminjami sound system, ikut mendirikan tenda untuk pelayat bahkan juga ikut membantu kelancaran prosesi pemakaman.
Slamet pun menjabarkan jika saat keluarga tengah berada di RS PKU Muhammadiyah untuk mengurus jenazah Albertus Slamet Sugihardi, warga justru sudah di rumah duka dan mempersiapkan keperluan pemakaman.
Slamet mengungkapkan jika dalam keseharian Albertus Slamet Sugihardi merupakan orang yang memiliki jiwa sosial tinggi. Dalam bermasyarakat pun, Albertus Slamet Sugihardi disebut Slamet kerap ikut pertemuan warga dan kerja bakti.
Slamet menyebut jika Albertus Slamet Sugihardi merupakan pendatang di wilayahnya tetapi sudah bermukim cukup lama dan secara kependudukan merupakan warga Purbayan. Slamet menyebut dari 9 RT dan 3 RW di Kelurahan Purbayan, hanya ada 3 Kepala Keluarga (KK) yang non muslim. Keluarga Albertus Slamet adalah salah satunya yang merupakan non muslim.
Slamet menambahkan jika makam Albertus Slamet Sugihardi merupakan makam non muslim satu-satunya di Makam Jambon. Sebelum Albertus Slamet Sugihardi, belum ada warga non muslim yang dimakamkan di makam Jambon.
"Sebenarnya masalah muncul ketika viral di media sosial. Pihak keluarga sudah menerima dan tak keberatan dengan pemotongan nisan itu, perwakilan dari Gereja Pringgolayan juga ikut berembug waktu itu dan tak mempermasalahkan. Warga pun juga tak mempunyai masalah dengan pihak keluarga," tutup Slamet.
Sementara itu hingga saat ini, pihak keluarga masih enggan memberikan komentar terkait masalah pemotongan nisan salib kayu tersebut.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lengkap dengan penanda nisan seperti makam baru, namun gundukan tanah misterius itu berada bukan di kompleks pemakaman.
Baca Selengkapnya