Ketum PSSI Masih 'Ngarep' Ole Romeny Ikut Bela Timnas Indonesia Lawan Australia
Pemain keturunan asal klub FC Utrecht tersebut dikabarkan sudah siap untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan memperkuat skuad Garuda.
Pemain keturunan atau diaspora Ole Romeny diharapkan bisa berlaga dalam dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 saat melawan Timnas Australia pada tanggal 21 Maret 2025
Pemain keturunan asal klub FC Utrecht tersebut dikabarkan sudah siap untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan memperkuat skuad Garuda.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, bahwa Ole Romeny saat ini sedang proses naturalisasi untuk Timnas Indonesia senior dan juga Dion Markx pemain asal Belanda mengikuti naturalisasi untuk Timnas U-20.
"Yang saya tahu yang sekarang sedang kita proses yaitu Ole untuk timnas senior. Kalau (pemain diaspora) yang lainnya saya enggak komen. Yang U-20 ada tim sama Dion, itu saja," kata Erick saat meninjau Terminal Domestik, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Kamis (21/11).
Erick juga berharap Ole Romeny bisa debut saat Timnas Indonesia melawan Australia. Tetapi menurutnya hal itu tergantung dari proses naturalisasi.
"Iya kita berharap debutlah. Cuma tergantung proses dari tentu pemerintahan Pak Presiden mendukung, Pak Prabowo. kemarin beliau nonton kedua game-nya nonton pakai handphone, dan beliau mengucapkan selamat," ujarnya.
"Pak Jokowi juga nonton kemarin. Dan saya rasa seluruh kementerian, Menpora, Menteri Hukum, DPR, semua akan mendukung. Karena kita tahu ini putra- putri sebagian ada ke putri yang bergabung, terbaik, bangsa kita yang ada di dunia yang ingin kembali mendukung merah putih," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut Ole Romeny dipersiapkan membela Timnas Indonesia saat melawan Bahrain dan Australia pada Maret 2025.
Erick sudah bertemu dengan Romeny pada Sabtu (16/11). Setelah pertemuan itu, Erick memastikan pemain berposisi striker tersebut akan diproses naturalisasinya menjadi WNI.
"Ole, kalau semuanya lancar, dia akan memperkuat tim nasional [mulai] bulan Maret. Kemarin setelah pertandingan saya ketemu Ole, di luar kebiasaan saya," kata Erick, Minggu (17/11).
Pembangunan Bandara di Bali
Di sisi lain, Erick sinyal akan membangun bandara baru di Pulau Bali pada tahun 2027 nantinya.
Hal tersebut, karena jumlah penumpang di Bandara Intenasional I Gusti Ngurah Rai Bali, per tahun sudah mencapai 32 juta orang.
"(Jumlah 32 juta penumpang) masih oke. Habis 32 juta mikir lagi yah, ada pemikiran dari Bapak Presiden Pak Prabowo untuk melihat alternatif pengembangan. Tapi mungkin di sini 32 juta masih cukup sampai tahun 2029-2030," kata Erick.
"Berarti mungkin keputusan pembangunan kalau ada penambahan airport pun, dimana, di Bali terserah pemerintah pusat daerah, kita hanya korporasi, 2027 harus sudah mulai dibangun," imbuhnya.
Kemudian, saat ditanya apa pembangunan airport itu di Bandara Bali Utara, pihaknya tidak mengetahui soal itu karena dirinya bukan pengambil kebijakan.
"(Apa Bandara Bali Utara?). Saya tidak tahu, saya tidak pengambil kebijakan. Cuman silakan kalau sudah 32 juta (di) 2029-2030, berarti perlu ada pemikiran 2027 mulai dibangun. Jangan sampai begini, kadang-kadang kita ini di Indonesia,"Oh kan masih lama 32 juta,".Pas 2029-nya baru (berpikir) oiya mulai dibangun, iya telat. Kita harus mulai tarik ke belakang supaya lebih cepat pembangunannya," ujarnya.
Sementara, untuk pembangunan area masuk menuju terminal domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, sudah rampung seperti jembatan penyeberangan orang dari lorong terminal domestik menuju parkiran mobil. Jembatan penyeberangan di terminal domestik itu terhubung ke gedung parkir mobil (MLCP) di sisi utara terminal domestik.
"Alhamdulillah memang konsepnya kan begini, kadang-kadang kita selalu berpikir membangun lebih besar, lebih besar. Padahal kuncinya itu mengoptimalkan yang sudah ada. Itu bukan berarti membangun yang lebih besar, mengoptimalkan," ujar Erick.
Erick menyebutkan, dibawah kepemimpinan Faik Fahmi sebagai Direktur Utama Angkasa Pura Indonesia dan Maya Watono sebagai Plt Direktur Utama InJourney, pihaknya mengharapkan seluruh proyek pembangunan airport di Indonesia direview atau dinilai dan ditinjau kembali.
"Supaya lebih efisien. Salah satunya di Bali ini, itu kita gimana sekarang di 24 juta (penumpang per tahun) menuju 32 juta. Pasti solusi awalnya bangun, tidak. Justru
mengefisienkan, mere-layout, merekomposisi memastikan yang perlu yang bisa dimaksimalkan ternyata bisa naik sampai 32 juta," jelasnya.
Erick juga menilai, soal pembangunan di terminal domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai. Kalau awalnya para penumpang saat datang ke terminal domestik harus jalan kaki dan lalu menyebrang dan mobil yang lewat harus berhenti. Dan sekarang dengan adanya akses jembatan penyebrangan dari keluar masuk gate di terminal domestik bisa langsung menuju tempat parkir.
"Sekarang kita langsung buat akses dari gate ke sini langsung menuju tempat parkir. Jadi tidak ada mobil yang berhenti. Penumpang bisa turun ke bawah bisa juga tetap melakukan untuk perjalanan dengan nyaman dengan baik," ujarnya.