Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Kisah Samsuir Lobi Petinggi GAM Demi Pendidikan Anak-Anak Aceh Saat Konflik

Kisah Samsuir Lobi Petinggi GAM Demi Pendidikan Anak-Anak Aceh Saat Konflik Samsuir. ©2019 Liputan6.com

Merdeka.com - Pemerintah melancarkan operasi militer terpadu di Aceh pada 19 Mei 2003. Lebih kurang 30.000 serdadu serta 12.000 polisi dikirimkan ke bumi Serambi Makkah.

Ini menjadi operasi terbesar dalam sejarah kemiliteran Indonesia selain Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975. Provinsi paling barat pun mengalami masa-masa yang paling mencekam seiring baku tembak yang terjadi di mana-mana, belum lagi situasi kaos dan teror yang menyasar masyarakat sipil.

Di tengah gejolak itu, seorang pria bernama Samsuir memberanikan diri mendatangi seorang petinggi separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sedang meriung bersama beberapa orang pasukannya di sebuah warung pada suatu siang. Niatnya pada saat itu cuma satu.

Dia ingin menggugah hati petinggi GAM agar diizinkan mengajak anak-anak yang ada di rayon militer bersekolah. Tentu saja dia tahu apa akibat dari tindakan nekatnya karena mengajukan sesuatu yang akan dianggap sebagai sikap terselubung membela NKRI.

Pada masa-masa itu, sekolah dianggap sebagai simbol pemerintah oleh GAM. Sebab, sekolah seolah mengindoktrinasi anak-anak Aceh agar mencintai NKRI dengan pendidikan Pancasila-nya.

Petinggi GAM kawasan Tripa itu berang bukan kepalang mendengar permintaannya. Dia bahkan menyebut lelaki itu seorang Aceh yang hipokrit.

"Kalau kata-katanya memang tidak bisa saya ucapkan. Karena pribadi saya tersinggung sekali. Istilahnya, saya disebut tidak ada darah Aceh-lah. Saya sedih juga bagaimana saya dimaki-maki saat itu," kisahnya kepada Liputan6.com, Kamis (21/11).

Bukannya beranjak, Samsuir malah duduk tak jauh dari para pemberontak yang sedang marah sambil menunjukkan air muka bersedih. Di dalam hati, dia masih berharap Tuhan membuka mata hati petinggi GAM.

Satu jam kemudian, sang petinggi GAM itu tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya. Dia menghampiri Samsuir dengan sebatang rokok yang menyelip di antara bibirnya yang legam.

"Dia bilanglah, bolehlah. Kalau memang tujuan kamu itu baik. Yang kamu tidak boleh ajarkan Bahasa Indonesia. Sejarah Jawa. Itu, lambang-lambang Pancasila, bendera merah putih itu, yang ada di rumah sekolah turunkan, kalau perlu dibakar. Saya diam saja saat itu."

Berkat tindakannya di hari itu, jumlah anak-anak yang bersekolah di kawasan itu pun bertambah sedikit demi sedikit. Demi mewujudkan visinya, ia bahkan menyambangi setiap rumah untuk mendata anak-anak yang tidak bersekolah.

"Saat itu, saya berpikir, kalau saya biarin terus, sia-sia saja anak-anak ini. Bisa jadi korban semua ini," kata guru bernama Samsuir itu.

Sempat Difitnah

Samsuir menjadi tenaga honorer rangkap di beberapa sekolah di Kecamatan Tadu Raya sejak tahun 2000. Ia menjadi guru rangkap demi menutupi kekurangan tenaga pendidik di tempat itu karena jarang yang mau mengajar di daerah pelosok apalagi daerah yang dimarkahi sebagai basis separatis.

"Yang sudah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pun keluar dari situ," cerita Samsuir.

Samsuir menjadi guru mata pelajaran olahraga dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk tingkatan sekolah dasar hingga atas dengan gaji berdasarkan kebijaksanaan kepala sekolah. Dalam sebulan, dirinya mendapat upah jerih dengan total Rp 96.000.

Belakangan, Samsuir menjadi guru kontrak di salah Sekolah Menengah Atas (SMA), namun, tidak lama. Ia dan keluarganya terpaksa pindah ke sebuah daerah transmigrasi di Kabupaten Aceh Singkil karena suatu sebab.

Samsuir difitnah bahwa dirinya merupakan pelatih AGAM (sebutan untuk angkatan GAM). Di satu sisi, Samsuir merasa tidak kerasan uang gajinya terus-terusan dikutil oleh beberapa anggota separatis.

Di Aceh Singkil, dia diminta menjadi guru untuk anak-anak tingkatan Sekolah Dasar (SD), tetapi, hanya bertahan selama 8 bulan. Kehidupan ekonomi yang morat-marit telah memaksa Samsuir untuk menitipkan istri dan calon jabang bayinya ke kampungnya di Aceh Selatan, sementara, ia merantau ke Ranah Minang.

"Saya kerja di salah satu perusahaan kelapa sawit di Sumatera Barat. Saya baru kembali ke Nagan Raya, pada 2006, setelah Memorandum of Understanding (MoU)," kata dia.

Sekembali dari Sumatera Barat, Samsuir pun lanjut menjadi tenaga honorer rangkap. Ia baru diangkat menjadi PNS pada 2014. Namun, karena tingkat pendidikannya, lelaki kelahiran 12 Mei 1971 ini hanya ditaruh pada bagian administrasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) tempatnya mengabdi dulu.

Reporter: Rino AbonitaSumber: Liputan6.com

(mdk/noe)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sepak Terjang Intel Tentara Dalam Sejarah TNI, Menyusup ke Markas GAM hingga Perburuan Bandit-Bandit di Jakarta
Sepak Terjang Intel Tentara Dalam Sejarah TNI, Menyusup ke Markas GAM hingga Perburuan Bandit-Bandit di Jakarta

seorang prajurit TNI sukses melakukan penyamaran dan penyusupan ke dalam anggota GAM

Baca Selengkapnya
Potret Lawas Jenderal Dudung saat Bertugas di Aceh Lawan GAM, Pangkatnya Masih Mayor
Potret Lawas Jenderal Dudung saat Bertugas di Aceh Lawan GAM, Pangkatnya Masih Mayor

Momen saat Kepala Staf Angkatan Darat (kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman masih berpangkat mayor dan bertugas berantas Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Baca Selengkapnya
Momen Prabowo, SBY, dan Eks Panglima GAM Foto Bareng di Masjid Baiturrahman Aceh
Momen Prabowo, SBY, dan Eks Panglima GAM Foto Bareng di Masjid Baiturrahman Aceh

Prabowo dan SBY tampak mencopot alas kakinya saat masuk ke lingkungan masjid.

Baca Selengkapnya
Jenderal Eks Ajudan Wapres Makan Lontong Sayur, Tanya Penjual
Jenderal Eks Ajudan Wapres Makan Lontong Sayur, Tanya Penjual "Sering Dimintai Preman Enggak?"

Simak momen Jenderal eks ajudan Wapres makan lontong sayur di pinggir jalan.

Baca Selengkapnya
Kisah Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, Penumpasan Prajurit GAM oleh Pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma
Kisah Operasi Pemulihan Keamanan di Aceh, Penumpasan Prajurit GAM oleh Pasukan Batalyon Infanteri 330 Tri Dharma

Dalam pelaksanaan operasi pemulihan keamanan di Aceh oleh pemerintah berhasil meredam gerakan pemberontakan oleh prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Baca Selengkapnya
Untung Sangaji, Penembak Teroris saat Bom Thamrin Kini Jadi Caleg NasDem
Untung Sangaji, Penembak Teroris saat Bom Thamrin Kini Jadi Caleg NasDem

Untung Sangaji mencoba peruntungan dalam dunia politik dengan menjadi caleg DPR Aceh lewat NasDem.

Baca Selengkapnya
Penjelasan Partai Aceh soal Kabar Partai Lokal Wadah Aspirasi Eks Kombatan GAM
Penjelasan Partai Aceh soal Kabar Partai Lokal Wadah Aspirasi Eks Kombatan GAM

"Jadi politik Aceh saat ini sangat dinamis dan sangat modern,” kata Wakil Ketua DPP Partai Nurlis Effendi

Baca Selengkapnya
Eks Kombatan GAM di Aceh Tamiang Serahkan AK 47 dan Granat ke TNI
Eks Kombatan GAM di Aceh Tamiang Serahkan AK 47 dan Granat ke TNI

Eks Kombatan GAM di Aceh Tamiang Serahkan AK 47 dan Granat ke TNI

Baca Selengkapnya
Pertempuran Sengit Pasukan Elite TNI Serbu Markas Provokator Ambon
Pertempuran Sengit Pasukan Elite TNI Serbu Markas Provokator Ambon

Situasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai.

Baca Selengkapnya
Gibran Dampingi Respati-Astrid Blusukan di Solo
Gibran Dampingi Respati-Astrid Blusukan di Solo

Respati mengaku tak mengundang Gibran secara khusus untuk datang. Namun mantan Wali Kota Solo kebetulan sedang berada di Solo.

Baca Selengkapnya
Cerita Serka Edison Kawal Mayjen Kunto Arief saat Tugas di Aceh, Gerebek GAM Jam 2 Pagi Langsung Baku Tembak
Cerita Serka Edison Kawal Mayjen Kunto Arief saat Tugas di Aceh, Gerebek GAM Jam 2 Pagi Langsung Baku Tembak

Seorang prajurit TNI Serka Edison menceritakan pengalamannya saat ia bertugas mendampingi Mayjen Kunto.

Baca Selengkapnya
Momen Ganjar Bermalam di Ndalem Gus Abu Khoir Klawen
Momen Ganjar Bermalam di Ndalem Gus Abu Khoir Klawen

Ganjar disambut meriah warga yang ingin bersalaman dan berswafoto.

Baca Selengkapnya