Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ketua ITAGI: Vaksin Jika Tidak Lolos Fase 1, Tak akan ke Fase Berikutnya

Ketua ITAGI: Vaksin Jika Tidak Lolos Fase 1, Tak akan ke Fase Berikutnya Ilustrasi Vaksin Covid-19. ©2020 REUTERS

Merdeka.com - Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Profesor Sri Rezeki Hadinegoro mengingatkan vaksin Covid-19 yang masih dalam fase 3 aman. Pengingat ini disampaikan terkait hasil survei Kementerian Kesehatan bersama ITAGI.

Hasil survei tersebut menunjukkan 26,6 persen masyarakat masih belum menentukan untuk menerima penyuntikan vaksin Covid-19.

"Vaksin itu jika tidak lolos fase 1, itu tidak akan lolos ke fase berikutnya, bukan kayak pisang goreng kalau gosong kemudian dibuang," ujar Sri dalam diskusi virtual, Sabtu (31/10).

Ia menuturkan, vaksin untuk Covid yang akan didatangkan ke Indonesia merupakan inactivity vaccine. Vaksin ini berarti partikel virus atau bakteri atau patogen telah mati.

Agar vaksin bekerja maksimal, jelas Sri, akan diberikan satu zat untuk merangsang imunitas tubuh. Sementara ia memastikan jika ada efek samping, reaksi tersebut bukan dampak dari vaksinnya melainkan zat yang dicampur ke vaksin.

"Efek sampingnya dari zat itu bisa menimbulkan bengkak, nyeri. Jadi ini bukan efek samping dari vaksin. Dan ini (efek samping) tidak selalu terjadi," ujarnya.

Diketahui, Kemenkes dan ITAGI melakukan survei terhadap tahu tidaknya masyarakat bahwa pemerintah akan melakukan vaksin Covid secara masal. Kebanyakan, kata Sri, masyarakat tahu. Namun masih 26,6 persen masyarakat belum memutuskan mau terima vaksin.

"Survei Kemenkes dengan ITAGI 64,8 persen mau dilakukan imunisasi untuk vaksin Covid-19, 7,6 persen menolak, dan 26,6 persen belum tahu, masih bingung," ujarnya.

Sri menuturkan, persentase masyarakat yang masih belum memutuskan untuk menerima vaksin Covid merupakan tantangan keberhasilan vaksinasi secara masal. Sebab, imbuhnya, masih banyak disinformasi tentang vaksin, termasuk vaksin Covid.

Untuk itu, kata dia, tugas pemerintah dan masyarakat patut ditingkatkan untuk memberikan penjelasan tentang keamanan dan pentingnya vaksin di masa pandemi saat ini.

"Jadi ini (masyarakat belum memutuskan vaksin) yang perlu diberi penjelasan," tuturnya.

Sri menjelaskan, di masa pandemi dengan tingkat penularan yang cukup tinggi vaksin menjadi upaya pencegahan yang efektif. Ia tidak sependapat jika ada pernyataan herd immunity lebih baik dibanding menggunakan vaksin.

"Bisa saja kita diamkan saja untuk herd immunity, tapi itu tidak mungkin karena disiplin jaga jarak tidak tercapai. Apa kita harus tunggu semua sakit? kalau harus masuk ICU meninggal, dokter kalang kabut," tuturnya.

(mdk/fik)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP