Konflik di Mimika, ratusan nelayan Jateng dipulangkan dengan pesawat Hercules
Merdeka.com - Ratusan nelayan asal Jawa Tengah yang tertahan di Mimika, Papua akibat konflik dan bentrokan dengan nelayan setempat difasilitasi Pemkab Kendal, Jateng untuk dipulangkan dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU ke Jawa hari ini, Minggu (20/8).
Rencananya, siang ini sekira pukul 12.00 WIB mereka akan mendarat di Bandara Internasional Ahmad Yani, Kota Semarang, Jateng.
Fakta itu diungkapkan oleh Anggota Komisi B DPRD Jateng yang ikut hadir di Mimika dalam mediasi dengan nelayan setempat yaitu Miftareza dari Fraksi Gerindra. Kepada awak media, Miftareza mengatakan bahwa konflik di Mimika terjadi karena disusupi oleh provokator. Nelayan setempat sebenarnya hanya menuntut Pemkab Mimika agar membantu pengadaan kapal dan alat tangkapnya.
-
Kapan nelayan Kebumen tenggelam? Musibah yang dialami Sodiran terjadi pada Senin (10/7) sekitar pukul 06.30 WIB.
-
Kapan kapal berangkat dari Jangkar? Pukul 09.30, kapal feri tujuan akhir Pelabuhan Kalianget diberangkatkan.
-
Kapan nelayan Pantura mulai terdampak? Pada tahun 1743 Masehi, daerah pesisir pantai utara Jawa yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam mulai dikuasai VOC.
-
Dimana kapal Minajaya merapat? Ketika itu secara tiba-tiba muncul sebuah kapal besar dari arah laut dan berhenti di daerah pantai dan diiringi suara gemuruh ombak.
-
Apa yang terjadi di Pelabuhan Merak? Kepadatan mulai terjadi di kawasan Pelabuhan Merak, Banten, oleh rombongan pemudik yang ingin berpergian lewat jalur laut.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
"Namun karena ada yang memprovokasi maka terjadilah penyerangan dan penjarahan terhadap nelayan asal Jateng. Parahnya Karena kerusuhan meluas, aparat sempat melakukan penembakan dan jatuh Korban tewas pada warga setempat," ungkapnya Minggu (20/8) di Kota Semarang, Jateng.
Miftareza menjelaskan, nelayan Jateng yang bekerja di Mimika jumlahnya sekitar 400 orang. Selain berasal dari Kendal, juga ada yang berasal dari Brebes, Tegal, Pemalang, Demak, Batang Dan Kota Semarang.
"Mereka kebanyakan bekerja sebagai ABK kepada pengusaha kapal setempat, di samping itu ada juga nelayan yang membawa kapal sendiri dan menangkap ikan di Mimika. Ada satu faktor yang juga menjadi penyebab terjadinya konflik, yaitu masalah kecemburuan sosial. nelayan asal Jateng rajin rajin sehingga ikan hasil tangkapannya banyak dan besar besar. Sementara nelayan setempat hasilnya tidak sebanyak nelayan kita," jelasnya.
Selain itu, faktor kapal dan alat tangkap yang digunakan nelayan asal Jateng lebih modern sehingga hasil tangkapannya-pun berbeda dengan nelayan setempat. "Nelayan kita pandai menyiasati dan menentukan dengan alat tangkap apa untuk menangkap ikan jenis tertentu, sehingga ikan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi bisa ditangkap walaupun hanya dengan kapal ukuran 5 sampai 15 GT," katanya.
Nelayan asal Jateng banyak yang melaut di Papua khususnya Mimika karena sumber daya ikan di sana sangat banyak. Ikan yang di Perairan Jawa hanya bisa ditemukan di jarak 12 mil ke atas, di Mimika bisa ditemukan di jarak sekitar 3 mil.
Reza berharap, setelah dilakukan pemulangan, nelayan Jateng diharapkan tidak kembali melaut di Mimika sebelum suasananya kondusif seperti semula, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terulang kembali kerusuhan tersebut. "Sementara ini jangan kesana dulu lah, Nelayan setempat masih mudah tersulut emosinya," bebernya.
Anggota DPRD Jateng lainnya, Riyono dari Fraksi PKS mengucapkan banyak terima kasih kepada Ketua Kerukunan Jawa Bersatu Kabupaten Mimika Parjono yang telah menampung ratusan nelayan Jateng itu. Selain itu juga mengucapkan terima kasih besar kepada Bupati Kendal, Mirna Annisa yang memfasilitasi kepulangan mereka.
"Saya mengharapkan Pemprov Jateng dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan komunikasi dan kerjasama dengan dinas kelautan setempat untuk menjamin aktifitas nelayan kita disana," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
12 survivor tersebut ditemukan dan kemudian diselamatkan Tugboat Kharisma Bahari 168 yang melintas dari rute pelayaran dari Saumlaki Maluku menuju Gresik.
Baca SelengkapnyaPuncak arus mudik diprediksi terjadi pada H-2 Lebaran
Baca SelengkapnyaPrediksi itu disampaikan Kakorlantas Polri, Irjen Pol Aan Suhanan.
Baca SelengkapnyaKRI Banda Aceh-593 yang belayar dari Surabaya, Jawa Timur, dan Semarang, Jawa Tengah, itu membawa 810 pemudik serta 181 unit sepeda motor.
Baca SelengkapnyaPemudik Bermotor dapat Pengawalan Polisi dari Pelabuhan Merak hingga ke Tangerang
Baca SelengkapnyaKapal yang diperbantukan mengangkut pemudik ke Pulau Raas Madura, tidak ditarik tiket atau gratis
Baca SelengkapnyaDari hasil rekapitulasi jumlah kendaraan pada arus mudik dari Merak ke Bakauheni yang didata Polda Banten sebanyak 259.216 kendaraan bermotor.
Baca SelengkapnyaKapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Baca SelengkapnyaMenhub sempat melakukan rapat koordinasi untuk kelancaran perjalanan balik dari pelabuhan Bakauheni ke Pelabuhan Merak.
Baca SelengkapnyaKapal pengangkut barang, KM Lintang Timur Selatan, karam di Selat Malaka, Senin (31/7) sekitar pukul 07.30 WIB. Sebelas awaknya pun hilang.
Baca SelengkapnyaPengalihan ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan yang terjadi di Pelabuhan Merak.
Baca SelengkapnyaPada H-4 Lebaran, pemudik yang hendak menyeberang ke Pulau Sumatera terpantau memadati di Pelabuhan Merak.
Baca Selengkapnya