Komisi III DPR Minta Kapolres Jaktim Usut Tuntas Kasus Dugaan Pembunuhan Sopir Bus Rahmat Vaisandri
Andre menyebut, Rahmat Vaisandri dianiaya pada 20 Oktober 2024. Korban meninggal dunia pada 24 Oktober 2024.

Penyebab kematian sopir bus asal Sumatera Barat, Rahmat Vaisandri (29) di Jakarta Timur masih misterius. Dugaan sementara, korban dianiaya hingga tewas karena dituduh mencuri.
Untuk membuka tabir kasus ini, Komisi III DPR RI memanggil Polres Metro Jakarta Timur dan keluarga korban pada Kamis (30/1). Dalam rapat dengar pendapat tersebut, DPR meminta Polres Metro Jakarta Timur mengevaluasi penyidikan kasus dugaan pembunuhan Rahmat Vaisandri.
“Komisi III meminta kepada Kapolres Jakarta Timur untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan kasus yang terjadi terhadap Rahmat Vaisandri" kata Anggota DPR RI Andre Rosiade usai mendampingi keluarga korban.
Andre menyebut, Rahmat Vaisandri dianiaya pada 20 Oktober 2024. Korban meninggal dunia pada 24 Oktober 2024. Menurut Andre, keluarga korban meminta kasus ini diusut tuntas.
“Kami keluarga ingin ini diusut seadil-adilnya," tegasnya.
Andre meminta Polda Metro Jaya turun tangan menangani kasus ini. Jika terdapat pelanggaran yang dilakukan anggota Polres Jakarta Timur, dia meminta Polda Metro mengambil tindakan.
“Mudah-mudahan, kasus ini jadi terang benderang," pungkasnya.
Anggota Komisi III DPR Fraksi NasDem Lola Nelria Oktavia kemudian menyinggung dugaan perintangan penyidikan kasus pembunuhan Rahmat Vaisandri oleh anggota Brimob.
"Komisi III DPR RI meminta Kabid Propam Polda Metro Jaya dan Kapolres Metro Jakarta Timur untuk mengusut tuntas dugaan pelanggaran kode etik oleh oknum Brimob yang diduga menghalangi proses penyelidikan, dan penyidikan atas kasus kematian saudara alm Rahmat Vaisandri," pungkasnya.
Pengakuan Orang Tua Korban
Orang tua Rahmat Vaisandri merasa terpukul atas kematian putranya. Mereka tak terima sang anak dianiaya hingga meninggal dunia.
"Setelah anak saya meninggal disiksa dengan cara dianiaya, semenjak kepergian anak saya sangat terpukul, pak, sangat bersedih," kata ayah korban, Bahtiar dalam RDP di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Bahtiar menyebut, mendiang anak sudah enam tahun menjadi tulang punggung keluarganya. Apalagi, Rahmat disebutnya mempunyai rencana pergi ke Jepang untuk memperbaiki ekonomi keluarga.
"Dia sangat dekat dengan kami apalagi dengan mamahnya. Dia bercita-cita mau ke Jepang karena sudah 10 tahun bawa bus masih biasa-biasa saja, jadi mau mengubah nasib," sebutnya.
"Mudah-mudahan saya dapat keadilan hukum," pungkasnya.